Hari semakin sore,
Pak Yono dan Ucup menyudahi pekerjaan mereka untuk hari ini, rumput-rumput di
halaman depan dan belakang rumahku sudah terpotong rapi, beberapa tanaman
hias dan bunga-bunga juga sudah ditanami dan di tata dengan indah, meskipun
masih tersisa beberapa pohon yang belum tertangani, mereka sepakat untuk
kembali dan melanjutkannya besok,
"udahan dulu pak Yono, udah sore, besok aja dilanjut lagi, ini juga udah kelihatan
rapih kok," ucap Alex sambil melihat hasil kerja mereka.
Pak Yono mengangguk, "iya pak Alex, halamannya udah kelihatan bagus, walaupun
ada yang belum sempet ditanam, tinggal ngerapihin dikit lagi, tapi besok siang juga
pasti udah beres,"
Ucup menyimpan peralatan taman disudut garasi, dia merasa puas atas pekerjaan
hari itu bisa membuat halaman rumah Lisa yang sekarang jadi terlihat lebih rapi dan
cantik, sebelum pulang, mereka menyempatkan diri berbincang dengan Alex di
depan teras rumahnya,
"Terima kasih ya pak yono, ucup, Pak Budi, udah mau bantu-bantu saya ngurus
halaman," ujar Alex,
Pak yono tersenyum, "saya yang harusnya bilang terima kasih banyak, kira berdua
jadi ada sampingan, ya gak cup, hehehe.."
"iya bener pak, buat nambahin bayar kontrakan, hehe.." jawab ucup,
"hahaha.. bisa aja pak Yono, tapi beneran besok bisa di lanjutin lagi ya Pak,?" tanya
Alex,
Pak Yono mengangguk, "iya udah pasti donk, kita berdua kesini lagi besok pagi."
"kalo besok agak siang juga gak apa-apa sih pak, soalnya saya udah masuk kerja,
untuk bayarannya nanti saya titip ke istri," terang Alex,
"iya baik kalo begitu pak Alex, saya pamit dulu, takutnya keburu magrib," ucap pak
yono hendak pulang,
"Oke deh, terima kasih banyak, Pak Yono, Ucup," ujar Alex,
"Tidak masalah, Pak Alex, saya juga senang bisa membantu, mari pak," ujar Pak
Yono, dan dia pun bersama dengan ucup meninggalkan rumah Alex,
.
*****
.
Keesokan harinya,
Aku seperti kebanyakan wanita-wanita pada umumnya, sangat senang dengan
bunga-bunga dan tanaman hias yang indah, sebagai seorang ibu rumah tangga,
hampir sebagian waktuku di habiskan untuk mengurusi pekerjaan-pekerjaan rumah,
kini aku ingin memiliki kesibukan lain yaitu mengurusi tanaman serta bunga-bunga
yang akan ditanami di halaman depan rumahku yang cukup luas,
Pagi itu, udara terasa segar dengan embusan angin yang membawa suara merdu
kicauan burung-burung bernyanyi riang di dahan-dahan pohon, melengkapi harmoni
pagi yang tenang di area tempat aku tinggal, aku yang sudah terbiasa bangun sejak
pagi-pagi sekali mulai menyiapkan sarapan sederhana dan menyiapkan segala
keperluan suamiku yang sebentar lagi akan berangkat ke kantor,
Setelah suamiku berangkat bekerja, aku pun memutuskan untuk mandi, berganti
pakaian dan bersiap menjalani hari, hari ini aku mengenakan pakaian yang
menurutku biasa-biasa saja, sebuah daster berwarna putih, rambutku yang panjang
aku ikat ke belakang karena hari ini aku merasa ingin menghabiskan waktu di luar
rumah, di halaman depan rumahku yang mulai di tanami bunga-bunga dan di bentuk
menjadi sebuah taman yang cantik,
Tak lama setelah itu, datanglah Pak Yono, seorang pria paruh baya yang sudah
bertahun-tahun bekerja sebagai petugas keamanan di perumahan tempatku tinggal,
seperti yang sudah di janjikan, hari ini pak Yono kembali datang ke rumahku untuk
melanjutkan sisa pekerjaannya yang kemarin belum sempat dia selesaikan,
Pak Yono membuka pintu pagar yang tidak aku kunci lalu menyapaku dengan
senyuman lebar, "Selamat pagi, non Lisa..!"
Aku yang masih berada di dalam rumah buru-buru keluar menuju teras untuk
menyambut dan mempersilakannya masuk, "Selamat pagi, Pak Yono..!" balasku
riang, tapi hari ini kulihat dia hanya datang sendirian, lalu beliau bercerita bahwa
ucup sedang sibuk dan sedang ada keperluan lain jadi tidak bisa datang hari ini,
Setelah berbasa-basi sejenak, Pak Yono mulai mempersiapkan pekerjaannya,
sedangkan aku kembali masuk ke dalam rumah untuk menyiapkan kopi dan
beberapa camilan untuknya, saat kembali ke teras depan, aku memperhatikannya
yang terlihat sedang serius melakukan pekerjaannya menanam bunga-bunga yang
kemarin masih tersisa, karena merasa tertarik dengan apa yang dia kerjakan,
setelah meletakkan nampan di lantai, aku pun sedikit berteriak memanggilnya, “pak
Yono.. ini kopinya yaa..”
“iya non, taro aja di situ, duuhh.. jadi ngerepotin, hehe..” jawab pak Yono dengan
senyuman khasnya, lalu aku pun masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan
rutinitasku sebagai ibu rumah tangga seperti biasanya,
.
*****
.
Di dalam sebuah gedung pencakar langit di tengah kota,
Seorang pria bersetelan jas kerja lengkap berjalan keluar lift, sudah beberapa bulan
sejak ia diangkat menjadi manajer atas kinerja dan pengabdiannya selama beberapa
tahun pada perusahaan, meski dia senang telah naik jabatan tapi ternyata tugas dan
tanggung jawabnya juga begitu berat, dan ternyata ada banyak masalah yang terjadi
bukan hanya dari luar tapi juga di internal perusahaannya sendiri,
Awal dia masuk bekerja, ayahnya dengan sengaja memberikannya posisi sebagai
pekerja biasa, selama ini Alex hanya mengetahui masalah-masalah dan semua
persoalan yang terjadi biasanya karena mendengar kabar itu dari mulut pegawai
lain, tak pernah juga dia memikirkan nasib perusahaan atau upah para pegawai, tapi
semua sudah berubah, dia merasa bertanggung jawab atas semuanya sekarang.
"Halo, iya pih, oke, baik, iya siap pih,!" sambil terus berjalan Alex mengangkat
panggilan telepon dari ponselnya sembari sebelah tangannya mendorong pintu
ruang kerjanya, dengan ditemani sahabat karibnya yang bernama Bary, yang juga
berposisi sebagai seorang manajer di perusahaan itu, Alex melangkah masuk
dengan malas, wajahnya penuh ekspresi lelah dan pikiran amburadul,
“Ayah lo Lex,?" tanya Bary sambil duduk di sofa di dalam ruang kerja Alex,
"yaahh.. biasa lah, kayaknya gw gak sanggup jadi manajer Bar.!" ucap Alex
bersandar di kursi kerjanya,
Sementara Bary yang duduk bersandar di sofa menanggapi pernyataan Alex, "kalo
bukan lo, siapa lagi Lex,?"
Pria bernama Bary itu sudah bersahabat lama dengan Alex sejak mereka masih
duduk di bangku sekolah, dia dulu sebenarnya pernah bekerja di perusahaan lain
sebelum memutuskan untuk bergabung di perusahaan Luther Corp, itu pun karena
permintaan Alex, selain memiliki jabatan sebagai seorang manajer dia pun akhirnya
menjadi salah satu orang kepercayaan tuan Leon,
"Banyak karyawan yang kerjanya pada gak becus, apa mungkin bagian HRD yang
gak beres ya bar,?" ujar Alex,
"Yaudah lo pecat aja kalo menurut lo ada orang yang kerjanya gak bener, sekarang
kan lo udah jadi manajer di sini, " jawab Bary enteng,
"hhhhhhh...." Alex menghirup nafas panjang, desahan napas berat keluar dari
mulutnya,
Bary, sosok kaki tangan sekaligus sahabat karib yang cukup bisa diandalkan, dia
selalu mendukung apapun keputusan yang diambil oleh Alex, karena mereka berdua
bersahabat sudah sangat lama yang tentu saja membuat Bary cukup paham sifat
dan kepribadian sahabatnya itu,
"oiya bar, ngomong-ngomong, katanya lo pindah apartemen,? Kenapa,?" tanya Alex,
"Pengen cari suasana baru aja, cari yang lebih luas sekalian yang kedap suara
juga,."
"Gue kirain lo nyari yang lebih luas lagi siap-siap mau ngenalin calon bini lo, haha.."
"Belom ke pikiran gw Lex, masih pengen nikmatin sendiri dulu, lagian juga kalo gue
nikah, nanti yang misahin kalo lo ribut ama si parman siapa.? hahaha.."
"hahaha.. masa iya gara-gara gw berdua, lo jadi perjaka tua hahaha.."
"gw lagi nungguin Diana lulus kuliah, hahaha.."
"ngimpi aja lo bisa dapetin adek gw, hahaha.."
"Kriiing.." saat mereka sedang saling tertawa tiba-tiba telepon di atas meja kerja Alex
berdering,
"iya,"
(selamat siang pak, siang ini pak Alex ada meeting dengan jajaran direksi,) ucap
suara seorang wanita dari seberang telepon,
“oh ya, siangnya jam berapa,?” Alex melihat jam di pergelangan tangannya
menunjukkan pukul sebelas siang,
(Pukul satu pak, setelah jam makan siang,)
"oke terima kasih informasinya ya,"
(iya baik pak,)
"Klik" Alex pun menutup sambungan telepon tersebut,
"Bar, lo nanti ikut meeting juga kan,?" teriak Alex pada Bary yang tengah asyik
duduk di sofa sedang menguap sambil meregangkan lengannya ke atas, Bary
menoleh sambil menunjuk dirinya sendiri sembari menatap Alex,
"ya iya.. elo bar,?" Seru Alex meyakinkannya, Bary pun mengangkat kedua bahunya,
"yaudah nih, kita makan siang dulu sekalian ngopi," ujar Alex seraya melemparkan
kunci mobil pada Bary,
"okee.. siap boss,," seketika Bary pun bangkit dan mengikuti Alex melangkah keluar
ruangan,
.
*****
.
Di rumah Lisa,
Hari sudah semakin siang, pekerjaan rumahku pun sudah selesai semuanya, dan
karena merasa tertarik dengan apa yang di kerjakan oleh pak Yono jadi aku
putuskan untuk ikut membantunya yang sedang bekerja di halaman depan rumahku,
anakku yang sedang tidur siang sengaja aku letakkan di ruang tengah beralaskan
karpet yang empuk agar tidurnya nyenyak dan nyaman, sengaja aku tidurkan dia di
sana supaya aku bisa cepat menghampirinya apabila dia tiba-tiba terbangun atau
menangis, tanpa harus repot-repot naik tangga ke kamar atas, lalu aku pun ke luar
rumah menghampiri pak Yono,
"Pak Yono, aku ikut bantu-bantu yaah..?" tanyaku sembari berjalan mendekat.
Pak Yono menegakkan badannya sejenak dan menggeleng sambil tersenyum,
"Waah, jangan non Lisa, nanti tangannya jadi kotor, lagian juga kerjaan ini mah
enteng, saya sendirian juga bisa selesai kok,"
"enggak apa-apa, Pak Yono, sekalian aku juga mau belajar ngerawat taman sama
bunga-bunga ini," ujarku antusias,
Pak Yono tampak ragu sembari menatapku dari atas ke bawah, mungkin dia melihat
pakaianku yang berwarna putih dan masih bersih, "Tapi nanti bajunya jadi kotor non,
udah biarin saya sendiri aja yang ngerjain,"
Aku pun hanya tertawa kecil, "Kalau cuma kotor kan nanti bisa di cuci pak, yaudah
siihh, kan akunya yang pengen bantuin,." Ucapku seperti manja,
Meski masih tampak tidak yakin, akhirnya Pak Yono mengangguk pelan. "Yaudah
kalau begitu, tapi hati-hati soalnya tanahnya pada basah,”
“hihihi.. iya.. iyaa.. bawel banget deh..”
Meskipun awalnya pak Yono sempat menolak saat aku ingin membantunya dengan
alasan takut pakaian dan tanganku jadi kotor katanya, tapi karena aku yang terus
memaksa tentu dia pun tidak akan berani untuk membantah apa pun yang sudah
menjadi kemauanku, hihihi..
Aku pun tersenyum lebar dan bersemangat mengambil sarung tangan berkebun
yang aku simpan di sudut garasi bersama tumpukan barang-barang dan peralatan
yang lain, “hemm.. kayaknya aku harus punya gudang kecil di halaman belakang,
buat tempat penyimpanan barang-barang, nanti deh aku coba ngomong sama
suamiku,” gumamku dalam hati melihat di dalam garasi cukup banyak barang-
barang yang menumpuk,
Dengan penuh antusias, aku mulai membantu Pak Yono menanami bunga-bunga di
sudut taman, meskipun awalnya aku malah seperti mengganggu pekerjaannya
namun lama kelamaan aku pun cepat belajar, karena pak Yono bekerja dengan
telaten dan sabar mengajariku, aku pun mendengarkan setiap instruksi yang di
berikan Pak Yono, dan setiap kali aku merasa tanganku mulai kotor, ataupun ketika
pakaianku tak sengaja terkena tanah aku hanya bisa tertawa, teringat pada
peringatan awal Pak Yono tadi,
Sudah seperti biasanya, sepanjang aku membantu pekerjaannya, pak Yono tak
henti-hentinya memperhatikan aku, tapi terus terang saja aku juga sebenarnya
merasa senang sekali saat dia terus mencuri-curi pandang pada tubuhku, jelas
sekali tatapan matanya menatap ke arah gundukan payudaraku yang hampir
menyembul dari belahan daster yang kupakai saat ini,
Parahnya lagi dia celingukan mencari celah agar bisa melihat area celana dalamku
sewaktu aku berjongkok membantunya menguruk tanah saat menanam bunga, aku
yang menyadari hal itu tentu saja langsung merapatkan kedua pahaku agar pak
Yono kesulitan mengintip ke bawah sana,
"Matanya,, mau aku congkel pake ini, niihh..." ucapku sambil menodongkan sekop
kecil yang sedang aku pegang saat ini tepat mengarah ke wajahnya,,
"Hehe.. gak keliatan juga sih non.. hehehe.." jawab pak Yono dengan cengengesan
khasnya,
“hhuuu.. dasarrr...”
“hehehe...”
“ternyata capek juga ya, Pak," ujarku sambil menyeka keringat di dahiku,
Pak Yono tertawa kecil, "hahaha.. iya non, tapi kalo di kerjakan dengan hati yang
ikhlas, pasti terasa menyenangkan, lihat aja nanti hasilnya, pasti taman ini akan
semakin indah dan cantik seperti pemiliknya, hehehe.."
“hihihi.. bisa aja deeh pak Yono, oh iya.. sekarang apalagi nih pak,?”
“udah selesai semua kok non, tinggal beresin itu pot-pot yang enggak terpakai,”
“oohh.. yaudah biar aku aja,” jawabku kemudian membereskan pot sambil
berjongkok,
Saat semuanya selesai ditanam, tanpa kusadari pak yono yang sudah berposisi
berdiri sedang memperhatikan kedua payudaraku yang hampir seluruhnya terlihat
dari atas dasterku, karena merasa kegerahan aku sejak tadi memang sengaja tidak
mengancingkan hampir separuh kancing dasterku, dia pasti sudah bisa mengintip
kedua puting payudaraku dari atas, karena saat aku menyadarinya di depan mataku
terlihat tonjolan batang penis pak Yono yang sedang ereksi dari balik celananya,
melihat hal itu aku pun cepat-cepat berdiri dan buru-buru ngacir masuk ke dalam
rumah,
"yaah,, mau kemana non,? Tadi katanya mau beresin pot," ujar pak Yono saat aku
berdiri dan melangkah masuk ke dalam rumah,
“enggak jadi, pak Yono aja yang beresin, aku mau minum, hausss,, lagian aku juga
takut ahh,, tuhh ada ulet bulu soalnya,, hihihi.." ucapku menunjuk ke arah tonjolan di
celana pak Yono sembari mengeloyor masuk ke dalam rumah menuju ke kamar
mandi untuk membersihkan diri,
Setelah bersih-bersih dan berganti baju dengan rapi, aku pun mendekati pak Yono
yang sedang beristirahat duduk di lantai teras, tepat saat tengah hari pak Yono telah
menyelesaikan pekerjaannya, halaman belakang yang sebelumnya berantakan kini
sudah tampak rapi, sedangkan halaman depan kini berubah menjadi taman yang
cantik dan teratur, senyuman kepuasan menghiasi wajahnya, menandakan
keberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan baik,
"gimana pak? udah selesai,?" tanyaku dengan lembut,
"iya non, udah beres semuanya,, gimana tamannya bagus gak menurut non Lisa,?"
ujarnya sembari menengok ke belakang ke arahku,
"iyaa bagus pak, tapi kayaknya lebih bagus lagi lalo ada kolam ikannya ya pak,?”
ucapku sembari membayangkan memiliki kolam ikan di halaman rumah,
“mulai deh, jadi apa aja di pengenin, yang ini aja dulu di rawat baik-baik,” ucap pak
Yono menasehati,
“hahaha.. iya.. bawel.. terima kasih ya pak, pak Yono capek gak,?" tanyaku sembari
membawakan minuman dingin lalu menemani Pak Yono duduk beristirahat di teras,
"enggak donk, masa cuma ngerjain beginian aja cape, hehe.. ngomong-ngomong
non Lisa udah dandan rapih banget, mau ke mana,?" tanya pak Yono melihat
penampilanku yang sudah berganti baju yang lebih rapi dan tertutup,
"kalo pak Yono gak keberatan, aku mau minta tolong temenin ke pasar, soalnya kalo
sendiri kan repot harus bawa-bawa tentengan belanja, apalagi sambil gendong
bayi,"
"hemm.. gimana yaa,??" pak Yono tampak ragu,
"kenapa pak, gak bisa ya,?"
"emm... iya maaf non soalnya saya ada kerjaan lagi nanti sore, udah terlanjur janji
sama orangnya," jawab pak Yono,
"ooh.. yaudah gak apa-apa kok kalo emang pak Yono ada kerjaan lagi, nanti aku
pesen taxi online aja kalo gitu," kataku,
"emm.. gimana kalo berangkatnya aja saya yang anter, tapi habis itu saya langsung
balik gak bisa nemenin non Lisa, nanti pulangnya baru deh non Lisa naik taxi,
gimana non,?"
"hemm.. yaudah deh aku belanjanya dikit aja kalo gitu biar nanti gak ribet bawanya,
pak Yono beres-beres aja dulu, aku juga mau siap-siap, nanti tunggu aja di depan
yaa,"
"iya non," jawab pak Yono kemudian langsung membereskan perabotan kerjanya,
sedangkan aku kembali ke dalam rumah untuk bersiap-siap bersama putraku,
.
*****
.
Di tempat lain, ,
Tuan Leon keluar dari ruangan meeting sambil tertawa lebar, selang beberapa saat
beberapa manajer, dan para direksi pun sudah mulai keluar dari ruangan rapat
tersebut, Leonel Luther nama lengkapnya sebagai pemilik Perusahaan Luther corp,
sebuah perusahaan besar yang sudah malang melintang di segala bidang, bahkan
bisnis tuan Leon juga merambah hingga ke dunia hitam, sosoknya yang dingin dan
berwibawa dia juga terkenal karena sifatnya yang kejam, membuatnya menjadi
orang yang sangat disegani bahkan juga sangat ditakuti,
Alex yang masih duduk di ruang meeting dengan ditemani oleh sahabatnya Barry,
wajahnya nampak kebingungan seakan tak percaya dengan apa yang dia dengar
pada saat meeting tadi, Alex nama panggilan Alexander Luther, mendengar
pengumuman yang membuatnya sangat terkejut dari pemilik perusahaan yang
merupakan ayah kandungnya sendiri, telah diputuskan dalam waktu dekat dia akan
segera diangkat menjadi Direktur Utama di perusahaan ayahnya itu,
Namun sebelum itu, Alex sementara ditugaskan untuk menangani cabang
perusahaannya yang terletak di kota Centropolis, sebuah kota yang letaknya tak
jauh dari kota tempat tinggalnya Alex, kota yang terkenal karena bisnis hiburan
malam yang menjamur, tempat dengan tingkat kejahatan yang tinggi, beberapa
kelompok Mafia juga bersarang di situ, begitu pun dengan orang-orang jahat
berkeliaran di sana, meski demikian, Centropolis merupakan rumah bagi beberapa
bisnis dan perusahaan penting seperti Luther Corp.
Kejahatan, korupsi, dan kemiskinan di sana tersebar luas hingga dianggap sebagai
semacam kota hantu yang tidak pernah dibicarakan siapa pun, pihak kepolisian dari
tingkat paling bawah sampai atas sudah disusupi oleh sindikat kejahatan, ditambah
lagi banyak dari masyarakat yang melakukan tindakan kriminal demi melanjutkan
hidup.
Bukan tanpa alasan tuan Leon meminta putranya untuk membereskan masalah
yang ada di sana, sebab dia tau jika Alex akan mampu menangani setiap masalah
yang ada dan juga sebagai pembelajaran untuk putranya yang tak lama lagi akan
mewarisi semua bisnis dan perusahaan miliknya,
"lo kenapa lex,? Tampang lo keliatan kayak orang lagi galau gitu bukannya malah
seneng,?" tanya Barry,
"rasanya gw belom siap Bar, padahal gw juga belom lama jadi manager, masih
belajar, tapi sekarang tiba-tiba di suruh mimpin perusahaan segede ini, huhhh..."
"yaah.. lo tau bokap lo orangnya kayak gimana kan, lagi pula ini kan perusahaan
miliknya, dan lo anak laki-laki satu-satunya, jadi kalo bukan lo ya siapa lagi,?"
"iyaa gw juga ngerti kalo soal itu, tapi menurut gw ini terlalu cepet dan gw ngerasa
belum siap,"
"hemm.. tapi menurut pandangan gw pribadi, sejujurnya gw juga sangat mendukung
apa yang menjadi keputusan bokap lo, karena udah saatnya lo yang mimpin
perusahaan, dan gw juga yakin semua orang di perusahaan ini bakalan setuju
dengan pendapat gw," ucap Baru penuh keyakinan,
"hhhh... gak tau lah Bar, tapi gw ngerasa masih belum mampu dan masih harus
banyak belajar, di tamba lagi gw juga kan belum banyak pengalaman,"
"itu semua kan cuma perasaan lo aja Lex, apa yang menurut lo gak mampu kan bisa
lo pelajarin, kita udah sahabatan lama, jadi gue tau lo itu punya banyak kelebihan,
yaudah pokoknya gak usah loe pikirin,"
"bukannya gue pikirin tapi kepikiran, hahaha.."
"yaudah gini aja deh, dari pada lo stress sendiri, gimana pulang kerja nanti kita
mampir dulu sebentar ke tempatnya si parman, udah lama juga kan kita gak pernah
ke sana," usul Barry,
"hemmm... yaudah oke deh kalo begitu, tapi gue izin bini gue dulu ya,?"
"iyaa lo bilang aja, udah pasti istri lo ngijinin kalo lo jalannya sama gue,"
"sok tau lo ahh.. hehehe.."
"bukannya sok tau, justru yang bahaya itu kalo lo jalannya sendirian, hahaha.."
.
****
.
Sore hari,
Lisa yang telah selesai dengan belanjaannya, sambil menenteng kantong belanjaan
dan putranya yang berada di gendongan depan, Lisa berjalan menyusuri pasar yang
masih penuh dengan keramaian untuk sekedar melihat-lihat berbagai macam
dagangan menarik mulai dari pakaian hingga pernak-pernik unik, riuh terdengar
suara-suara orang-orang yang berbelanja dan saling tawar menawar di selingkuh
suara para pedagang yang berteriak menawarkan berbagai produk yang mereka
jual, wajah-wajah senyum para penjual memberikan suasana yang berbeda dari
pada di supermarket terlalu formal,
Di tengah keramaian pasar, Lisa tidak hanya melihat berbagai produk segar seperti
buah-buahan, sayuran, ataupun daging, hari ini Lisa dengan sengaja memilih untuk
berbelanja di pasar daripada di supermarket bukan hanya karena suasananya yang
berbeda, tetapi yang paling menarik baginya adalah di sana juga terdapat banyak
penjual-penjual yang menawarkan berbagai jenis makanan khas daerah serta aneka
jajanan ataupun kue-kue tradisional dengan harga yang sangat terjangkau yang
hanya bisa dia temui di pasar tradisional,
Di tengah keramaian, matanya tertuju pada penjual martabak mini kuper dan kue
cubit aww, dia pun tertarik untuk mencobanya, Lisa memutuskan untuk memesan
martabak cokelat keju dan beberapa potong kue, sambil menunggu pesanannya,
Lisa menerima notifikasi pesan masuk di ponselnya, dia membaca pesan yang
ternyata dari suaminya yang memberitahu bahwa dia akan pulang lebih malam dari
biasanya, meskipun terlihat sedikit kecewa di raut wajahnya namun ada perasaan
lega mengetahui jika suaminya pergi ditemani oleh kedua sahabatnya, yaitu Barry
dan Parman karena Lisa mengenal mereka sudah lama sejak masih berpacaran
dengan Alex, jadi dia percaya suaminya akan baik-baik saja bersama mereka,
Setelah membeli martabak dan beberapa kue, Lisa memutuskan untuk pulang, di
luar pasar berjejer ojek pangkalan dan tukang becak terlihat antusias menawarkan
jasanya kepada orang-orang yang melewati mereka, meskipun ada beberapa yang
menolak tawaran mereka, Lisa menghargai semangat dan kerja keras mereka yang
antusias menawarkan jasanya,
Lisa membuka ponselnya untuk memesan taxi online, tapi ketika matanya melihat
ada beberapa dari mereka usianya sudah tidak muda lagi, membuat hatinya
tergerak dan merasa kasihan, sejenak Lisa berpikir untuk menggunakan jasa ojek
atau becak agar pulangnya lebih praktis, akhirnya dia pun tidak jadi memesan taxi,
dari kejauhan Lisa melihat ada salah satu tukang becak yang duduk di dalam
becaknya dengan wajahnya yang nampak lelah, sepertinya bapak itu usianya sudah
sangat tua terlihat dari wajahnya yang sudah berkeriput, badannya kurus dan
kulitnya yang hitam mungkin karena sering terkena terik matahari saat menarik
becak, karena kasihan akhirnya Lisa memilih menggunakan jasanya untuk
mengantarkannya pulang,
Para tukang ojek dan becak langsung antusias menawarkan jasanya saat melihat
Lisa berjalan dengan senyum ramah, dengan sopan Lisa menolak tawaran mereka
karena dia ingin menghampiri si bapak tukang becak yang tampaknya sedang
beristirahat, dengan ramah Lisa menghampiri bapak tukang becak itu dan
menyampaikan tujuannya untuk pulang ke rumah, tentu saja dengan senyuman
bahagia bapak tukang becak itu langsung menyetujui permintaan Lisa, dia bangkit
dari duduknya dan membantu Lisa meletakkan belanjaan di bagian depan becak,
Lisa duduk di depan bersama bayinya yang masih ia gendong, merasakan becak
yang mulai bergerak membelah keramaian jalanan,
Sambil melintasi jalan-jalan kecil yang dipenuhi pedagang kaki lima, Lisa
berbincang-bincang ringan dengan bapak tukang becak yang dia ketahui bernama
pak Samsul setelah mereka tadi sempat saling berkenalan, dia bercerita jika usianya
sudah hampir tujuh puluh tahun, meskipun usianya sudah tua namun soal tenaga
jangan anggap remeh sebab dia mampu bekerja dari subuh hingga sore hari, karena
banyak dari langganannya adalah para pedagang di pasar yang menggunakan
jasanya untuk mengangkut dagangan mereka,
0 Komentar