IBU DAN NENEKU PART 3

 

Ku rebahkan tubuh nenek di kasurnya dengan pelan penuh kehati-hatian, ketika aku rebahkan tubuhnya. Nenek masih merangkul leherku dengan kedua tangannya, sehingga aku pun ikut terdorong kedepan dan wajahku mendarat di payudaranya yang terasa kenyal. Karena nenek tak mau melepaskanku, akhirnya aku pun dengan senang hati ikut naik ke kasur, lalu ku tindih nenek dengan posisi tubuhku menindih bagian atasnya. Kami saling bertatapan saling membelai kepala, lalu aku memberanikan diri mencium bibir nenekku dengan sangat bernafsu sampai benar-benar dibutakan oleh usia nenekku yang sudah tua, tapi aku tak bisa membohongi perasaanku dan keinginan penisku, bahwa nenek masih layak untuk dinikmati daripada coli.




Aku sudah bosan tapi kecanduan, karena memang dorongan hormon testosteronku yang saya rasa sangat melimpah.






"Nek, Udin sayang nenek..." Kataku sambil meremas payudaranya. Sengaja ku keluarkan kalimat itu hanya agar supaya nenek senang.


"Nenek juga sayang kamu Din.. Aahhh... Enak banget Din yang itu..." Ucap nenek karena putingnya aku pilin-pilin, lalu ku sedot susunya dengan mulutku sambil memutar lidahku dan menggigit gemas putingnya.






Aku semakin liar menggigit, menghisap bahkan sampai meremas-remas gemas payudaranya. Desahan juga ucapan lirih nenek memohon agar jangan dilepas, semakin membuatku tak memperdulikan usia, status dan dosa. Bagiku selama tidak menyakiti hati nenek adalah ibadah ketaatan pada orang yang lebih tua.




Tanganku sudah mulai berani turun dan meraba-raba bagian kemaluannya, akhirnya aku dengan leluasa menggesek belahan bagian dalam memeknya dan mengorek-ngorek lobangnya. Ku mainkan klitorisnya dengan memilin dan menekan-nekannya "Aahhhh.. diinnn... Enak banget sayang... Lagiiii..." Kini nenek semakin liar menggoyang pinggulnya, bahkan menekan keatas agar aku lebih galak mengorek lobang memeknya.




Aku sangat beruntung disekolahkan, karena secara tidak sengaja pernah ku baca di perpustakaan buku-buku biologi yang menjelaskan tentang alat vital, syaraf yang sensitif juga pencegahan kehamilan. Kini sekarang aku tahu klitoris nenek yang aku mainkan adalah sebuah titik vital membangkitkan birahi yang terkekang.






Sambil menjilati payudaranya aku bertanya ke nenek, "sejak kapan nenek ditinggal mati kakek nek..?"


"Sejak nenek berusia 50 tahunan Din...kenapa emang kamu tanya itu...?"


"Berarti sudah 12 tahun ya nenek tak dibeginiin sama kakek nek?"


"Kalau masalah kehangatan lelaki, nenek dan kakekmu sejak usia nenek 45 tahun sudah tidak disetubuhi kakekmu Din..." Mendengar itu aku terheran-heran, tapi tetap tanganku masih memainkan jurang kenikmatan milik nenek.


"Berarti nenek sudah tak di entot kakek 18 tahun nek..?!" Aku hitung jumlahnya memang seperti itu. Berarti ini memek gak dientot bertahun-tahun? Ugh! Aku semakin bersemangat untuk menyatukan tubuhku dengan nenek.


"Iya Din, soalnya kakek kamu itunya udah gak ereksi lagi Din..." Ucap nenek sambil menikmati memeknya dikorek-korek jariku.


"Itu apanya nek..?" Kataku memancing nenek agar mengatakan kata-kata vulgar.


"Itu anunya..."


"Anu apanya sayang...? Ayo sebutin dong ?" Baru kali ini aku manggil nenek dengan panggilan sayang sampai nenek tersenyum kepadaku.






Rupanya nenek menangkap maksudku lalu dengan suara yang mendesah nenek berkata, "anu kontol kakek kamu udah gak bisa hidup lagi sayang..." Akhirnya nenek berhasil mengatakan kata itu yang terlihat seksi dan terdengar erotis.


"Nah! Gitu dong nenek cantik..." Ku goda nenekku hanya untuk mencairkan suasana, juga dengan ku rayu terus dirinya saya yakin nenek akan menjadi mainan kontolku. ah! Kenapa aku gak kepikiran dari dulu kalau aku punya nenek sebagai pelampiasan nafsuku.






Aku rasakan dari jelamariku memek nenek sudah semakin basah, sampai aku dengan leluasa meraba-raba bagian dalamnya terasa hangat dan semakin licin. Akhirnya tak mau menunggu lama, dengan perlahan aku pindah posisi dari tengah menuju tempat kenikmatan milik nenek. Didepanku terlihat vagina nenek yang membuat penisku semakin berontak menunjuk kearah lobang yang menganga, bentuk vaginanya yang tembem dengan bibir yang tebal sehingga aku lihat letak lobangnya berada agak jauh kedalam karena ketebalan bibirnya.






"Nek, memek nenek masih bagus ternyata.." ucapku sambil mengelus lembut bagai mengelus kepala anak kucing.


"Din, nenek malu..." Ucap nenek yang mau menutupi vaginanya yang mengangkang, tapi aku pegang tangannya lalu ku tatap nenek dengan sambil menganggukkan kepalaku bahwa semua akan baik-baik saja.


"Nenek sayang kan sama Udin? Kalau nenek beneran sayang boleh ya Udin masukin kontol Udin kedalam memek nenek? Nenek mau kalau Udin sakit gara-gara ngocok terus?" Kataku pada nenek, aku benar-benar tak percaya sudah ngomong yang tak layak didepan nenek. Tapi mau gimana lagi aku takut nenek cepat tersadar teringat akan dosa ternikmat ini.






Sepertinya nenek termakan rayuanku yang disertai suara memelas, yahh... Namanya juga seorang nenek yang sangat menyayangi cucunya, dengan perlahan akhirnya nenek melemaskan kedua pahanya, lalu dilebarkannya selebar-lebarnya sampai terlihat jelas lobang kenikmatan itu terhampar didepan mataku.







"Hanya sekali ini aja ya Din...? Seharusnya ini tak boleh terjadi, tapi... Entah kenapa nenek tak sanggup untuk menolak permintaan kamu..."


"Itu karena nenek satu-satunya orang yang sangat menyayangiku nek, mau menolong Udin meskipun Udin harus ngentot nenek... Nenek percaya sama Udin gak bakalan nyakitin nenek.. ya nek?" Ku coba yakinkan nenek agar nenek melapangkan hatinya untukku.


"Iya sayang nenek percaya sama kamu... Tapi pelan-pelan ya? Nenek sedikit kaget liat batang kamu Segede itu... Apalagi nenek sudah belasan tahun tak diberi nafkah batin..." Ucap nenek yang kini tangannya diletakkan disamping tubuhnya dengan kedua pahanya yang direnggangkan.






Saking senangnya aku membungkuk mengecup mesra bibir memeknya, "makasih nek... Udin senang banget..." Ketika ku cium memeknya yang tepat mengenai klitorisnya, nenek sampai terhenyak dan menarik nafas dalam, lalu memegang kedua lututnya agar tetap merenggang.






"Nenek kasihan sama kamu Din... Daripada kamu onani biar nenek bantu kamu ngeluarin sperma. Semoga ini gak dosa demi kebaikan kamu Din..."


"Tentu nek... Asal nenek jangan dengerin ustadz yang dikampung soalnya pasti bilang gak boleh nek... Nenek percaya aja sama Udin yah nek...?" Kataku yang siap menjilati memeknya.


"Iyaa Din.. nenek akan selalu percaya sama kamu... Yang tadi enak Din bisa dilanjut...?" Ucap nenek yang ternyata ketagihan dengan kecupan mesraku dimemeknya.


"Siap sayang.... Udin jilatin lagi ya...?" Kataku kepada nenek sambil mencium, merasakan memeknya. Disertai jilatan nikmat memainkan klitorisnya, nenek sampai menghentak-hentakkan pantatnya keatas ketika secuil daging itu ku ajak bermain dengan belaian lidahku.


"Aaahhhh... Eemmmhhh.... Dinnnn! Enak sayang... Jilatin terrruusss dinn...!!!" Mendengar nenek yang merasakan kenikmatan, tentu dengan senang hati ku acak-acak sekitaran memeknya. Lumayanlah itung-itung beramal membahagiakan orang tua.






Baru kali ini seumur-umur saya menjilati memek orang tua malah bisa dibilang sudah nenek-nenek, tapi entah kenapa saya sangat menyukainya. Terlebih nenek adalah ibunya ibuku dan aku adalah anaknya, jadi hubungan sedarah ini efeknya bagi diriku seperti menimbulkan ketertarikan yang amat sangat kuat. Nenek pun yang tadinya sangat takut berzina akhirnya luluh oleh pengaruh ucapanku, saya sendiri sebenarnya merasa bersalah sudah membohongi nenek dan mengajaknya melakukan perbuatan ini. Tapi, meskipun ini dosa. Aku harus menyetubuhi nenekku demi kebaikanku juga daripada harus coli, karena bisa mempengaruhi kondisi penisku dimasa depan. Semoga nenek dibalas Tuhan karena kebaikan dalam menolong cucunya.






Slrruuuuppp...sslllrruuupppp....!!! Suara hisapan dan jilatan mulutku dengan memek nenek menimbulkan suara-suara yang enak didengar seperti lagi nyedot Tutut sawah. Aku seneng banget! Mimpi apa saya semalam? Padahal tak pernah terpikirkan kalau akan mendapat rejeki seperti ini.




Puas ku nikmati memeknya, kini tinggal menuju babak utama yaitu menyatukan tubuhku dengan nenekku. Aku mendekat kearah nenek yang mengangkang, sehingga kedua paha kami hampir menempel. Sebelum aku letakkan kepalanya di wilayah terlarang milik nenek, terlebih dulu aku minta ijin ke nenek apakah beliau rela jika penisku aku masukkan ke dalam memeknya yang sudah siap menampung penisku.






"Nek, ini kesempatan nenek untuk berpikir... Udin cucu kesayangan nenek minta ijin buat ngentot nenek..." Kataku sambil menempelkan ujung penisku ke lobang vaginanya. Ketika menempel itu, aku rasakan hawa hangat, rasa nyaman akan kenikmatan sensasi incest. Nenek pun sepertinya merasakan kenikmatan itu, karena tatkala kepalanya menempel dan ku tekan sedikit sampai setengah kepalanya masuk, nenek melenguh menatapku sayu.


"Masukin aja Din... Nenek udah gak tahan... Jangan siksa nenek masukin semuanya sayang..." Tiba-tiba entah karena nenek sudah dikuasai nafsu atau memang tak tahan menahan birahi yang bertahun-tahun tak di setubuhi, kedua kaki nenek menekan keras pantatku lalu BLESSSSSKKKK!!! Uugghh!!! Aaaahhhhh...!!" Dengan sekaligus kontolku amblas tenggelam dilembah kenikmatan surgawi nenekku. Kami sama-sama melenguh nikmat karena tak tersisa sedikitpun batang kontolku tak ditelan oleh mulut memek nenek. Aku langsung ambruk diatas tubuh nenek sampai kedua payudaranya bergetar menopang dadaku.






Ku biarkan sejenak kontolku merasakan kehangatan yang luar biasa dari cengkraman lobang memeknya, sampai-sampai nenek berkata kepadaku, "Din... Kontol kamu gede banget... Aahhhh.... Memek nenek sampai ngilu Din..." Ucap nenek lirih.


"Sakit nek? Udin cabut aja ya...?" Padahal boro-boro mau aku cabut, enak begini tak mungkin aku sia-siakan. Tapi nenek secara reflek berkata "jangaaannn! Jangan dilepas dinn...! Nenek suka kontol kamu sayang..." Ucap nenek memelukku erat.


"Iya nek, Udin juga suka memek nenek... Ugh! Nek kita jadi suami istri aja ya... Supaya Udin bisa ngentot nenek tiap hari ya nek...?" Aku tekan-tekan agar kontolku semakin dalam.


"Tapi Din... Kamu cucu nenek sayang... Gak mungkin bisa kita nikah....?" Ucap nenek membelai kepalaku.


"Maksud Udin hanya kita aja yang tahu kalau kita suami istri nek... Gimana? Nenek sayang kan sama Udin?" Aku tatap mata nenek supaya nenek yakin kalau saya serius, padahal aku hanya ingin memek nenekku bisa aku nikmati kapanpun yang aku inginkan.


"Iya Din, nenek mau jadi istri kamu... Karena niat nenek dientot kamu supaya kamu gak onani gak baik buat kesehatan..."


"Nenek memang Malaikat penolongku... Sekarang Udin ngentot nenek ya... Siap nek?" Aku mulai ancang-ancang untuk menggenjot nenekku, akhirnya kami pun sekarang resmi menjadi suami istri. Aku sangat senang, nenek pun sangat bahagia karena setelah bertahun-tahun hidup sendiri, kini sudah memiliki suami dari cucunya sendiri.






Hantaman demi hantaman dua alat kelamin menyatu sempurna tembus ke dasar vagina nenek, tak sedikit pun ruang yang tersisa dari rongga vaginanya, semuanya habis diisi seluruh batang penisku. Ketika ku genjot nenekku dengan kecepatan tinggi, membuat tubuh nenek bergetar hebat. Belum lagi lehernya juga payudaranya aku lumat, aku hisap sampai ku gigit mesra semakin membuat nenek kelojotan. Tubuh kami semakin panas, urat semakin tegang, aliran darah semakin kencang menjalar ke segala arah. Kontolku didalam memek nenek semakin terasa ngilu dan liar mengobrak-abrik rongga yang terasa begitu sempit. Rasa hangat pun semakin terasa karena pergulatan tabu yang sangat panas, ku lihat nenek sampai mengeluarkan suara-suara aneh seperti orang kesetrum Aahh... Aaahhh... Aaahh... Aaahhh....!! Diiinnnn nenek mau kelluar diiinnnn... Entot nenek sayang... Eeemmmmhhh....!!" Ucap nenek meracau didepan mukaku.


"Udin juga nek mau kelluarrhh... Lepasin dimana nek spermanya... Aahhh... Neekk..?" Aku dan nenek sama-sama hampir menuju puncak kenikmatan.






Detik-detik sebelum aku ejakulasi dan nenek orgasme, akhirnya kami menemui sebuah kesepakatan. Nenek mengijinkanku mengeluarkannya didalam.






"Didalam aja dinnn... Jangan dilepas yaahh sayang... Aaaaaaahhhhhhhh... Kkeellllluuaaarrrr....!"






Srrrrr... Sssrrrrrr...!! Dari dalam memek nenek kontolku disirami orgasme nenek, tak menunggu lama disela-sela kenikmatan orgasmenya aku pun melepaskan jutaan sel spermaku menyembur dengan cepat didalam rongga memek nenek. Crrooottt... Crrrooottt... Ccccrrrroooootttt....!!!! Uuuuugggghhhh!! Enak nek ngentot nennneekkk... Aaahhhh....!!! Kontolku memuntahkan berkali-kali sperma yang sangat banyak, sampai rongga vagina nenek tak sanggup menampung semua lendir-lendir surgawiku, kedua lendir itu membaur menjadi satu antara aku dengan punya nenekku. Semuanya aku lepaskan sampai tetes terakhir, hingga aku ambruk diatas tubuh nenekku.




Aku benar-benar puas dengan kondisi memek nenek yang masih menjepit dan begitu liar mengunyah batang kontolku sampai terasa ngilu. Setelah semua reda tak ada yang dimuntahkan lagi, tapi kontolku masih berkedut-kedut juga otot memek nenek pun masih berkontraksi. aku peluk nenekku sambil berbisik tanpa dilepaskannya kedua kelamin kami yang menyatu.






"Nek.. makasih ya..? Udin tertolong oleh nenek.


"Kamu cucu kesayangan nenek Din... Nenek akan melakukan apapun untuk kamu.. barusan enak banget Din.. sudah lama nenek tidak merasakan kenikmatan yang nenek rindukan..."


"Nek, mulai dari sekarang dan seterusnya kita ngentot lagi ya nek?"


"Bukannya kita sudah jadi suami istri Din? Kalau nenek menolak berhubungan nanti nenek berdosa sama suami nenek..." Ucap nenek mengingatkanku bahwa kami sudah berkomitmen membangun keluarga incest.


"Ehh.. iya sayang aku lupa..." Kami pun tertawa saling berbalas obrolan yang semakin membuat kami merasa nyaman. Tiba-tiba kontolku didalam memek nenek bangkit lagi, nenek pun merasakannya kalau ada kehidupan didalam rongga memeknya yang menggeliat.


"Din? Kontol kamu hidup lagi tuhh...?!" Rupanya nenek menyadari itu.


"Nenek masih kuat gak? Ngentot lagi yuk nek?"


"Ayo sayang! Nenek masih sanggup kok..." Sambil ngobrol ku genjot lagi nenekku hingga sampai kami berdua tiga kali orgasme.






Setelah itu kami mandi bersama lagi, lalu makan bersama dan aku minta ijin ke nenek untuk balik ke rumah.






"Ingat Din?! Kalau kamu lagi pengen jangan onani..?"


"Sekarang Udin gak akan ngocok lagi nek, kan ada nenek tempat Udin membuang sperma... Udin pulang dulu ya...?"


"Iyaa sayang hati-hati dijalan..."



Posting Komentar

0 Komentar