Mungkin ini menceritakan kisah yang tidak untuk ditiru, tapi saya berharap isi cerita ini tak ada unsur sara atau memandang rendah siapapun. Ke khilafan atau kesalahan dalam hidup tak bisa untuk dihindari, meskipun aku dan keluargaku bukanlah orang yang meninggalkan ibadah pada Tuhan. Tapi yang namanya nafsu tak bisa dibunuh tatkala birahi menguasai diriku.
Besarnya nafsu seksualku pada bayang-bayang lawan jenis, membuat diriku setiap hari melakukan tradisi coli pakai sabun atau body lotion. Dimana pun tak kenal waktu asal situasi sunyi sepi kulakukan tradisi itu. Aku tahu sesadar-sadarnya bahwa yang aku lakukan itu salah besar, karena sudah menyia-nyiakan waktu, tenaga juga calon-calon bayiku yang berhamburan dikamar mandi.
Jujur aku tak bisa meninggalkan kebiasaan sakral ini, karena sudah dilakukan bertahun-tahun hingga aku sekarang masuk pendidikan SMA di kotaku. Setiap hari rutinitas coliku kulakukan paling sedikit tiga kali dalam sehari, bahkan pernah sampai lima kali hingga badanku sendiri terasa lemas tak berdaya dan yang keluar hanya cairan bening saja yang keluar dari penisku.
Tak menunggu lama aku memulihkan kondisi tubuhku sampai segar kembali, cukup menunggu satu jam lebih testisku memproduksi berkali-kali lipat sel sperma sampai kembali full tank. Mungkin ini pengaruh makanan yang aku makan yang mengandung banyak protein, makanan itu tak pernah aku tinggalkan sejak dari bulu jambutku belum tumbuh. Ya! Aku sering mencampur makanan itu dengan diblender, seperti dua buah pisang Ambon matang, dua telur rebus diambil putihnya saja dan satu bungkus susu Dancow bubuk. Kesemua bahan itu aku blender ditambah sedikit air sehingga menghasilkan segelas besar minuman sehat.
Paginya aku rutin mengurut penisku dengan air teh bekas semalam yang didiamkan sampai dingin suhu ruangan agar penisku besar dan kuat, lalu rebusan kulit pohon salam yang dijemur sampai kering agar terhindar dari ejakulasi dini.
Lantas bagaimana aku tahu semua itu? Karena memang aku punya banyak saudara yang membuka praktek tradisional mengharmoniskan rumah tangga. Dari situlah aku mempraktekkan ilmu itu kedalam kehidupanku, sehingga khasiatnya barulah aku rasakan sampai hari ini.
Pernah aku berpikir dan berangan-angan ingin sekali menyetubuhi ibuku sendiri, tapi semua itu tidak akan mungkin terjadi karena mana mungkin ibuku mau disetubuhi anaknya sendiri. Sedangkan keluarga kami adalah orang-orang yang taat beribadah.
Ketika sedang asyik coli dikamar mandi, tiba-tiba pikiranku malah melayang dan terbayang tubuh nenekku hingga ku keluarkan Peju ku berhamburan dilantai Crott..! Crroott..! Ccccrrrroooootttt..! Ahh... Aku melenguh sekaligus merasa sedih spermaku terbuang sia-sia.
Nenek IJAH KOSMALA namanya, beliau tinggal diujung kampung dekat persawahan, berusia sekitar 62 tahunan ibunya ibuku alias nenekku. Entah kenapa dan dari mana pikiran itu tiba-tiba saja datang di kepalaku? Setankah? Memang nenekku sudah tua, tapi jika dilihat dari segi fisiknya masih terlihat segar bugar, masih bisa berjalan dengan tegak dan lincah. Nenek IJAH juga memiliki bokong yang lumayan lebar membusung, tidak terlalu kurus atau gendut dan payudaranya menurutku masih layak untuk digesek-gesek menjepit penisku.
Nenekku orangnya penyendiri tidak mau merepotkan anak-anaknya walaupun pernah diajak untuk tinggal bersama kami dirumah orang tuaku. Tinggal sendirian dirumah gubuk tua yang terbuat dari papan kayu dengan ubin yang terbuat dari semen yang diplester, tidak membuat nenek mengeluh atau bersedih. Karena memang nenekku orangnya sudah terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan kekurangan. Di gubuknya memiliki dua kamar tidur padahal beliau hidup sendiri. Tapi nenekku selalu membersihkan dan merapikan kamar tidur yang satunya untuk tempatku tidur, karena aku dimata nenekku ibarat anak emas yang sangat disayangi.
Aku sering berkunjung ke rumahnya mengantarkan sekarung beras juga lauk asinnya untuk nenekku. Bila nenek tahu aku datang mengunjunginya, beliau sangat senang sekali karena cucu kesayangannya selalu menghibur dan menemaninya. Aku pun sangat menyayangi nenekku karena tak pernah sekalipun nenek memarahi kesalahanku, malah jika ibuku ketahuan ngomel-ngomel didepan nenek pasti nenek membelaku.
Aku anak pertama yang diberi nama oleh orang tuaku dengan nama panggilan Udin, padahal nama asli Saripudin. Sekolah SMA negeri di tempatku sangatlah jauh, untuk itu aku hanya bisa sekolah kejar paket C saja. Selain hanya sekedar untuk mendapatkan ijazah, orang tuaku ingin agar setidaknya kehidupanku lebih baik dimasa depan.
Sekolah bagiku hanya tempat bermain saja, aku tak peduli dengan semua omongan guruku disaat sedang belajar. Otakku rasa-rasanya sudah dipenuhi oleh bayang-bayang nenekku. Bagiku nenek satu-satunya harapanku, tempatku mengadu betapa beratnya membawa sperma yang sudah terasa penuh dikantung menyanku. Sejak aku coli, entah mengapa aku teringat selalu nenekku? Akh! Kalau terus ku simpan spermaku bisa stres jadi beban pikiran.
Dikamar ini aku sering melamun, sambil menatap langit-langit kamar ku lihat nenekku sedang bugil lalu mengajakku bersetubuh. Hemh..!! Itu hanya khayalanku saja.
"Din...?! Udiinnn...???!!" Ibu memanggilku dari luar.
"Apa bu..?!" Tanyaku.
"Tolong anterin pisang ini ke nenek nak.." kata ibu dibalik pintu kamarku.
"Iyaa bu, tunggu sebentar Udin pake celana dulu...!" Anjriiittt keceplosan.
"Lha? Emang kamu lagi ngapain gak pake celana?!"
"Tadi tidur cuman pake sarung doang bu..!" Kataku ngasal.
"Ya udah pisangnya ibu taruh didepan ya? Ibu mau nyuci baju dulu dibelakang..."
"Iyaa...!!" Jawabku dari dalam kamar.
Sebelum keluar kamar ku pastikan dulu penisku lemas, karena dari tadi tegang banget ngamuk susah di diemin, satu-satunya solusi ya harus coli. Tapi karena takut kelamaan, akhirnya aku pending sementara ritualku ini.
"Bu aku berangkat...?!!"
"Iyaa hati-hati dijalan...!!" Jawab ibu dari belakang.
Untuk menuju ke tempat nenek aku harus berjalan kaki melewati rumah para tetangga, nyebrang sungai dan akhirnya sampai juga dirumah nenekku. Didepan pintu yang tertutup aku buka lalu masuk saja tanpa ngucapin salam atau manggil nenekku sambil bawa pisang. Ketika ku lihat kedalam kamar tidak ada nenek, di dapur pun tidak ada. Tiba-tiba byurr! Byuurr.!! Dari dalam kamar mandi terdengar suara gayung sedang mengguyur sesuatu. Mungkin nenek sedang mandi didalam dan entah kenapa pikiran kotorku mampir di otakku, mendorong tubuhku bergerak untuk mengintip lobang pintu kamar mandi.
Ku simpan pisang diatas meja yang ada didapur, lalu aku berjalan kearah kamar mandi, ku intip nenekku. Ketika ku intip lewat lobang kecil dipintu, mataku terbelalak melihat nenek sedang nungging menggosok betisnya. Kulihat memek nenek lumayan tembem dengan kulit pantatnya yang putih bersih, argh! Ingin ku jilat bongkahan pantatnya itu.
Penisku pun dengan seketika bangkit menggeliat seperti selang yang diisi air, entah kenapa reaksi yang ku rasakan begitu kuat sampai mengejang hebat dan berkedut-kedut ingin hinggap dilobang kenikmatan punya nenekku. Sambil memegang penisku, ku kocok dengan cepat sambil mengintip nenek yang sedang mandi. 'Ughh! Ijah memekmu sepertinya enak banget kalau di entot!' gumamku dalam hati.
Nenek masih membungkuk menggosok kedua kakinya yang dilebarkan, sehingga terlihat jelas memeknya yang berbulu sedikit terbuka didepan mataku. Ketika sedang mengintip nenek, sesuatu yang tak terduga pun terjadi. Ternyata pintu kamar mandinya tidak dikunci oleh nenek, akibatnya pintu pun terbuka dan aku tersungkur tepat dibelakang nenek yang sedang membungkuk telanjang.
"Aduhhh...!!!" Kepalaku kena lantai kamar mandi dibarengi kekagetan nenek yang secara reflek berdiri melihat kebelakang.
"Hah! Udin?!!! Bangun cu.. kamu gak apa-apa nak..?!" Nenek mencoba membangunkanku tidak memperdulikan dirinya yang sedang tak memakai sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Tapi nenek malah meletakkan kepalaku dipahanya.
"Sakit nek... Maaf kirain gak ada nenek didalam... Udin kebelet pengen kencing nek... Aduhh.. kepalaku..!" Aku memang menahan sakit karena terbentur ubin, tapi masih bisa berbohong didepan nenek yang ternyata kulihat dengan mataku payudara nenekku tepat berada diatas wajahku menggelayut meneteskan air.
Rasa sakit kepalaku seakan mulai reda karena payudara nenek menekan keningku.
"Kamu bisa bangun kan Din..?" Ucap nenek sambil menyeka air dikeningku yang menetes dari ujung putingnya.
"Bisa nek... Maaf gara-gara Udin tersungkur aurat nenek jadi kelihatan sama Udin..." Kataku sambil bangkit dari lahunan nenek.
"Astaghfirullah... Nenek lupa kalau telanjang..." Setelah bangun nenek berdiri dan sekilas ku lihat bentuk vaginanya tembem banget, nenek pun menutupi payudara juga vaginanya dengan menyilangkan tangannya.
"Udin keluar dulu aja biar nenek pake handuk dulu..."
"Gak apa-apa Din... Kencing aja dulu nanti jadi penyakit.." ucap nenek sambil masih menutupi tubuhnya.
"Ya udah Udin kencing dulu nek.." aku baru sadar kalau celana kolorku sudah melorot sampai lutut dengan penisku yang sedang berdiri dengan sombongnya.
Ku lihat ternyata nenek memperhatikan penisku dari tadi yang mengacung mengarah ke arah nenek, karena lobang pembuangan airnya berada disamping nenek yang sedang berdiri didepanku.
Serrrrrrrr.....!! Aku membuang air kencing didepan nenek, sekilas nenek menelan ludah bahkan sampai mulutnya ternganga sedikit menatap batang kontolku. Aku pun menatap seutuhnya tubuh nenek yang basah, juga masih ada busa sabun yang masih menempel ditubuhnya. Tubuh yang sudah tua tapi masih terlihat menggoda dan layak untuk dirasakan kembali.
Sialnya ketika sedang menatap tubuh nenek, kontolku malah semakin berdiri tegak yang tentunya aku agak susah mengeluarkan air kencing kalau kontolku terbangun. Kesempatan ini saya rasa takkan mungkin terulang kembali, nenek menatap batangku sedangkan aku memandangi tubuh telanjangnya.
"Nek...?" Tanyaku sambil memasukkan kembali penisku yang masih tegang dan menonjol didalam celana.
"Apa Din..?"
"Untuk menebus rasa bersalah udin sama nenek.... Mmmm... Ijinkan Udin bantu nenek membersihkan tubuh nenek... Boleh ya nek..?" Kataku memasang wajah memohon.
"Nenek bisa sendiri kok Din nanti pakaian kamu basah... Itu juga masih ada bekas-bekas air gara-gara kamu jatuh tadi..." Sahut nenek.
"Gapapa kok nek.. Udin malah senang membantu nenek, Udin pasti akan selalu merasa bersalah kalau tidak membalas kebaikan nenek.. nenek gak tega kan kalau Udin sedih...? Soalnya nenek orangnya baik gak kayak ibu.." aku sebisa mungkin berusaha membujuk nenek agar di bolehkan memandikan dan membersihkan tubuh telanjangnya. Jika yakin dan bersungguh-sungguh pasti akan menuai keberhasilan, nenek pun akhirnya merasa terenyuh hatinya dan merasa tidak tega melihat cucu kesayangannya sedih didepannya. Nenek pun mau juga dimandikan olehku lalu berjongkok didekatku menghadap kearahku.
"Nenek seneng banget punya cucu yang baik seperti kamu Din... Nenek gak tega kalau kamu sedih.. ya udah, bantuin bersihin tubuh nenek Din.. tapi lepas dulu celana baju kamu gantungin dipaku nanti basah..." Ucap nenek yang akhirnya terbuka hatinya untuk memandikannya. Semoga ini awal bahagia bagi kesejahteraan benih-benih spermaku, mudah-mudahan ada tempat bernaung untuk melepaskan dan merasakan kenikmatan surgawi milik nenek.
"Baik nek..." Aku pun atas ijin nenek melepaskan semua pakaian dan celanaku, sehingga kami dikamar mandi ini telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami. Aku tertegun melihat mulusnya kulit nenek. Heran udah tua kepala enam tapi sedikit keriput ditubuhnya, malah sekilas aku lihat payudara nenek seperti masih terlihat padat berisi.
"Sekalian kamu juga mandi Din, nanti nenek juga bantuin nyiram airnya..." Mendengar saran nenek aku merasa ditimpa durian runtuh, seneng banget nenek ngajak mandi bersama.
"Wah! Boleh nek?" Kataku kegirangan.
"Iya Din.. cepet buka bajunya..."
"Baik nek, nenek memang baik banget.. ibu aja kalah baiknya sama nenek..." Aku puji-puji nenekku agar supaya terbuka hati nenek. Bener juga ku lihat nenek tersenyum sampai secara entah sadar atau tidak, nenek menurunkan tangannya sehingga terlihat payudaranya menggelayut di dadanya.
0 Komentar