ANDERA PART 3

 

Tak terasa sudah 1 minggu lebih ia bersekolah disini, kekaguman atas dirinya berangsur berkurang. Dan hanya beberapa siswi yang masih membicarakan dirinya.




“oi ndre” ucap doni, yang merupakan teman satu-satunya saat ini, dan tak ada yang lain sedekat doni.




“hoo?”




“lo sadar gak jadi bahan omongan??” tanyanya santai, andre hanya mengangguk pelan.




“keren keren”tangan doni menepuk-nepuk punggungnya.




“eh lo tau namanya hasley gak don??” tanya andre menjadi penasaran, doni menangguk pelan.




“siapa yang gak kenal, jawara sekolah ini” jelasnya




“maksudnya?”




“ya bisa di bilang mascot lah, soalnya berkat dia team volley sekolah ini jadi terkenal,” lanjut doni menjelaskan. Andre semakin yakin orang yang ia temui saat siang hari dan ML di kelas adalah hasley.




“ terus yang cewek cakep di kelas sebelah?”




“yang mana?”




“yang rambut lurus, mukanya polos gitu kayak lugu haha” jelas andre.




“ouhh evelyn, pacarnya hasley,”




“haa serius?” anggukan doni lagi.




“jangan harap dah lo deketin si evelyn, bisa di hajar hasley lo, “ lanjut doni. Ia sedikit terkjut wajah polosnya ternyata cewek yang ia temui bersama orang itu.




“gue juga lebih demen mukanya tuh evelyn, hahaha”




“dah ah, dah masuk tuh gurunya, pelajaran killer” ucap doni mengubah posisinya, selama pelajaran andre terus memikiran dua orang itu. Andre hanya tertawa kecil mendengar ucapan.




***




Tak terasa hari minggu pun tiba, seperti biasa dera tak terlihat di rumah. Andre dan nesya memilih ke pantai untuk berjalan-jalan karena belum sempat ia berjalan santai selama pulang sekolah.




“nesyaa.. itu pulau apa ya? Kayaknya gak ada jalan kesana?” tunjuk andre saat berjalan di bibir pantai.




“uhm, aku aja gak pernah kesana kak, kata papa pulau terlarang”




“pulau terlarang?”




“iahh, namanya tanjung perawan” andre menganggung pelan,




“dan aku denger 6 bulan sekali muncul jalan berpasir menuju ke pulau itu.”


“terus?”




“ya gak ada yang berani kesana, karena ada penunggunya kata papa, terus kesana dapat kutukan gitu kak”




“kamu percaya?”




“ngak tau hahaa,” andre semakin pensaran dan merasakan ia ingin menuju ke pulau itu suatu saat.




“kesana yuk, ada yang jual es kelapa, kayaknya seger” ajak andre menuju tempat es kelapa, memang daerah ini bukan tempat pariwisata, tetapi bagi andre temapt ini cocok jadi tempat wisata.




Siang hari yang panas di tambah minum es kelapa, angin laut pun membuat rasa kantuknya datang tiba-tiba. Andre memilih tiduran di beralas tikar dekat warung. Sambil sesekali menjawab pertanyaan nesya yang bertubi-tubi.




***




“ nesya?” gumamnya saat berada di kamarnya,




“kak andree” tegur nesya masuk ke kamarnya memakai daster pendek hanya setengah dari pahanya.




“yukkk cepet aja, nanti ketauaann” lanjutnya langsung menungging memperlihatkan bonngkahan pantatnya tanpa ada yang menutupi, di tambah bibi vaginanya yang tembem membuat penis andre tegak secara langsung.




“ayo kak” nesya menungging sambil membuka bibir vaginanya, terlihat basah dan merah. Andre pun mengocok penisnya sebelum memasukan ke vagina nesya..




“kakkkkk” jeritan nesya membuat andre terbangun dari mimpi indahnya. Ia terlihat bingung saat nesya menutupi sesuatu di bagian bawahnya dengan kain lap.




“kakak jorok ih, onani di tempat gini” gumam nesya sambil membuang muka.,




“ha?” andre langsung tersadar tangannya sedang menggengam penisnya.




“so.. sorry” dengan cepat andre memasukan kembali penisnya.




“ih untung gak ada orang” ucap nesya melihat kearahnya,




“kalau ada, beuh aku pura-pura gak kenal kakak hahaah” tawanya, tetapi memang benar tak ada satu pun orang di warung ini, pemilik warungnya pun entah kemana. Rasa malu andre tak tertahan kali ini, dan sadar ia hanya bermimpi.




“kakak mimpiin siapa emang sampai kayak gitu?” tanya nesya penasaran.




“hehehe lupa, hehe” tawa andre benar-benar kejadian yang memalukan di depan nesya, dan menyangka kalau ia seorang cowok mesum, padahal memang ia.




“ihh hihihi” senyumnya melirik kearah andre.




“dah yuk balik ah, “ ajak nesya meninggalkan warung itu setelah menyelipkan uang di kotak laci.




“kakak pasti bayangin tubuh kak dera ya???” ucap nesya tiba-tiba di perjalanan.




“ha? Gak lah, mana mungkin mimpiin hantu egrang gituu” jawab andre sekenanya.




“ha hantu egrang??”




“gak maksudnya mimpi orang tinggi gitu, hehe, “ nesya pun menghentikan langkahnya.




“kak deraaaaaaaaa” teriak nesya dari jauh melihat seseorang duduk di perahu nelayan yang sedang menepi. Duduk sendiri memandang laut, sadar nesya dan andre datang, nesya memilih menjauh.




“ihh aneh di panggil malah pergi, huuuu” gerutunya mengarah ke perahu nelayan.




“ kamu seneng banget di pantai, ?” andre duduk bersama nesya di perahu yang beatap.




“iahh suka, aku sama kak dera sering liatin matahari terbenam disana” tunjuk nesya ke bukit kecil seperti tebing.




“wah seriusan, padahal dari sini bisa loh”




“tapi enakan dari sana, lebih jelas, kapan-kapan aku ajak kesana, capek kesana nanjak gitu hihi”




***




Dera berjalan agak cepat menuju suatu tempat, ia sedikit memanjat jalan batu. Terlihat curam jalan menuju keatas.




“cih, ngapain tuh anak berduaan terus” gerutu dera kesal mengingat wajahnya.




“aahhhhhh hassss!!~~~” jerit seseorang dari balik pepohonan,




“itu suaraaa!” dera pun berjalan perlaha, dan melihat hasley sedang memompa penisnya, terlihat evely berdiri terikat di batang pohon sambil kedua kakinya di angkat.”




“ha” nafasnya dera tiba-tiba sesak menyasikan seperti itu,




“bego, orang begoo, ml ngapain tempat kayak gini!” gerutunya duduk berjongkok,




“aahhh~~” terdengar klimaks mereka berdua bersamaan, dera pun langsung bersembunyi di sema-semak.




“ih kamu mah ngajakin di tempat terbuka teryuusss” gumam manja evelyn saat hasley membuka ikatan di tangannya, dera terus mengintip.




“hehe, tapi sukakan?”




“iah.”




“besok cari tempat lagi, yuk ah, keburu ada orang nanti” hasley menggengam erat tangan evelyn saat mereka berdua selesai rapih-rapih, melihat tak ada orang dera langsung keluar dan menuju pinggir tebing.




“haaaaa” lepas nafasnya seolah ingin melupakan kejadian tadi, matanya tertuju ke hamparan laut yang biru tenang, berebeda saat di pinggir pantai.




Dera yang bersandar di pohon sambil menunggu matahari terbenam, entah berapa jam ia duduk termenung disini.




“dera?”ucap seseorang membuyarkan lamunannya.




“ha hass ley” gumamnya saat melihat hasley berada di depannya.




“kamu ngapain disini?” tannya menghampirinya.




“aku mau pergi dulu, bye” dera pun melangkah melewatinya,




“tunggu” hasley menahan tangan dera. Kembali terlihat kaki dera bergetar.




“apa?” jawabnya menunduk. Hasley menarik tangannya dan menahan tangannya ke batang pohon.




“mau apa lagi??” tanya dera dengan nafas yang tak beraturan.




“kenapa kesel gitu? Kecewa aku gak milih kamu? Sampai kamu jatuhin diri kamu?” tanya hasley membuat kaki dera terus begetar hebat.




“harusnya tahun lalu, kamu gak nolak permintaan aku, dan aku gak bakalan milih evelyn” bisiknya mengangkat dagu dera/




“mungkin semua itu gak bakalan terjadi, dan kita terus bersenang-senang kan?” bisiknya membuat dera tak bisa berbicara apa-apa.




“tapi gpp lah, “ hasley langsung melepaskan tanganya membuat dera jatuh terduduk, ia melangkah pergi begitu saja seolah dera seperti barang bekas pakai.




***




Tak terasa andre mengobrol banyak tentang daerah sini oleh nesya, jam menunjukan 3 sore. Andre mangajak nesya segera pulang, karena ia merasakan kulait di wajahnya sangat kotor dan terasa kaku.




Pandanganya terpaku melihat bongkahan pantat nesya, dan teringat kembali dengan mimpinya seolah terasa nyata di bagian itu.




Pintu pagar terbuka sedikit, dan tak ada tanda-tanda dera pulang karena hanya ada 2 pasang sandal, kemungkinan om deni dan tante rani. Andre memilih duduk di bangku sambil meluruskan pinggangnya.




“kemana tuh anak” andre pun mencari ke samping rumah karena nesya tak terlihat masuk ke dalam rumah.




“aah~” terdengar suara desah,




“wah tante rani nih” gumamnya mencari celah jendela, dan benar saja om deni sendang menghantam tante rani di lantai. Om deni pun mengubah posisi dengan doggy style,




Tante rani dan om deni memakai pakaian utuh saat bersetubuh, hentakan om deni membuat tante rani menggerang panjang.




“kak” tergur nesya di samping membuat andre sangat terkejut.




“ka ka mu nesy,” jawabnya dengan terbata-bata.




“kakak ngingtip mama ya?” tanya dengan wajah datar.




“anuuu anuu. Ituu gak sengaja” keringat dingin langsung keluar dari pori-porinya. andre berusaha berdiri tetapi kaki gemetar kepergok nesya.




“aaahhh” tak sengaja andre jatuh menindih nesya yang tepat berada di depannya.




“awh sorry nes..” tanganya tak sengaja bertumpu di buah dada nesya dan meremasnya sedikit saat berusaha bangun.




“kamu gpp?”




“gpp kok” ucapnya pelan,




“sorry ya ness, “ andre benar-benar tak bisa berpikir panjang membantu nesya berdiri,




“ih gpp kok kak, gak terlalu keras juga jatuhnya, “




“tapi nesy, kakak gak berniat ngintip sumpah,,” andre mengikuti nesya ke halaman depan, ia masih merasa benar-benar mati kutu.




“ih kak andre tampangnya gitu banget, jelek tau” celetuk nesya. Andre hanya tertawa sambil mengaruk kepalanya. Semesum-mesum dirinya, tetap saja untuk hal ini ia merasa sangat malu dan berdiam di halaman rumah sejenak menunggu mereka selesai bermain.




“mama sama papa mah gitu, kalau gak ada orang kadang main hehe” ucap nesya tiba-tiba saat mereka berdua hanya bisa terdiam.




“haa? kamu udah sering liat?” pertanyaan spontan andre mendengar ucapan dera.




“iah, hihihi”




“ouh,, “




“mama sama papa nikah muda, sih, mama aku masih keliatan muda yah??” tanya lagi menatapa kearahnya.




“hehe ia , kayak masih sekitar 35an gitu.” Tapi memang benar, andre melihat tante rani tak jauh beda dengan di foto dinding, dan bedanya hanya bodynya semakin berisi.




“ hii bayangin macem-macem mama aku ya??” tergur nesya saat andre terlihat melamun.




“ha? Gak lah, haha bayangin kamu “ jawab andre sekananya.




“oh ya??”




“bercanda haha, terus kita disini sampai kapan?”




“bentar lagi, dah yuk, masuk, kayak udah selesai hehe” nesya berjalan santai memasuki rumah, benar ucapan nesya, om dani sedang duduk membaca Koran, dan tak lama tante rani datang membawa cemilan,




“dera mana nes?” tanya tante rani.




“gak tau ma, tadi sih ketemu di perahu,tapi dia pergi lagi” jawab nesya langsung mengunyah kue kering.




“tante om, andre ke kamar ya, hehe sekalian mau istirahat sebentar” andre melangkah menaiki tangga, sesekali matanya kearah buah dada tante rani, terlihat jelas tali branya tak terkait dengan rapih.




Kacau, mungkin tema hari ini. Andre benar-benar malu, dan terus terpikir akan buah dada nesya, terasa buah dadanya yang tak terasa ia remas selalu membekas di telapak tangannya. Dan juga terbesit pikiran mesumnya untuk merayu nesya untuk sekedar meremas-remas.








Hari demi hari pun sudah berlalu, andre sudah mulai terbiasa dengan tingkah nesya yang genit dan dera yang ketus terhadapnya. Andre lebih tertarik body nesya di banding dera, itu pikiran yang berkecamuk di kepalanya.




Begitu pundi sekolah, para siswa mulai tak membahas dirinya lagi. Dan tertuju ke satu orang yaitu Hasley.




Tepat saat jam olahraga di kelasnya team hasley sedang bertanding dengan team entah team mana. Mungkin kelas lain.




Para siswi pun langsung bergerumul menonton pertandingan volley antar kelas, berbeda saat hasley latihan tak ada satu pun yang melihatnya.




“evelyn ya itu” gumam andre melihat evelyn berjalan berdua di samping hasley yang menuju lapangan.




“anjirr beneran cakep banget tuh anak, anak alim kayak nih, gak kayak si dera” andre terus memperhatikan wajah evelyn yang benar-benar mempersona baginya,




Fokusnya kini teralihkan saat pertandingan di mulai, setiap pukulan hasley benar-benar mematikan. Sangat keras dan akurat, di tambah saat hasley melompat di ikuti teriakan para siswi.




“jago nih anak, “ gumam andre saat pertandingan selesai, dan team hasley menang dengan telak.




Dari kejauhan terlihat evelyn menyeka keringat di wajah hasley dengan handuk kecil, “ udah gue bilang jangan harap lo liat evelyn” celetuk doni membuyarkan lamunannya.




“etth dah, kayak setan lo tiba-tiba muncul”




“hahaa, abisnya liatin tuh anak terus”




“lo udah liat kan gimana tuh hasley?” angguk andre.




“ si hasley sebagai smasher, terus dua orang yang tinggi hampir sama kayak si hasley sebagai set-upper. Dan 3 sisanya sebagai defender sama libero” ucap hasley menujuk satu persatu orang di team hasley.




“haa lo ngerti volley?” tanya doni terkejut mendengar ucapan andre.




“ngertilah, haha, emang lo gak ngerti?”




“kagak, gue taunya si hasley tukang pukul haha”




“cari mbah google sono”




“tapi gue akuin kompak mereka” anggukan kagum dengan team hasley.




“kenapa lo gak ikutan aja? Bikin team volley?”




“gak ah, gak niat juga berurusan sama mereka juga apa lagi hasley” andre sebenarnya ingin bertanding melawan hasley, ia ingin merasakan pukulan bolanya. Tetapi ia sadar bermain volley butuh kerja sama team bukan hanya tukang pukul bola.




***​




Tak terasa hari ini tanggal merah begitu pun besok dua hari libur membuat ray memilih mengahabiskan waktu ke pinggir pantai. Karena tak ada pemandangan bagus hari ini, nesya ikut tante rani ke pasar bersama om deni.




Kalau Dera??, entah kemana tuh anak, gak jelas. Dan ray memilih menelusuri bibir pantai lagi, matanya tertuju kembali ke pulau itu.




“ha??? Air lautnya surut” gumamnya dengan jelas ia bisa melihat jalan berpasir lurus ke arah pulau itu.




“bener kata nesya, asik kesana ahhh.. gak ada orang juga” dengan langkah agak cepat ia segera berjalan kea rah pulau itu.




“WOIIIIIIII”




“WOIIIIIIIIIII” teriak seseorang, ray tak memperdulikannya karena yang meneriakinya adalah dera.




“Jangan kesanaaa woiiii” dera setengah berlari menyusul andre yang setengah perjalanan ke pulau itu.




“wai woi wai woi, lo pikir gue gak ada namanya” gumam kesal andre,




“gue bilang jangan kesanaaa” teriak dera yang ternyata mengikuti andre ke pulau itu.




“kenapa?”




“gue bilang jangan ya jangan” bentaknya dengan wajah yang kesal.




“urusin aja masalah lo sendiri,” jawab andre dengan senyum lebar karena akhirnya ia membalas ucapan dera yang membuatnya nyelekit.




“lo bakal dapat masalah masuk kesana” lanjut dera yang terus mengikuti andre ke dalam pulau, tetapi andre tak mengubrisnya dan terus berjalan.




Terasa udara sejuk keluar dari arah dalam pulau, terlihat pohon-pohon menjulang tinggi seperti hutan.,




Tak ada kesan menyeramkan bagi andre dan ia malah terkagum-kagum melihat isi pulau ini. Dera seperti ketakutan masuk ke dalam pulau ini dan terpaksa mengikuti andre.




“haa batu?” gumamnya melihat batu menjulang cukup tinggi hampir 2 meter dengan coret-coretan yang terpahat, seperti prasasti.




“ jangan sentuh” teriak dera lagi dan mengangkat tangan andre yang sudah menyentuh batu itu.




“kenapa? Gak ada apa-apa juga”




“nihh” andre menarik tangan dera sambil meletakan tanganya di batu itu.




“tuh kan aapa gue bilang, mitos doank gak boleh kesini, soalnya ada sejarahnya nih batu” dera pun melepaskan telapak tanganya dari batu itu, ia sempat terdiam karena tak terjadi apa-apa. Andre terus mencoba memfoto nya tetapi cameranya tak bisa mengambil gambar dan hanya terlihat hitam semua.




Tiba-tiba langit menjadi sangat mendung, padahal ia kesini masih dengan terang menderang. Dera dan andre langsung menatap langit yang sangat gelap.




“ctarrrrrrrrrrrrrrrrr” sambaran petir menyambar batu itu,




“aaahhh” teriak dera dan andre terpental cukup jauh saat petir menyambar batu dan langsung tak sadarkan diri.




Hampir 30 menit tak sadarkan diri, andre mulai sadarkan diri. Ia merasa tubuhnya sangat lemas dan juga kepalanya sangat pusing seolah sedang di putar-putar puluhan kali. Dengan sempoyongan andre pun duduk besandar dekat pohon.




Tetapi rasa pusing belum hilang juga, dan kembali memejamkan mata, “Heiiii anak mudaa” terdengar suara seseorang, suaranya lebih mirip seperti suara kakek-kakek,




“ha?” andre pun membuka matanya, dan rasa pusing itu mulai mereda. Langit yang mendung kini seperti biasa terang menderang.




“apaan anjir itu tadi?” gumamnya melangkah perlahan. Ia melihat dera sedang menyandarkan diri dekat batu sambil memegang kepalanya.




“haaaa” jerit keras dera seolah sangat terkejut,




“lo gpp?” tanya andre, dera tak menanggapinya memilih langsung melangkah keluar dari pulau itu dengan cepat.




Dera sama sepertinya berjalan sempoyongan karena rasa pusing belum hilang juga, dera berjalan dengan sangat cepat seolah tak mau lama-lama di pulau ini.




“awas lo bilang, kalau kita kesana!!!” ancamnya dengan wajah serius, tapi memang serius. Kejadian aneh menimpa dirinya dan dera.




Untungnya tak terjadi apa-apa, hembusan angin membuat bulu kuduk andre merinding mengingat kejadian tadi, benar-benar sangat aneh.




Andre seperti termakan ucapannya sendiri, pulau itu benar-benar tak boleh sembarangan di masukinya, dan mungkin ini peringatan dari penunggu pulau itu.




Langkahnya sangat berat saat pulang kerumah, dera dan andre terlihat sempoyongan bahkan berpegangan ke tembok untuk melangkah, terasa pusing di kepalanya muncul kembali.




“kak andre, kak dera kalian kenapa?” tanya nesya yang sedang asik makan es krim,




“pusinggg”




“pusingg” jawab mereka berdua hampir bersamaan. Dera langsung rebahan di sofa, andre memilih langsung ke kamarnya.




“kak dera, abis ngapain sama kak andre?” tanya nesya yang masih makan es krim.




“bikin emosi tuh anak, bikin pusing” jawab dera terus memejamkan mata, tetapi semakin ia memejamkan mata. Semakin terasa di putar-putar.




Nesya yang penasaran pun melangkah ke kamar andre, pintu kamarnya tak tertutup rapat. Kondisi yang sama dengan dera, andre memegang kepalanya bahkan menutupi kepalanya dengan bantal.




Nesya kembali turun melihat kondisi dera, yang ternyata tertidur pulas sambil mentup wajahnya dengan tangannya.






***




“heiiii kalian” suara kakek-kakek kembali terdengar oleh mereka berdua, di dalam mimpinya andre melihat dera yang tak jauh darinya, mencari cari suara yang memanggilnya.




Suara itu terdengar dari batu yang ia pegang bersama dera di pulau itu, tiba-tiba muncul sesosok kakek-kakek berdiri di atas batu, sambil menujuk dirinya dengan tongkat kayu.




Tak terlalu jelas wajahnya seperti apa, hanya rambut putih panjang, begitu juga jenggot. Pakiannya juga lusuh seperti berpakaian petani. Andre pun langsung berlari menjauhinya, tetapi ia hanya berlari di tempat.




“haaa “ andre langsung terbangun dari tidurnya, dengan keringat yang membasahi tubuhnya, seolah ia baru saja berlari sangat jauh.




“gila mimpiaan tuh tadi, kayak beneran” lanjutnya merasakan nafasnya terengah-engah.




“parah kenapa gue kayak abis lari beneran” matanya melirik ke jam dinding, dan menunjukan jam 6 sore.




“buset 4 jam tidur” andre pun segera mandi, rasa pusingnya sudah hilang,




“baru banget andre?” tanya tante rani yang baru saja selesai membuat makanan,




“hehe iah tante, ketiduran tadi.”




“gue duluaaannnn minggir” ucap dera mendorong tubuhnya sebelum masuk ke dalam kamar mandi.




“busett dah” gumam andre, tetapi ia sedikit tenang karena dirinya dan dera kembali normal seperti biasa.




makan malam kali ini sayur-sayuran, tante rani membuat tumis kangkung, dan juga ikan bakar. “haruuummm” gumam andre melihat tumis kangkung yang terlihat lezat.




Sesekali andre melihat dera yang hanya makan sedikit, tak mengambil lauk yang berkuah. “ habisin aja ndre, dera gak suka sayuran makanya badanya kecil” ledek tante rani di ikuti tawa om deni dan nesya.




Dera hanya terdiam melanjutkan makannya, seolah tak memperdulikan ucapan tante rani. Masakan tante rani tak kalah enak dengan buatan mama.




Dan semua hidangan makan malam bersih, hanya tersisa tulang ikan. Andre menepuk-nepuk perutnya karena harus mengabiskan sisa sayuran.




***




Terasa malam ini udara terasa panas walau sudah memakai ac, dera menganti pakaiaanya dengan tangtop dan celana pendek.




“kak dera kepanasan?” tanya nesya di dalam selimut.




“iah gerah banget”




“ih dingin tau, masa gerah”




“bilang aja pengen yahh?” ledek nesya mengelus selangkangan dera.




“ihh gak kok, beneran gerah banget.”




“kak, tadi temen aku bilang ada yang naksir aku, haha” tawa nesya memeluk dera.




“siapa?”




“anak kelas 3, hihi aku tau orangnya satu team sama kak hasley” lanjutnya.




“paling suka sama body kamu aja, pegang nih kata-kata kakak” dera mencubit dengan gemas pipi nesya.




“masa?? Kakak pernah ngalamin ya?”




“iah,”




“sama siapa? Kak hasley?”




“ihh, dasar hasley terusss ahh bête, “




“aw awhh” gumam dera merasakan terasa pusing kembali.




“kenapa kak?”




“tau nih pusing bangett, tidur ahh” dera langsung menutupi kepalanya dengan bantal. Nesya pun ikut tidur sambil memeluk tubuhnya.




Rasa pusing berangsung normal, dera kembali bermimpi berdiri di dekat batu yang di pulau itu. “ha ?, disini lagi?” langkah kakinya terdiam sambil melihat sekeliling.




“haa? Kenapa telanjangg gini?” jeritnya melihat tubuhnya tanpa sehelai benang pun, dera pun berusaha menutupi tubuhnya dengan tangannya.




“andre?” gumamnya melihat andre dengan kondisi yang sama dengannya berjalan mendekati batu itu. Matanya tertuju ke penisnya yang setengah ekresi, panjang dan besar kesan pertama dera lihat.




“Hai… kalian berduaaa” ucap suara yang tak asing lagi, suara kakek-kakek tadi yang tiba-tiba berdiri di atas batu itu lagi.




“kalian sudah membuat keributan di tempat yang tenang ini, apa kalian sadar??” suara kerasnya bukan bikin bulu kuduk merinding, melainkan terasa suara itu membuat rangsanngan tersendiri. Putting dera sedikit mengeras,




Dera pun tak sengaja bertatapan dengan andre yang juga ikut menutupi penisnya dengan kedua tangan.




“wusshhhhhh” kakek itu menghilang meninggalkan kabut asap yang menerjang dirinya.




“wahhhhhh” jeritnyaa ketakutan, udara dingin langsung terasa ke seluruh tubuh dera, ia pun langsung terbangun.




“ha jam berapa sekarang? Dera melihat ke jam dinding menunjukan jam 05.00 pagi, ia sempat terdiam merasakan ada yang aneh, ini bukan seperti kamarnya.




“ahhhhh? Suara gue kok gini?” gumamnya memegang wajahnya yang terasa kasar, ia pun melihat ke bagian lainnya dadanya terasa rata dan tangannya sangat kekar.




“gue di siapa ini ahh?” ucapnya lagi sangat terkejut, dengan langkah pelan dera pun memberanikan ke cermin kecil dekat meja.




“haaa?? Andreee??” ia melihat sosok andre di dalam cermin,




“gak gak mungkin, kenapa gue ada di dalam tubuh dia??” dera melangkah mundur, kembali memejamkan matanya berharap ini mimpi.




“aahhh” terdengar suara jeritan, dera sadar itu suara dirinya. Membuatnya tidak bisa memejamkan mata, dan kembali melihat ke cermin. Tak ada perubahan wajah andre yang masih terpampang di dalam cermin.

Posting Komentar

0 Komentar