mulutnya mendesis nikmat dan penuh rangsangan “Uuhhh, ohhhh, sssssttt..”
Sementara telapak tanganku bergerak lincah membelai dan mengusap paha, pantat, perut, dan akhirnya meremas-remas buahdadanya yang montok.
Erangannya semakin keras ketika aku memelintir putting susunya yang menonjol keras.
“Euhh, Ouhhh, Auw, Ahhh..!!”
Disertai dengan gelinjang tubuh menahan nikmat yang mulai menyerangnya.
Penisku semakin keras dan aku mulai memposisikan kedua pahaku, di bawah kedua pahanya yang terbuka, lalu mengarahkan penisku, ke tepat di lipatan vaginanya yang basah dan licin.
Slepp, slepp, slepp, slepp, Kugesek-gesekkan kepala penisku sepanjang lipatan vaginanya, Tubuhnya semakin bergelinjang, pantatnya bergerak-gerak menyambut penisku, seolah-olah tak sabar ingin ditembus oleh penis tegangku.
Namun aku terus merangsang vaginanya dengan penisku, dia semakin tak sabar, tubuhnya semakin bergelinjang hebat.
Hingga akhirnya ia bangkit dan mendorong tubuhku hingga telentang di atas kasur, dia langsung menduduki selangkanganku, mengangkat pantatnya, Tangannya dengan gemetar, meraih penisku dan mengarahkan ke tepat liang vaginanya, Rrrbbbbb, lalu langsung menekan pantatnya dalam-dalam.
Blessepph..! Kembali batang penisku langsung menerobos
dinding vaginanya yang basah, namun tetap sempit dan berdenyut-denyut.
Mataku nanar menahan nikmat, napasku seolah-olah terhenti menahan nikmat yang kuterima, ”Uhhhh..!!” Mulutku berguman menahan nikmat.
Dengan mata terpejam menahan nikmat, Fatma pun
mengaduh. OOhhhhhhh..!!”
”Auuww,
Pantatnya dia diamkan sejenak, merasakan rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Lalu secara perlahan dia menaik-turunkan pantatnya, hingga penisku mengocok- ngocok vaginanya dari bawah, Erangan khasnya kembali dia perdengarkan, “Auw, auw, auw, euhhhh..”
Semakin lama gerakan pantatnya semakin bervariasi, kadang berputar-putar, Kadang maju-mundur dan terkadang ke atas ke bawah, bagaikan piston sambil tak henti-hentinya mengaduh nikmat, Gerakannya semakin lincah dan liar, membuat aku tak henti-hentinya menahan nikmat.
Kembali aku terpana oleh keliaran Fatma dalam bercinta, Sungguh aku tak menyangka, wanita sholeh, anggun dan lembut ini begitu liar dan lincah.
”Ouhhhh, aahhhh, ouhhhh, ughhh...!!”
Aku pun mengeluh nikmat menyahuti erangan nikmat yang keluar dari bibirnya yang tipis.
Buahdadanya yang montok dan indah terguncang-guncang keras, akibat gerakannya yang lincah dan membuatku tanganku terangsang untuk meremasnya.
Maka kedua buahdada itu kuremas-remas gemas.
Fatma semakin mengerang nikmat, “Auw, Auw, auhh, ouhhh..!!”
Gerakannya semakin keras tak terkendali, kedua tangannya
mencengkram erat tanganku, yang meremas-remas
buahdadanya,
melenting sambil menghentak- hentakkan pantatnya dengan keras, Jlebb, jlebb..!! Hingga penisku masuk sedalam- dalamnya di liang vaginanya.
kedua sedang gemas Tubuhnya
Dan akhirnya tubuhnya kaku disertai dengan jeritan yang cukup keras. “Aaaaakkhhhsssss..!!”
Tubuhnya ambruk menindihku, Namun dinding vaginanya berdenyut-denyut serta meremas-remas batang penisku, Membuatku semakin melayang nikmat, Ya, Fatma baru saja memperoleh orgasme yang pertama di babak kedua ini, Dengan tubuh yang lemas dan napas yang tersengal-sengal, bagaikan orang sudah melakukan lari marathon,, bibirnya menciumi lembut pipiku,
Kemudian berkata sambil mendesah, ”Bapak, Benar-benar hebat..”
Lalu mengecup bibirku dan kembali kepalanya terkulai di samping kepalaku, sehingga dadaku merasakan empuknya dihimpit oleh buahdadanya yang montok.
Penis tegangku masih menancap dengan kokoh di dalam liang vaginanya, dan semakin lama denyutan dinding vaginanya pun semakin melemah, Kugulingkan tubuhnya hingga tubuhku menindih tubuhnya, dengan
tanpa melepaskan batang penisku dari jepitan vaginanya.
Tangan kananku meremas- meremas buah dadanya, diselingi memilin-milin putting susu sebela kiri, Sementara bibirku menjilati dan mengisap- isap putting susu sebelah kanan, sambil pantatku bergerak perlahan mengocok-ngocok vaginanya.
Perlahan namun pasti, Fatma mulai menggeliat perlahan-lahan, rangsangan kenikmatan yang kulakukan, berhasil kembali membangkitkan gairahnya yang baru saja terpuaskan, “Emmhhh,
euhhhh, auh..” dengan kembali
dia mengerang
Pinggulnya
mengimbangi
Kedua tangannya merengkuh punggungku, “Auw, Auw, ahhh, auhhh aahhh, ahhh..!!”
Kembali dia mengaduh dengan suara yang khas, menandakan kenikmatan telah merasuki dirinya, Goyang pinggulnya semakin lincah, disertai dengan jeritan-jeritannya yang khas.
Dalam posisi di bawah Fatma menampilkan gerakan-gerakan yang penuh sensasi, Berputar, menghentak-hentak, maju-
nikmat, bergoyang goyanganku,
mundur, bahkan gerakan patah- patah, seperti yang diperagakan oleh penyanyi dangdut terkenal.
Kembali aku terpana oleh gerakan-gerakannya, yang semua itu tentu saja memberikan kenikmatan yang tak terhingga padaku, Sambil mengerang dan mengaduh nikmat, tangannya menarik kepalaku, hingga bibirnya bisa menciumi dan mengisap leherku dengan penuh nafsu.
Gerakan pinggul Fatma sudah berubah, menjadi lonjakan- lonjakan yang keras tak terkendali, Kedua kakinya
terangkat dan membelit dan menekan pantatku, hingga pantatku tidak bisa bergerak.
Kedua tangannya menarik-narik pundakku dengan keras, dengan mata terpejam dan gigi yang bergemeretuk.
Dan akhirnya tubuhnya kaku sambil menjerit seperti yang yang
disembelih, ”AAkkkkkhhhh..!!” Kembali Fatma mengalami orgasme untuk ke sekiankalinya, Aku hanya terdiam tak bisa bergerak, tapi merasakan nikmat yang luar biasa, Karena, walau pun terdiam kaku, namun
dinding vagina Fatma berkontraksi sangat keras, Sehingga memijit dan memeras nikmat batang penisku yang semakin membengkak.
Tak lama kemudian tubuhnya melemas, kedua kakinya sudah terjulur lemah.
Kuperhatikan napasnya tersengal-sengal, Fatma menatap wajahku yang berada di atas tubuhnya. Lalu dia tersenyum, seolah-olah ingin mengucapkan terimakasih atas puncak kenikmatan yang baru dia peroleh, Kukecup bibirnya dengan lembut, Tubuhku
kutahan dengan kedua tangan dan kakiku agar tidak membebani tubuhnya.
Sambil bibirku terus menciumi bibir, pipi, leher, dada, hingga putting susunya, untuk merangsangnya agar gairahnya segera bangkit kembali, Kuubah posisi tubuhku, hingga aku terduduk dengan posisi kedua kaki, terlipat di bawah kedua paha Fatma yang terangkat mengapit pinggangku.
Buahdadanya yang indah dan basah oleh keringat begitu menggodaku.
0 Komentar