REKAN KERJA KU PART 13

 


tergesa-gesa dia membuka baju longgar yang ia kenakan, seolah- olah tidak memerlukan bantuanku.


Aku pun membuka membuka seluruh pakaianku, sehingga kami sama-sama telanjang bulat.


Aku langsung memeluknya dengan penuh nafsu, menciumi bibirnya dengan gemas, merayap ke lehernya yang jenjang.


Fatma pun membalas cumbuanku dengan tak kalah bergairahnya, sehingga kami kami bercumbu sambil berdiri dengan napas terengah-engah,




akibat dipacu oleh nafsu yang semakin menggebu.


Beberapa saat kemudian, tubuh Fatma kudorong agar naik ke tempat tidur, dia naik ke tempat tidur dan aku menyusulnya dengan merangkak.


Kuarahkan kepalaku ke arah selangkangannya untuk menikmati vaginanya dengan lidahku.


Fatma menggeser punggungnya agar kepalanya mendekati batang penisku yang tergantung tegang, hingga akhirnya kami membentuk posisi 69.




Fatma langsung mengemut batang penisku dengan penuh gairah dari bawah, sementara aku tidak menyia-nyiakan waktu, langsung menjilati belahan


vaginanya merangsang.


yang begitu


“Auw, ugh, agh..!!” Erang Fatma ketika lidahku menjilati lipatan vaginanya, dia membalas mengisap dan mengocok batang penisku dengan gairah yang tak kalah panasnya.


Rasa nikmat yang menjalar dari batang penisku membuat gerakan lidahku terhenti, menahan rasa nikmat yang




kurasakan, kemudian kujilati dan kuputar-putar klitorisnya dengan lidahku.


“Auh, auw, auw..!!” Fatma tersentak dan menjerit nikmat, sehingga kulumannya terhadap penisku terlepas.


Selama beberapa menit kami saling mencumbu kemaluan lawan kami masing-masing, memberi dan menerima nikmat yang luar biasa datang silih berganti.


Fatma menghentakkan tubuhnya hingga kami berguling, dan dia mengambil posisi di atas, lalu




mempermainkan penisku dari atas, sementara aku mempermainkan vaginanya dari bawah.


Berkali-kali kami berguling berubah posisi, hingga pada suatu posisi di mana Fatma di atas, dia sudah melonjak-lonjak dan menekan-nekan selangkangannya dengan keras ke arah wajahku, pada saat aku mempermainkan klitorisnya dengan lidahku.


Sementara itu kakinya sudah mulai kejang-kejang, dengan napas yang semakin terengah- engah dan terputus-putus.




Hingga akhirnya, “Akkkkkkhhhsss..!!” Mulutnya menjerit melepas nikmat.


Nyutt, nyutt, lidahku merasakan dinding vaginanya berkonstraksi sangat keras dan cepat, serta terasa semakin banjir membasahi bibir dan hidungku.


Kemudian dia berguling lemas dan telentang, dengan napas yang tersengal-sengal seperti kehabisan napas.


Aku segera bangkit dan merangkak, Memposisikan kakiku berada di sela-sela kedua tungkainya yang terkangkang




lemas, sementara sikuku kuletakkan di bawah pantatnya, sedang kedua tanganku melingkari pangkal pahanya yang masih lemah.


Jari-jari kedua tangankuku menyentuh vaginanya dari dua sisi, dan posisi wajahku tepat berada di depan vaginanya yang semakin tampak indah dan merangsang.


Nafsuku masih mendorong untuk terus mencumbu vaginanya.


Jari-jariku berusaha membuka lipatan bibir vaginanya, sehingga lorong nikmat vaginanya terlihat




merah muda dan basah berlendir, Slrupp, slrupp. kujilati lagi sepanjang lorong nikmat tersebut.


Fatma hanya mengeluh lemah “Uhh, euuhh..”


Aku menjilati lorong itu dari liang vaginanya hingga menuju klitoris, dan terus kulakukan dengan nafsu yang tak pernah berhenti.


Mendapat rangsangan yang terus menerus dariku, gairahnya bangkit kembali dan mulai berreaksi.




“Auw, auh, auhh..” mulutnya mulai melenguh nikmat, pantatnya mulai bergoyang merespon jilatanku, Dan pada saat ujung lidahku menusuk- nusuk dan mengorek-ngorek liang vaginanya, yang semakin basah dengan aroma yang menggairahkan dengan rasa yang asin dan gurih.


Fatma kembali mengaduh nikmat tak terkendali, “Auw, auw, auw..!!”


Pantatnya kembali melonjak- lonjak dan akhirnya dia menjambak rambutku, Cepat ia menariknya sambil berkata,




“Masukin, Pak, ouhh, masukin, saya, tak tahan, ouh, saya tak tahan, ouh..!”


Gerakannya semakin menggila. Kulit kepalaku perih karena rambutku ditarik olehnya, aku pun menghentikan kegiatanku menjilati vaginanya yang semakin basah menggairahkan.


Kuposisikan kedua lututku di bawah kedua pahanya yang terangkat.


Kepala penisku kuarahkan tepat di mulut liang vaginanya, Slepp, slepp, beberapakali kugesek-




gesekkan kepala penisku sepanjang lipatannya.


Kurasakan pantat Fatma bergoyang dan menggeliat, seolah menyongsong kepala penisku, untuk segera memasukinya, namun aku terus mempermainkan penisku seperti itu.


Fatma semakin menggelinjang dan rupanya nafsunya sudah tak tertahankan, sehingga dengan merengek dia berkata sambil terengah-engah, “Ayo, Pak, masukin, masukin, ouh, masukin..!!”




Sebenarnya, nafsuku pun sudah diubun-ubun, kuletakkan kepala penisku tepat di mulut liang vaginanya, Kemudian, slebb, secara perlahan kudorong pantatku, Blessshhh..! Rasa nikmat seketika menjalar di sekujur pembuluh darahku.


“Auw, ouhhhh..” Fatma pun mengaduh nikmat.


Perlahan namun pasti aku mulai menggoyang pantatku, agar batang penisku mengobok-obok dan mengaduk-aduk liang nikmat Fatma.




Fatma pun membalas dengan goyangan pinggulnya yang begitu sensasional, sambil mengaduh- ngaduh nikmat, “Ogh, ahh, auw, augh..!“


Gerakan pantatku yang teratur dengan ritme yang tetap, membuat Fatma semakin melayang dilambungkan oleh rasa nikmat yang terus menderanya.


Sepertinya Fatma ingin segera meraih puncak. Dia menghentakkan tubuhnya, hingga kami bergulingan dan dia berada di atas tubuhku, Kedua tangannya dia selipkan ke bawah




ketiakku, sehingga jari-jari tangannya dapat mencengkram pundakku dari bawah, sedangkan dada montoknya menghimpit erat dadaku.


Lalu dia mulai menggerak- gerakan pantatnya, ke atas-ke bawah, hingga batang penisku menggaruk-garuk dinding vaginanya yang semakin gatal dan berdenyut, serta meremas- remas batang penisku di dalam liang nikmatnya sana.


Sambil terengah-engah memompa pantatnya, bibir Fatma menciumi bibirku dengan penuh nafsu, Lidahnya terjulur




memasuki rongga mulutku sambil mengerang nikmat, “Oouh, mmmmhhh ouhhh..“


Dia ubah gerakan pantatnya dengan memutar-mutar, sehingga, Ughhh..!!


Batang penisku seperti dipelintir oleh gilingan yang sangat nikmat.


Seketika aku pun melenguh dan mendengus-dengus. “Ouh, ouh..!!”


Keluhan dan erangan nikmat, keluar dari mulut kami sahut menyahut, Seolah membentuk suatu orkestra yang




menggairahkan, diiringi oleh derit tempat tidur yang terguncang-guncang hebat.


Semakin lama goyangan pantat Fatma semakin cepat dan patah- patah serta kaku, kedua kakinya mulai kejang-kejang dan akhirnya, ”Aaaakkkkkkhhhss..!!”


Tubuhnya benar-benar terdiam kaku, melenting, Ahhh, terasa olehku batang penisku seperti diremas-remas dengan sangat kuat dan cepat, oleh benda basah yang sangat nikmat, Kemudian tubuhnya melemas. “Ouhhhhhhh..” Kepalanya terkulai di samping kepalaku.

Posting Komentar

0 Komentar