REKAN KERJA KU PART 12

 


Tapi betapa kecewanya karena harapan itu sirna karena suaminya telah ejakulasi.


“Kok, Papah udahan sich, saya kan belum diapa-apain..?” kata Fatma sambil cemberut.


“Abisnya, Mama sich, Hari ini begitu lain, Baru kali ini Mama melakukan seperti tadi ke Papah, Papah jadi ngga tahan, tau dari mana sih cara seperti tadi..?”


Jawab suaminya sambil menatap istrinya penuh selidik, “Tau dari temen, katanya bisa membuat suami melayang-layang nikmat..” jawab Fatma




berbohong, ”Teruss, Saya gimana dong, Pah..? kan belum apa-apa..” lanjut Fatma sambil cemberut.


“Nanti, ya Mah, Papah istirahat dulu..” jawab suaminya sambil mengecup mesra bibirnya.


Kemudian suaminya tergolek lemas dan tertidur, meninggalkan dirinya yang gelisah menahan gairah yang belum tersalurkan.


Sambil menahan gairah yang belum tersalurkan, Ingatan Fatma kembali melayang padaku, Nyata benar bedanya,




kemampuan suaminya dan diriku dalam memberikan kepuasan sex pada dirinya.


Saat dengan diriku, dia mendapatkan kepuasan dalam memberi dan menerima.


Dia begitu puas dan nikmat bisa membuatku melayang-layang ketika mengoral batang penisku, Hingga akhirnya dia pun mendapatkan puncak orgasme berulang-ulang, ketika batangku mengobok-obok liang vaginanya.


Sementara suaminya, baru dioral segitu aja udah kalah, meninggalkan dirinya yang




belum diapa-apakan. “Uhhh..” Fatma pun mengeluh penuh kecewa.


Kekecewaan yang baru saja dialaminya ini semakin mengubah pandangan Fatma pada diriku.


Di matanya, aku bagaikan seorang maestro, yang mampu menjadikannya seorang wanita yang lengkap.


Seorang wanita yang bisa menikmati puncak orgasme yang begitu didambakannya.




Dan aku bukan hanya mampu memberikannya satukali, namun berkali-kali..!!


 Semakin sering dia merasa kecewa, Karena ketidakmampuan suaminya memberikan kepuasan padanya, maka semakin membuatnya rindu padaku.


Dan terkadang terpikir olehnya untuk rela menghadapi segala macam risiko, untuk sekedar bisa meraih kenikmatan dariku.




Ya, di balik jilbab lebarnya, di balik prilaku sholehnya dan di balik tutur sapanya yang lembut, anggun dan sopan, ternyata tersimpan gairah liar yang meronta-ronta, Yang tak dapat dipenuhi dari suaminya, dan ini merupakan siksaan yang berat baginya.


Ini membuatnya murung dalam kesehariannya.


Kecewaan yang berulang-ulang yang dialaminya, membuat gairahnya secara perlahan-lahan berkurang, danhilang jika bersetubuh dengan suaminya.




Akhirnya, Fatma harus bersandiwara seolah-olah dia merasa puas dan nikmat, ketika bersetubuh dengan suaminya karena dia tidak ingin melihat suaminya kecewa.


Tetapi di dalam kesendiriannya, ketika suaminya tidak ada di rumah atau sudah tidur, gairahnya perlahan-lahan merayap naik dan menggodanya untuk membayangkan bersetubuh denganku, sambil jemarinya mengusap vagina dan meremas-remas buah dadanya sendiri.




Hal itu semakin membuatnya rindu untuk meraih kenikmatan denganku.


Semakin lama, kerinduan itu semakin tak tertahankan, hingga semakin tak mampu mengendalikan gairahnya untuk bercinta denganku.


Pada suatu sore, ketika aku baru pulang ke rumah kontrakanku dan selesai mandi, aku mendengar pintu depanku ada yang mengetuk, Seketika aku terbelalak kaget, dan betapa gembiranya ketika kubuka pintu, ternyata Fatma yang anggun dan




cantik telah berdiri di hadapanku.


Aku hanya melongo, sehingga lupa apa yang kulakukan.


Segera aku sadar, ”Ohh, Fatma, silakan masuk..!” kataku terbata-bata.


Fatma segera masuk ke dalam rumah, aku menutup pintu.


“Silakan duduk Fatma..!” Kataku sambil mempersilakannya duduk.


Fatma duduk di kursi panjang yang berada di sudut ruangan dengan gelisah, Aku pun duduk




di kursi panjang tersebut dengan jarak yang agak jauh.


“Aku, kangen banget ke bapak..” katanya tiba-tiba, membuatku kaget sekaligus bahagia.


Lalu dia menghampiri tubuhku dan tanpa kuduga, Fatma langsung mencium bibirku, dengan gairah yang menyala- nyala.


Napasnya begitu terengah-engah didorong oleh nafsu birahi yang menyala-nyala tidak dapat dia kendalikan.




Tentu saja aku segera menyambut ciuman membara itu dengan tak kalah bernafsunya.


Selama beberapa menit napas kami saling memacu, didorong oleh gairah yang demikian cepat menguasai kami berdua.


Sambil menciumi bibirnya, tanganku mulai meremas-remas buahdadanya yang montok, meski baru dari luar baju longgar yang dikenakannya.


Namun nampaknya Fatma ingin mengeluarkan semua gairahnya yang selama ini terpendam.




Bibirnya menciumi dan menjilati pipi dan leherku, sementara tangannya dengan lincah, membuka gesperku dan ritsleting celana panjang yang kukenakan, lalu tanganya langsung mencari-cari batang penisku yang tegang.


Begitu tangannya meraih batang penisku yang semakin tegang, tangannya langsung meremas, dan mengocok batang penisku dengan gemas dan penus nafsu, Sementara bibirnya masih terus menjilati dan mengisap leherku.




“Uhhh..!!” Kenikmatan ini betul- betul luar biasa dan tak terduga, membuatku melayang nikmat.


Tiba-tiba tubuhnya melorot ke bawah kursi, hingga kepalanya tepat berhadapan dengan batang penisku, yang kini telah mengacung tegak dan keras, Kemudian, Ctlropp..!!


Dengan gairah yang menyala- nyala, mulutnya mencaplok batang penisku dan mengoral penisku dengan lincahnya.


“Ouh, ouhhh, ouhh..!!” Tak pelak aku mengerang nikmat dengan napas terengah-engah,




Sedangkan Fatma pun tanpa mengenal lelah terus mengoralku.


Nampaknya dia begitu sangat menikmati, karena bisa membuatku mengeliat-geliat menahan nikmat di atas kursi.


Semakin dia melihat diriku menggeliat-geliat menahan nikmat atas apa yang dilakukannya, rangsangan yang dirasakan Fatma pun semakin tinggi dan gairahnya pun semakin bergelora.


Akhirnya Fatma pun tak tahan lagi menahan gairahnya, karena




merasa vaginanya semakin basah, berdenyut dan gatal, ingin segera diobok-obok oleh batang penisku yang tegang dan bengkak.


Dia lantas berdiri dan mau membuka celana dalamnya.


Namun kutahan sambil berbisik, “Kita ke kamar..!”


Dia menatapku dengan gairah yang menyala-nyala, lalu kutuntun dia ke arah kamarku.


Ketika di dalam kamar, aku mencoba membuka baju longgar yang ia kenakan, namun dengan


Posting Komentar

0 Komentar