KISAHKU PART 2


 Tak terasa aku sudah menginjak kelas 3 SMP, di kelas 3 SMP ini masa puberku dimulai, dimana aku mulai mengenal bokep mulai dari barat, jepang, bahkan IGO pun menjadi koleksiku. Aku dibelikan HP oleh ibuku dengan alasan untuk mempermudah komunikasi bila kangen dengan ibu atau ibu kangen denganku. Tapi hpku bukan hp modern sekarang ini hpku pada waktu itu nokia 3310 yang penting bisa untuk berkomunikasi dengan Ibu jika Ibu tidak pulang. Kadang pula saat weekend aku ke kota hanya sekedar ketemu Ibu bila Ibu gak bisa pulang ke desa.




Selain mengenal bokep, aku juga mulai mengenal cewek, dalam artian aku sudah bisa naksir cewek yang menjadi temen SMP saat itu. Nita adalah cewek yang pertama kali aku taksir, dengan kulit putih, hidung mancung, bibir sexy dan rambut lurus sedikit berombak menambah daya tarik tersendiri untuk aku. Tapi sayang rasaku ini tidak di tunjang dengan keadaan, aku sudah menyerah sebelum dia tahu bahwa aku naksir dia. Keadaan sosial tepatnya, dimana nita berada di golongan menengah keatas, dia anak seorang juragan terkenal di desa sebelah, sedangkan aku hanya seorang anak dari pembantu. Maka dari itu aku hanya jadi pemuja rahasianya saja, hanya memandang nita dari jauh tanpa berani melakukan pendekatan seperti temen-temenku yang lain. Pernah beberapa kali aku terpergok nita saat aku memandang sambil melamun, tapi setelah terpergok wajahku melengos seolah-olah tidak melihatnya. Sungguh memalukan apa yang aku alami saat itu. Keadaan seperti itu terus menerus sampai aku melaksanakan UAN dan dinyatakan lulus SMP.




Setelah pengumuman kelulusan pada saat itu hari sabtu dan ibu juga kebetulan bisa pulang ke desa. Akupun merayakan kelulusan bersama Ibu dan Kakek, kita bertiga bahagia karena nilaiku SMP masuk sepuluh besar. Sampai Ibu membuatkan tumpengan untuk di bagikan ke tetangga untuk merayakan kelulusanku. Akupun berencana masuk SMA favorit yang ada di kecamatanku, meskipun berada di kecamatan tapi SMA ini gak kalah dengan SMA di kota. Dan sekitar 2 minggu lagi aku berencana daftar di anatar oleh Ibuku. Saatnya Ibuku kembali ke kota, beliau berpamitan kepada Kakek. Dan aku mengantar Ibu ke pangkalan angkutan umum. Setelah sampai terlihat ada angkutan umum yang berhenti kemudian Ibu memelukku disitu aku punya firasat yang gak enak saat Ibuku memelukku. Ketika Ibu memelukku biasanya aku mencium bau parfumnya yang Ibu pakai akan tetapi pada saat itu aku mencium bau tanah di badan Ibu. Aku pun menanyakan itu ke Ibu.




“Bu bau badan Ibu kok aneh ya Bu? gak kayak biasanya, seperti bau tanah.” Tanyaku pada saat itu.


“mengarang aja kamu nak, Ibu sudah pakai parfum lho ini” kata ibuku sambil mencium bau badannya sendiri “ini lho baunya parfum Ibu” imbuh beliau.


“mungkin bukan bau badan Ibu ya yang aku cium tadi” jawabku bingung


“iya mungkin, yaudah Ibu berangkat dulu, jaga diri ya nak, jangan main jauh-jauh selama liburan dan kalau mau kemana-mana ijin Ibu dulu melalui telepon” pamit ibuku kepadaku sambil berjalan ke arah angkutan umum. Setelah ibu naik angkutan umum mulai berjalan menuju kota.




Malamnya pada waktu aku tidur, aku memimpikan ibu. Gak seberapa jelas mimpi apa pada saat itu tapi hanya yang aku ingat ada ibu di situ. Selang 3 hari kemudian akupun memimpikan ibu lagi sama kayak kemarin tidak seberapa jelas mimpi apa cuman ada ibu aja.




Besoknya sore aku menceritakan kepada kakek tentang apa yang aku alami itu tapi aku gak mau menceritakan mimpi itu aku hanya bilang kangen sama ibu.




“kek, tadi malam waktu kebangun kok tiba-tiba untung kangen Ibu ya.. padahal satu minggu baru nengokin kita kek” ujarku.


“kamu aja yang terlalu manja le, masak baru seminggu udah kangen. Gini lho le. Kamu itu sudah besar sudah mau sekolah SMA, aku harap kamu jadi pribadi yang tanggung jawab, jujur, dapat dipercaya orang, jangan khianati kepercayaan orang, dan satu lagi kalau ada masalah apapun itu jangan lari dalam masalah itu akan tetapi hadapi dan selesikan masalah itu, jangan segan-segan untuk meminta maaf apabila kamu yang telah melakukan kesalahan, intinya jangan mundur le, bekerja keras juga. Kakek ini sudah tua sewaktu-waktu kakek meninggalkan dunia ini kamu sudah siap menghadapi pahitnya dunia, bukan hanya kakek Ibumu juga kalau sewaktu-waktu di panggil sama Yang Maha Kuasa kamu juga harus siap melanjutkan hidup. Pokoknya apapun yang terjadi dengan atau tanpa Kakek maupun Ibumu, kamu harus tetap melanjutkan hidup dengan kerja keras. Kamu tahu sendiri kita sudah gak ada sanak saudara di daerah ini. Ayahmu telah lama meninggalkan kamu jadi kamu harus siap le. “ ceramah kakekku pada sore itu.




“baik kek, aku akan ingat pesan-pesan Kakek ini” ujarku saat itu.


“pinter cucu Kakek satu-satunya ini” ujar kakek sembari mencium keningku sambil mengelu-elus rambutku.




Akupun jadi tenang setelah mendapat petuah-petuah dari Kakek. Belum selesai ketenanganku tampak sepasang suami istri beserta anaknya turun dari mobil yang bernilai ratusan juta itu yang tampak raut kesedihan terpancar dari muka suami istri itu.




”itu bukannya pak Karim sama bu Juleha? kenapa beliau kesini? Dan dimana ibu?” batinku bertanya-tanya saat itu mengetahui ternyata pak karim yang datang ke rumah.


“Selamat sore mbah Parjo, saya Karim, ini istri saya Juleha dan ini ine anak saya, saya yang selama ini mempekerjakan anaknya mbah yaitu mbak Wati. Sebelumnya mohon maaf, Saya mau menginformasikan bahwa mbak wati tadi siang tiba-tiba pingsan di dapur. ‘Hiks.. hiks..hiks’ begitu saya dikabari bahwa mbak wati pingsan saya langsung pulang dan membawa dia ke rumah sakit. Dan setelah dilakukan pemeriksaan ternyata mbak wati mengalami pendarahan di otak karena sewaktu pingsan kepalanya membentur lantai ‘Hik.. hiks’. Dan barusan mbak Wati menghembuskan nafas terakhir ‘Hiks.. hiks.. hiks’ dan kemudian saya langsung kemari untuk menginformasikan itu’” ujar pak Karim sambil mengusap air mata yang keluar dari matanya.




Tak terasa air mataku keluar membasahi pipiku ternyata firasatku bener. Firasat ibu akan meninggalkanku benar, dari mulai bau tanah sampai dua kali mimpi tentang ibu.




“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun,, sekarang jenazahnya dimana pak?” tanya Kakek sambil berlinangan air mata yang tak kuasa menahan kesedihannya dan memelukku. Akupun diem saja gak bisa berkata apa-apa. Aku berharap ini hanya mimpi. Tapi gak mungkin ini nyata, sangat-sangat nyata.


“jenazahnya sedang dalam perjalanan kemari. Saya mohon maaf mbah tidak memberitahukan kondisi mbak Wati sedari tadi karena saya panik, keselamatan mbak Wati saya dahulukan tapi ternyata takdir berkehendak lain setelah dilakukan pemeriksaan dan perawatan intensif mbak wati menghembuskan nafas terakhirnya, sekali lagi maafkan saya mbah.” Ujar pak Karim sambil mengusap air matanya.


“huuaaaa Ibuuuuuuuu... ibuuuuuuu.. jangan tinggalin untung sendiri ibuuuu...” aku tak kuasa menahan kesedihan aku menjerit dan menangis persis ketika bapak meninggalkan aku dulu.




Tak lama kemudian mobil ambulans datang dan warga desa berduyun-duyun datang untuk melayat jenazah Ibu. Setelah dimandikan dan disholati malam itu Ibu dikubur di pemakaman desa. Banyak banyak warga menangisi kematian Ibu yang secara mendadak itu.




Setelah jenazah selesai dikuburkan, banyak warga yang kembali ke rumah masing-masing karena hari sudah malam. Sedangkan pak Karim sekeluarga masih di kediaman kakek untuk menemani dan menenangkanku. Akupun melamun, dunia seakan runtuh, aku hanya punya kakek di dunia ini. Masih teringat kemarin ibu akan mengantarkanku mendaftar di SMA tapi belum juga mendaftar ibu sudah tiada.




Aku bingung.. !!!


Aku kalut...!!!




Aku berpikir untuk tidak melanjutkan sekolah karena akan sangat membebani kakek, aku harus kerja tapi aku kerja apa dengan hanya modal ijazah SMP. Sempat terpikir apa aku bunuh diri saja mengikuti ibu dan Bapak yang sudah meninggalkan dunia ini. Tapi hatiku menolak aku harus kuat aku harus mandiri, teringat pesan bapak dulu waktu aku pingsan saat bapak meninggal. Aku gak boleh lemah.




Tiba-tiba.




“Mbah, mohon maaf sebelumnya untuk menebus kesalahan saya karena kelalaian saya terhadap kesehatan mbak Wati almarhumah selama ini, maka ijinkan saya membawa cucu mbah ini nak untung untuk ikut saya ke kota, saya akan membiayai sekolah SMAnya dan kelangsungan hidupnya mbah” pak Karim memulai pembicaraan kepada mbah Parjo.




Tampak kakek berpikir sejenak yang kemudian “gimana kamu cu?mau ikut pak karim ke kota?” tanya kakek kepadaku.




Aku berpikir sejenak. Menimbang tawaran dari Pak Karim. Aku yang berpikir akan kerja seoalh-olah punya harapan baru untuk tetap bisa bersekolah. Mungkin akan lebih baik kalau namatin SMA dulu baru kerja itu lebih baik daripada kerja hanya bermodalkan ijazah SMP. Tanpa menunngu lama aku menjawab




“aku terserah kakek aja bagaimana baiknya tapi kalau aku ke kota, kakek disini sama siapa?”sahutku dengan cepat


“ Kakek ini sudah tua cu dan sudah terbiasa hidup sendiri semenjak ditinggal nenekmu. Mau ya cu? Biar kamu mandiri dan gak ketergantungan sama kakek terus”.imbuh kakek akupun menganggukan kepala sebagai tanda menerima tawaran pak Karim


“gini Pak Karim, saya ijinkan untuk membawa cucuku satu-satunya ini ke kota akan tetapi saya tidak setuju kalau untung hanya jadi benalu di keluarga pak karim. Saya maunya cucu kesayanganku ini ajari kerja disana kerja apa aja terserah.jadi pembantu disana suruh nyapu, ngepel, cuci atau apa aja yang bisa dikerjakan untung. Atau bekerja di usahanya bapak jadi tukang kayu juga gak masalah. Gak perlu di kasih gaji cukup di kasih uang saku dan biaya hidupnya saja. Gimana bapak karim?’ tanya mbah Parjo.


“apa tidak mengganggu sekolahnya Untung mbah kalau saya pekerjakan nak Untung di sana?” tanya bapak Karim.


“tidak masalah pak, biar untung belajar mandiri yang pertama, yang kedua biar Untung bisa bagi waktu antara sekolahnya dan tanggung jawab kerjaannya, yang ketiga saya ingin bapak mendidik untung untuk bekerja keras dimulai dari sekarang, biar dia tahu bagaimana sulitnya mancari uang pada jaman sekarang. Pahamkan apa yang saya maksud pak?” kakek memberikan alasan agar aku kuat dalam menghadapi pahitnya dunia nantinya.


“kalau itu keinginan mbah Parjo saya senang hati menerimanya akan tetapi untuk bekerja di bisnis kayu, saya rasa belum waktunya mbah. Kasian untung nanti gak bisa fokus, kalau jadi penjaga rumah sekaligus merawat taman yang didepan rumah sepertinya bisa mbah karena gak banyak waktu tersita dan untung masih bisa fokus di sekolahan.” Terang pak karim ke kakekku




Sambil manggut-manggut kakek menyetujui saran dari pak Karim. Sepertinya tujuan kakek ini agar aku tidak tergantung dengan orang lain atau benalu bagi orang lain dan yang pasti bermanfaat bagi keluarga pak Karim.




“kapan untung bisa di bawa pak Karim?” tanya kakek.


“lusa atau 4 harian lagi siap saya bawa mbah, besok saya carikan sekolah untuk untung terlebih dahulu kalau sudah siap saya jemput nak Untung kemari mbah.” Jawab pak Karim.


“baik mbah, sepertinya hari sudah semakin larut malam saya pamit dahulu, sekitar 4 hari lagi saya kesini untuk menjemput nak Untung. Dan sekali lagi mohon maaf kalau saya lalai dalam menjaga mbak Wati sampai saya pingsan tiba-tiba seperti itu.” Pamit pak Karim dengan wajah yang masih menggambarkan raut kesedihan.


“namanya takdir mau diapakan lagi pak Karim. Harus ikhlas melepas kepergian anak saya satu –satunya. Dan satu lagi tolong jaga cucu saya selagi di sana ya pak, seminggu sekali atau lebih saya akan menengok cucu saya nanti. Dan terima kasih banyak atas kebikan pak Karim menolong keluarga saya ini. Hati-hati di jalan pak karim.” Imbuh kakek sambil menyalami pak karim dan sku juga menyalami pak Karim, Bu Juleha serta anaknya pak Karim yang bernama Ine


“baik mbah, saya berjanji akan menjaga untung di sana dan rumah saya terbuka untuk kedatangan mbah Parjo di sana. Pamit dulu mbah. Assalamualaikum wr wb .” ujar pak Karim samil sambil berjalan ke mobil bersama istri dan anaknya dan tak lama kemudian mobil melaju meninggalkan rumahku.


“alhamdulillah cu, kakek sudah lega ada yang mau menampung kamu. Dan berjanjilah kakek selalu menjaga martabat keluarga pak karim, turuti perintah pak karim dan istri jangan membantah. Belajar tanggung jawab. Disanalah hidup sesungguhnya dimulai le.” Kakek memberikan petuah-petuah lagi.


“baik kek, aku akan melakukan yang terbaik di sana.” jawabku sambil rmbutku dielus-elus kakek.


“yasudah segera bersih-bersih diri dan tidur, sudah malam cu.” Ujar kakek sambil masuk kedalam rumah.




(FLASHBACK END)




<<<<<<<<




Setelah mengingat kejadian-kejadian bersama bapak, masa-masa kecilku, hingga saat ibu meninggalkanku. Akupun menyimpulkan dari petuah kakek tadi.




“oke kek kalu memang ini jalan Tuhan yang di berikan kepadaku, jika besok aku jadi di bawa kekota dan di asuh pak Karim sekeluarga. Aku akan bertekad untuk selalu taat kepada majikanku nanti pak Karim, Bu Juleha, dan anaknya Ine dan melindunginya. Aku akan belajar dengan sungguh sungguh, bekerja di rumah pak Karim sebaik-baiknya. Aku harus kuat menghadapi tantangan yang diberikan Tuhan ini. Aku berjanji kek akan jadi orang sukses membahagiakan kakek satu-satunya keluargaku yang tersisa di dunia ini.” Ujarku pelan sambil mengeluarkan air mata kesedihan.




“Ya Tuhan lancarkanlah jalan yang aku tempuh ini. Aminn” doaku sambil mengusapkan tangan ke wajahku.




Rasa kantukpun mulai menyerangku aku pun memejamkan mata dan besok harus menyiapkan pakaian, berkas ijazah SMP dan barang-barang yang akan aku pakai untuk modal aku memulai babak baru kehidupanku di kota.

Posting Komentar

0 Komentar