KEPUTUSANKU NO SARA PART 26

 


Kemudian aku pun melanjutkan menggenjot kak Hera dengan ritme sedang.




Di posisi ini aku pun merasakan begitu luar biasanya lobang surga milik kak Hera dimana semakin menjepit dan juga kemaluanku tidak bisa untuk masuk secara penuh, tersisa 2 centimeter.




" Aaaahhh.... Ooohhhh... Enaknyaaa.... Aahhhh... Terus... Terus.... Aaahhhhhh.... Ssshhh.... Hemmmm...., " desah kak Hera yang semakin menjadi-jadi.




" Ohhh.... Te-terus apanya kak... Uhhhh..., " tanyaku sambil terus menggenjot kak Hera.




" Oohhhh.... Tusuknya... Oohhh.... Azam.... Oohhhh....., " desah kak Hera.




" Hah... Hahh.... Enak ya kak kontolnya...., " tanyaku.




" Ohhhh.... Iyaaa.... Banget.... Oohhh... Oohhhh.... Emmm... Emmm... Aahhhh..., " desah kak Hera.




" Uhhhh.... Apanya kak...., " tanyaku lagi.




" Uhhh... Memek kakak.... Ooohhhh.... Ssshhh.... Aaahhhh...., " desah kak Hera.




" Ditusuk pake apa kak kok enak.... Hah... Uhhh..., " tanyaku memancing.




" Ohhh... Itu kamu.... Ohhhh.... Ssshhh... Kontol... Kontol kamu... Aaahhh.... Aahhhhh, " desah kak Hera.




" Ooohhh... Kak.... Ssshhh.... Iyaa.... Memek... Kakak... Enak... Banget... Kalau dikontolin begini.... Iya kan kak... Aahhh, " ucapku.




" Ahhhh.... Iyahhhh... Oohhhh...., " desah kak Hera.




" Iya apa kak...., " tanyaku.




" Oohhh... Di... Di... Dikontolin kontol kamu... Aaahhhh.... Ya... Yang... Kenceng... Aahhh.... Kakak mau dapet... Aahhh... Azam...., " desah kak Hera semakin lepas dan tidak ingat lagi siapa dirinya.




" Aahhhh.... Bilang... Dulu.. Kak... Kalau kakak mau jadi lonteku... Wadah kontolku...., " ucapku memancing.




" Aaahhh... Iiihhh... Azam.... Aaahhhh.... Aahhhhh...., " desah kak Hera.




" Aku berhenti ya..., " ancamku.




" Aahh... Jangan... Iyahhh... Iyaahhh.... Kakak... Mauhhhh.... Aaahhhhh.... Jadi... Lo-lontemu zam.... Wadah... Kontolmu... Aahhhhh.... Uaaahhh....., " desah kak Hera.




Aku yang mendengar itu pun lansung saja menggenjot kak Hera hingga maksimal dan sangat kencang.




Kak Hera pun semakin tambah tidak karuan lagi karena sudah dekat dengan puncak ke 3 nya.




" Aahhhh.... Aahhh.... Azam.... Ooohhh.... Kakak... Kakak... Dapet... Kakak dapet.... Ohh... Ohhh... Ssshhh..... Aaaaahhhh... Azaaaaammmm.... Immmmmhhh.... Ooohhh..... Ssshhhhh.... Oooohhhhh..... Uooohhhhhh.... Ssshhhhh.... Ooohhhh..., " desah kak Hera yang disusul oleh puncak kenikmatannya yang ke 3.




Seketika itu tubuh kak Hera bergetar hebat dan juga wajah kak Hera mendongak keatas.




Lobang surga yang mencengkram kuat kemaluanku dan disusul oleh siraman air surga yang hangat lagi nikmat.




Aku sebenarnya sangat penasaran dengan lobang surga kak Hera namun aku sendiri tidak mungkin untuk melihatnya karena dilarang oleh sang empunya.




Aku yang merasa jika aku masih belum juga mendapatkan puncak walau pun aku juga sadar jika aku susah untuk mendapatkannya, dengan tanpa menghentikan genjotanku dan terus menggenjot kak Hera sampai-sampai kak Hera semakin tidak karuan.




" Ahhhh... Azam... Sudah... Sudah... Oohhh... Ngilu.... Aahhhh... Ahhhhhh...., " erang kak Hera.




Tidak aku hiraukan dan aku pun terus menggenjot kak Hera.




Setelah beberapa saat aku yang bosan dengan posisi miring dengan satu kaki kak Hera terangkat, aku pun langsung melepaskan kemaluanku yang tertancap di lobang surga milik kak Hera.




Plop...




" Uuhhh... Azam... Iiihhhh... Ngilu memek kakak tadi... Huhhhh, " ucap kak Hera sedikit manyun.




" Hehehe tapi enak kan kak? Nungging kak, " tanyaku sambil menyuruh kak Hera dengan posisi nungging.




" Iya enak tapi tadi ngilu zam... Tapi sekarang ti-ooohhhh.... Ssshhhh...., " ucap Kak Hera sambil merubah posisinya menjadi nungging lalu terkejut saat kemaluanku yang tiba-tiba menyeruak masuk ke lobang surga milik kak Hera hingga sampai yang terdalam.




" Uuuhhh.... Kak...., " erangku yang merasa jika posisi ini lebih nikmat daripada sebelumnya.




Aku pun juga tidak membuka ataupun melihat pantat kak Hera hanya langsung coblos saja.




" Uhhh... Azam... Enak banget.... Ummmhhh, " Erang kak Hera.




" Apanya kak? " tanyaku yang belum aku genjot hanya aku benamkan saja.




" Memek kakak... Hmm..., " ucap kak Hera.




" Diapain kak? " tanyaku.




" Dimasukin..., " ucap kak Hera.




" Dimasukin apa kak? " tanyaku lagi.




" Hmm... Kontol, hihihi..., " ucap kak Hera dengan sedikit tertawa.




" Lah... Hehehehe.... Kakak udah bisa lepas gitu, " ucapku.




" Ehh... Gara-gara kamu ini zam... Tapi bener ya yang kamu bilang kalau lepas malah tambah enak, " ucap kak Hera yang sudah mulai sedikit nakal.




" Lah... Iyalah kak, kata orang sih gitu... Hehehe, " ucapku.




" Hmm... Azam... Goyang dong zam... Masa diem aja, " ucap kak Hera sambil menoleh kearahku.




" Ehh... Hmmm... Okelah tapi coba kakak bilang lagi dong kalau kakak itu-" ucapku yang langsung dipotong oleh ucapan kak Hera yang membuatku semakin merinding.




" Iya iya... Kakak itu lonte kan? Pelacur, wadah kontol kamu... Puas kamu? " ucap kak Hera.




" Ehh... Hehehe... Kakak mulai binal ya sekarang, " ucapku yang mulai menggerakkan pinggangku maju mundur menyoblos lobang surga yang sangat disukai oleh kaum adam sepertiku.




" Uhhh... Sshhh... Iya begitu zam... Uhhhhsshhhh... Enak banget memek kakak... Ohhhh, " uerang kak Hera yang sudah mulai keenakan.




Aku pun kembali menggenjot dengan kencang lobang surga milik kak Hera hingga kak Hera pun kembali kelonjotan tidak karuan.




Desahan demi desahan dari kak Hera kembali menggema di kamar tersebut yang mengalun bagaikan musik sariosa.




Aku juga merasa jika kak Hera semakin tidak terkontrol untuk desahan dan ucapannya, entah itu dari sugesti yang aku berikan atau memang sudah dasarnya kalau kak Hera sebenarnya memang akhwat binal, aku tidak tahu.




Berbagai gaya aku dan kak Hera lakukan untuk bisa meraih kenikmatan surga dunia lagi, lagi dan lagi untuk kak Hera.




Sedangkan aku sendiri sudah lama kurasakan untuk bermain dengan kak Hera namun belum juga merasa akan mendapatkan puncak.




Entak kak Hera mendapatkan puncak berapa kali, namun yang aku suka dengan kak Hera, kak Hera sedikit bisa untuk mengimbangiku dalam hal bermain.




Walaupun kak Hera beberapa kali bertanya gaya apa yang dilakukan karena kak Hera memang dasarnya seorang akhwat yang taat dan juga alim jadi tidak tahu banyak tentang gaya-gaya bermain.




Saat diposisi MOT dengan kedua kaki kak Hera yang terangkat dan pinggang kak Hera sedikit terangkat dan aku pun sedikit jongkok saat menggenjot kak Hera inilah aku merasa sebuah getaran-getaran kecil pada kemaluanku setelah sekian lama aku menggempur kak Hera.




Sontak saja aku kembali mengencangkan tempo dan ritme genjotanku untuk mengejar puncak.




Jangan tanyakan bagaimana dengan kak Hera, yang pasti kak Hera sudah tidak ketulungan lagi akan kontrol, tubuh bahkan desahannya.




" Ahhh... Terus zam... Ohhhh.... Aaahhh... Ahhhhh... Sshhh... Kontol kamu enak banget zam... Aahhhh... Ssshh... Oohhhh...., " desah kak Hera.




" Ohh kak kayaknya aku mau dapet kak.... Uuuhhh...., " ucapku sambil tetap menggenjot kak Hera




" Aahhh... Iyahhh iyahhh... Ooohhh... Keluarin.... Keluarin.... Ooohhhh... Ssshhh.... Azaaaamm... Kakak.... Kakakkkk.... Aaaaiiiiiimmmmm..... Ooooohhhhh.... Sssshhhh... Ooohhhh...... Sshhhh.... Ooohhhh....., " desah kak Hera yang mendapatkan puncak entah berapa kali.




Aku yang merasakan itu pun kemaluanku serasa diberikan rangsangan tambahan dari gerusan dan pijatan lobang surga milik kak Hera.




Beberapa detik berikutnya barulah aku yang mendapatkan puncak setelah sekian lama.




Crooott...




Crooott...




Crooottt..




" Aaahhh... Kakak.... Aaahhhh.... Ooohhh.... Umm... Oooohhh.... Sshhh... Oooohhhhh...., " desahku dengan sejuta kenikmatan yang kurasakan.




Seketika aku langsung ambruk diatas kak Hera dan kak Hera pun langsung memelukku erat namun dengan kemaluanku masih terbenam dalam di lobang surga milik kak Hera.




" Hah... Hah... Kakak... Enak banget kak... Uuuhhhh, " ucapku.




" Uhhh... Hmm... Iya zam... Kakak juga sampai lemas... Biarkan begini dulu zam sampai kamu benar-benar lega..., " ucap kak Hera sambil mengelus-elus kepala belakangku.




" Hmm... Hah.... Hah... Iya kak... Memek kakak enak banget, kakak mainnya juga benar-benar mantap..., " ucapku.




" Iya zam..., " ucap kak Hera singkat.




Setelah beberapa saat barulah aku mencabut kemaluanku yang tertancap di lobang surga milik kak Hera.




Ploppp...




Tidak aku hiraukan lagi dan aku pun langsung berguling di sisi kanan kak Hera.




Kami terdiam beberapa saat dan aku terkejut saat kak Hera tiba-tiba bangkin walau kesusahan.




" Astaghfirullah.... Azam.... Apa yang kita lakukan?! " ucap kak Hera sedikit panik.




Huh?




Aku yang merasa heran itu juga langsung bangkit.




" Kak..., " ucapku.




" A-azam... Kamu... Aaahhhh, " ucap kak Hera sambil melihat kemaluanku yang juga belum tertidur.




" Kenapa kak? " tanyaku penasaran dan juga heran.




" A-azam... Tinggalkan kakak... Lebih baik kamu pulang..., " ucap kak Hera yang langsung menekukkan kakinya keatas lalu memeluknya.




Aku yang tahu maksud kak Hera itu segera untuk bangkit lalu mengambil dan memakai celanaku kembali.




" Azam... Kakak harap kamu jangan cerita-cerita kepada siapapun, hiks... Hiks..., " ucap kak Hera yang mulai terisak tanpa menatapku.




" Baiklah kak..., " ucapku.




Setelah itu aku pun berjalan dengan pelan ke pintu belakang untuk pulang walaupun tidak tega namun mau bagaimana lagi.




Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kak Hera kenapa bisa langsung berubah drastis sikapnya.




Saat aku berada dibelakang rumah kak Hera terdengar suara orang menangis dan aku merasa itu adalah kak Hera.




Aku pun juga tidak mau mengambil resiko untuk berlama-lama ditempat itu dan memutuskan untuk berjalan pulang.




Saat aku sudah sampai ditengah jalan, aku mendengar suara yang memanggilku.




Sontak aku terkejut bukan main katena hal tersebut.




" Azam...., " ucap seseorang.




Aku yang masih berdebar jantungku itu langsung menoleh ke belakang dan terlihat jika orang yang memanggilku itu adalah pak RT yang lengkap dengan baju sholatnya.




" Huh? Pa-pak RT... Duh ngagetin aja... Aku kira siapa...., " ucapku sambil memegang dadaku.




" Masya Allah... Kamu ngapain jam segini kelayapan? " tanya pak RT yang sudah didepanku.




" Memang jam berapa pak sekarang? " tanyaku balik.




" Lah... Kamu ini pikun atau gimana zam... Ini jam setengah 4 sebentar lagi subuh, kamu ini ngapain juga jam segini kelayapan, dari mana? " tanya pak RT dengan heran.




" Hehehe, abis kerumah temen pak di kampung sebelah, biasa anak muda..., " ucapku sambil cengengesan menutupi rasa gugupku.




" Halah.... Tapi kamu tidak aneh-aneh kan disana? " tanya pak RT sambil menatapku tajam.




" Masya Allah... Tidaklah pak... Ngapain juga aneh-aneh paling mentok main karambol aja, " ucapku asal.




" Yasudah... Bapak ke masjid dulu... Assalamualaikum..., " ucap pak RT sambil berjalan mendahuluiku.




" Waalaikum salam..., " ucapku.




" Untung tidak ketahuan... Ah sudahlah pulang sekarang, " gumamku dalam hati.




Setelah itu aku pun langsung pulang ke rumah dan sedikit berlari karena takut jika ibuku sudah bangun.




Setelah sampai, aku langsung menuju ke belakang rumah dan melihat jika lampu dapur sudah menyala yang berarti ibuku sudah bangun.




" Gawat bunda sudah bangun..., " ucapku dalam hati.




Aku berjalan berlahan lalu menengok kedalam dan benar saja ibuku masuk ke dalam kamar mandi.




Dengan cepat aku kembali ke pintu depan untuk masuk kedalam rumah karena pintu belakang selalu terkunci dari dalam.




Dengan pelan namun cepat aku masuk ke dalam rumah.




Tidak lupa juga aku kembali menutup pintu dan menguncinya kembali dengan pelan agar tidak menimbulkan suara.




Setelah itu aku berlari dengan sedikit berjinjit masuk ke dalam kamarku.




" Hah... Aman, " gumamku lega.




Baru saja aku berucap, suara pintu kamar mandi terbuka lalu aku dengan cepat berjalan ke arah kasurku dan pura-pura untuk tidur.




Tidak lupa aku mencopot kausku dan berselimut karena tahu jika ibuku pasti akan masuk ke kamarku untuk membangunkanku.




Benar saja belum ada 5 menit, pintu kamarku terbuka lalu suara ibuku terdengar untuk membangunkanku.




" Azam... Bangun nak... Ayo ke masjid..., " ucap ibuku.




Dengan sengaja aku menggeliat lalu membuka mataku berpura-pura masih mengantuk.




" Iya bunda..., " ucapku.




" Yasudah bunda tunhhu didepan jangan lama-lama sebentar lagi subuh, " ucap ibuku lalu berlalu dari kamarku.




" Iya bunda, " ucapku singkat.




" Huh... Aman..., " ucapku dalam hati.




Setelah itu aku langsung saja mandi junub lalu bergegas ke masjid karena suara adzan subuh sudah berkumandang.


Posting Komentar

0 Komentar