KEPUTUSANKU NO SARA PART 25

 



Setelah beberapa saat, kak Hera menyudahi ciumannya lalu menatapku lalu memanggil namaku.




" Azam..., " ucap kak Hera.




" Hmm..., " ucaoku berdehem pelan.




Kak Hera pun langsung menunduk, entah itu malu atau apa aku tidak tahu karena cadarnya masih melekat pada wajah ayunya.




" Kenapa kak..., " tanyaku dengan lembut.




Kak Hera segera menatapku sayu dan lemah lalu berkata yang membuat kemaluanku semakin tidak karuan.




" Uhm... Ka-kakak... Bha-sahhhh...., " ucap Kak Hera sedikit mendesah.




" Ugh...., "






Aku terdiam sejenak, hanya untuk memastikan apa yang dikatakan oleh kak Hera itu benar, namun aku juga bertanya apakah itu benar?




" Se-serius kak? " tanyaku.




Kak Hera mengangguk lalu menarik nafas panjang lalu membuangnya dengan berlahan.




Aku yang sedikit terkejut dengan itu pun mulai mengikuti insting kejantananku dimana aku tersenyum sambil menatap kak Hera lalu kembali menyentuh pipi kirinya.




Aku mengelus pelan dan juga lembut pipi chubby kak Hera itu.




Sedangkan kak Hera sendiri memejamkan matanya, merasakan sentuhan lembut yang aku berikan kepadanya.




" Ugh... Azam..., " ucap kak Hera pelan sambil membuka matanya.




" Gapai semua yang kakak inginkan... Selama aku bisa membantu kakak, aku pasti akan membantu..., " ucapku lembut.




Setelah itu, aku dapat melihat jika kedua mata kak Hera menyipit yang menandakan jika kak Hera sedang tersenyum dibalik cadarnya.




" Kalau begitu...., " ucap kak Hera yang langsung menyerangku dengan ciumannya tanpa melepas cadarnya dan hanya menyampingkannya saja.




Cuup....




" Umm.... Ssspppp.... Ummm... Hmmmm.... Ahhhmmm..., "




Aku pun juga meladeni serangan kak Hera dengan tidak kalah panasnya.




Sampai beberapa saat kemudian, kak Hera melepaskan ciumannya lalu melepaskan cadarnya dengan pelan.




Setelah terbuka dan nampak wajah ayunya serta kak Hera juga menggigit bibir bawahnya, aku yang sudah sangat terangsang itu kembali melumat bibir kak Hera dengan panas bahkan kak Hera pun menyambut ku dengan panas juga.




" Umm... Sssppp.... Ahhh... Hmmm..... "




Terus dengan ciuman kami yang semakin panas disetiap detiknya.




Kak Hera pun juga merasakan apa yang aku rasakan yaitu benar-benar sangat kalut dalam nafsu birahi.




Aammmhh...






Kak Hera melepaskan ciumannya lalu dengan cepat melepas khimar besarnya itu dan langsung melumat bibirku lagi tanpa berkata.




Kami berciuman tidak terlalu lama karena tiba-tiba kak Hera melepaskan ciumannya lalu sedikit menjauh.




Setelah itu, tiba-tiba kak Hera memegang kemaluanku yang sudah sangat tegang.




Kemudian secara berlahan mengocoknya pelan.




Aku yang merasakan itu tentu merasa sangat nikmat karena ternyata kak Hera sangat mahir dalam mengocok kemaluan.




Ingin sekali aku bertanya namun aku urungkan karena takut mengganggu kak Hera yang sudah terlihat tidak kuat lagi menahan gejolak nafsunya.




" Ohh... Kak... Ummmhhhh..., " desahku pelan.




Namun saat aku sedang merasakan kenikmatan kocokan kak Hera, kak Hera tiba-tiba menghentikan kocokannya lalu berdiri.




" Kak..., " ucapku.




Tanpa berkata-kata lagi kak Hera langsung mendekatiku dan menurunkan tubuhnya sampai seperti aku memangku kak Hera.




Setelah itu, kak Hera segera memegang kemaluanku dan....




Blessss....






" Aaaahhhhh... Ssssshhhh.... Ohhhhh...., " erangku dan kak Hera.




Kemaluanku langsung saja masuk kedalam lobang surga milik kak Hera tanpa hambatan.




Namun aku begitu merasakan jika lobang surga milik kak Hera begitu mencengkram kemaluanku sampai-sampai terasa sedikit ngilu karena tiba-tiba kak Hera memasukannya secara langsung tanpa pemanasan.




Kami terdiam beberapa saat sambil aku menatap kak Hera yang sedang bersandar didadaku dan aku sendiri memeluk tubuhnya.




" Kak..., " ucapku pelan.




" A-azam... Diam sebentar..., " ucap kak Hera.




Aku pun terdiam dan berfikir sejenak.




" Apa kak Hera sangat bernafsu dan sudah tidak tahan? Bahkan sampai tidak membuka gamis dan khimarnya... Hmm... Jika begini berarti kak Hera tidak memakai dalaman sedari tadi!? " ucapku dalam hati.




Setelah itu kak Hera mendongakkan wajahnya dan aku pun menatap wajah ayu kak Hera.




" A-azam... Ma-maafkan kakak... Kakak sudah sudah tidak tahan lagi untuk segera merasakan itu kamu..., " ucap kak Hera mengiba.




" Kak... Apapun yang ingin kakak lakukan, lakukan saja... Aku siap membantu kakak..., " ucapku sambil memeluk kak Hera lebih erat.




" Ummhh... A-azam..., " ucap kak Hera.




" Huh? Kenapa kak? " tanyaku.




" Mentok..., " ucap kak Hera sambil tersenyum.




Disamping senyum kak Hera yang memang sangat manis menurutku, tapi juga entah kenapa aku merasakan jika kemaluanku merasa sedang dipijat oleh sesuatu didalam lobang surga milik kak Hera.




" Umm... Enak ya kak sampai aku merasa sedang dipijit-pijit? " tanyaku tersenyum.




" Ummm... Banget Zam... Kakak suka tahu begini..., " ucap kak Hera yang sudah bisa menguasai rasa gugupnya dan aku juga merasa kalau kak Hera sudah tidak takut-takut lagi.




" Uggghhh... Kakkk...., " erangku yang memang merasakan kenikmatan tersendiri pada kemaluanku.




" Uhhhh.... Besar... Panjang... Tebel... Ohhhh.... Ssshhhh...., " erang kak Hera yang sudah bisa merasakan kemaluanku yang menurutku biasa-biasa saja.




Setelah itu kak Hera mencoba untuk menggoyangkan pinggulnya maju mundur yang membuatku semakin tidak karuan karena saking nikmatnya.




Aku pun juga tidak menyangka jika kak Hera begitu terampil memainkan lobang surga miliknya.




" Oohhh... Enak banget kak.... Uhhhhh, " erangku.




" Ohhhh.... Itu kamu enak banget Zam.... Ohhhh.... Ssshhhh...., " ucap kak Hera yang semakin intens menggoyangkan pinggulnya.




" Ahh.... Itu apa kak... Hahhhhhh..., " ucapku sambil meringis kenikmatan.




" Itu zam.... Ohhhh... Ssshhh...., " ucap kak Hera sambil mendesah.




" Ahhh.... Apa sih kak... Uhhhh..., " ucap kak Hera yang memang aku ingin kak Hera bisa lepas saat sedang bermain.




" Ahhhh... Aahhhh... Ssshhhh... I-itu zam.... Hmmmm..., " erang kak Hera yang masih tertutup.




Aku pun tidak mau untuk memaksa kak Hera untuk bisa lepas dalam hal kata-kata saat bermain.




Terus dengan goyangan kak Hera yang semakin lama semakin kencang sampai-sampai pahaku pun terasa ngilu dan sedikit pegal namun aku tahan.




Semua rasa itu tidak bisa menghilangkan rasa nikmat yang kemaluanku rasakan saat dalam gempuran, goyangan bahkan empotan kak Hera.




" Ahhh... Azam... Uhhh... Aaahhhh.... Eeehhhhhhh...., " erang kak Hera yang semakin lama semakin kencang.




" Ohhh... Terus kak... Ahhhh.... Sshhh... E-enak ya kak... Ohhhh..., " tanyaku.




" Ahhhh.... He.. Eehhh.... Banget.... Ohhhh... Kakak... Mauhhhhh... Keluarr.... Aaaahhhhh.... Azam... Azaaa..... Ooaaahhhhh.... Oooohhhhh.... Oooohhhhh.... Ssshhh..... Ooohhhh.... Uummmhhh...., " erang kak Hera saat mencapai puncaknya yang disertai dengan bergetarnya tubuhnya dengan kencang seperti orang sedang kesetrum listrik.




Aku juga merasakan nikmat yang begitu susah untuk diungkapkan dengan kata-kata.




Disamping aku merasakan siraman air surga kak Hera, aku juga merasakan jika kemaluanku terasa dipelintir kuat oleh cengkraman otot dari lobang surga milik kak Hera.




" Hahhh... Ahhh.... Hahhhh..., " erang kak Hera saat sudah berhenti.




" Enak banget kayaknya kak? " tanyaku sambil tersenyum dan membiarkan kak Hera menikmati paska puncaknya.




" Banget Zam.... Sudah lama kakak gk merasakan puncak seperti ini..., " ucap kak Hera yang masih bersandar didadaku.




" Beneran kak? " tanyaku sedikit terkejut.




" Iya zam... Mas Hamid sudah tidak mampu lagi untuk itu...., " ucap kak Hera sedih.




Aku segera untuk memeluk tubuh kak Hera semakin nyaman denganku.




" Sudah lama kak? " tanyaku.




" Setelah melahirkan zam... Kalau aku bermain dengannya hanya sebentar saja sekitar 5 menitan abis itu sudah karena mas Hamid sudah tidak sekuat dulu saat pertama menikah, " ucap kak Hera sambil membenamkan wajahnya didadaku.




" Hmm.... Sabar ya kak...., " ucapku yang masih memeluk kak Hera.




" Ka-kakak sudah berusaha zam agar mas Hamid seperti dulu karena kakak sebenarnya memiliki libido yang tinggi dan gampang sekali bersyahwat tapi mengingat mas Hamid seperti itu kakak hanya bisa menahan sekuat tenaga, " ucap kak Hera yang sudah mulai nyaman denganku dan terbukti jika kak Hera sedang menceritakan hubungan intimnya dengan suaminya.




Sebenarnya aku sangat kasihan dengan mas Hamid dengan umurnya yang masih tergolong muda namun sudah tidak mampu untuk menafkahi batin kak Hera secara sempurna.




Aku berfikir pasti ada yang salah dengan itu dan seharusnya walaupun begitu, mas Hamid masih bisa untuk memuaskan kak Hera dengan cara lain seperti menggunakan tangannya ataupun sentuhan-sentuhan lain.




Namun disisi lain aku juga kasihan dengan kak Hera yang memiliki nafsu tinggi yang sudah lama tidak tersalurkan dengan sempurna.




" Pasti berat hubungan mereka, " pikirku.




Setelah itu kami terdiam beberapa saat namun tetap kemaluanku masih berdiri dengan kokoh tanpa loyo sedikitpun.




Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku yang terjepit lalu dipelintir-pelintir cukup kuat.




Sontak aku langsung menatap kak Hera sambil menikmati empotan lobang surga milik kak Hera.




" Enak gk zam? " ucap kak Hera tanpa melihatku.




" Banget kak... Hmm... Sepertinya aku ketagihan deh dengan kakak, " ucapku bercanda.




Kak Hera langsung menatapku sayu lalu menggelengkan kepalanya.




" Tidak zam... Jangan... Bagaimanapun aku seorang istri orang lain jadi kamu gk boleh untuk ketagihan denganku, " ucap kak Hera yang masih menggerus kemaluanku walaupun tubuh kak Hera sendiri terdiam.




" Lalu kenapa kakak mau bermain denganku? " tanyaku sambil meringis.




Kak Hera tidak menjawab pertanyaanku namun tiba-tiba kak Hera melepaskan kemaluanku dari lobang surganya.




Setelah itu kak Hera tiduran disampingku sambil kembali menatapku.




Aku yang mengerti maksud kak Hera pun langsung saja memposisikan diriku diatas kak Hera.




" Kak... Tidak dibuka? " tanyaku penasaran.




" Jangan zam... Kakak belum siap untuk membuka semuanya didepanmu, " ucap kak Hera.




Aku pun mengangguk mengerti lalu kembali mencium bibir kak Hera dan kak Hera pun menyambutnya dengan sedikit lebih agresif.




Umm...




Ssspppo....




Uuhhhmmm.....




Kami berciuman sebentar saja sampai dimana kak Hera yang sudah tidak tahan dan kembali bersyahwat.




" Aahhh... Masukin zam.... Masukin, " ucap kak Hera sambil mengerang manja.




" Masukin apanya kak? " tanyaku yang sedikit ingin menggoda kak Hera.




" Itu kamu... Kakak sudah tidak tahan lagi, " ucap kak Hera sambil menggigit bibir bawahnya.




" Itu? Apa kak? " tanyaku lagi sambil tersenyum tipis.




" Iiihhhh azam.... Jangan pancing-pancing kakak untuk berkata kotor..., " ucap kak Hera yang langsung meraih kemaluanku lalu dituntunnya mendekati lobang surga miliknya.




Aku yang secara reflek melihat tangan kanan kak Hera yang menggenggam kemaluanku itu terkejut pasalnya tebakanku ternyata salah.




Saat kak Hera melebarkan kedua kakinya yang otomatis gamis kak Hera tersingkap sampai pada paha atasnya, disana nampak ternyata kak Hera memakai stocking berwarna hitam namun pada bagian daerah kemaluan sampai anus itu berlubang namun aku tidak bisa melihat dengan jelas karena masih tertutup oleh gamis.




Aku tidak tahu entah itu memang modelnya seperti itu atau memang kak Hera yang merobeknya aku tidak tahu.




" Azam... Jangan lihat kebawah aku malu..., " ucap kak Hera yang langsung merapatkan kembali kedua kakinya.




" Ehh... Hmm... Kakak penasaran kak, " ucapku yang dengan reflek menatap wajah kak Hera.




" Jangan lihat punya kakak, kakak malu iihhhh..., " ucap kak Hera yang memang aku melihat wajah ayunya sedikit memerah terutama bagian pipi dan dahi yang nampak sekali merah.




" Humm... Baiklah, " ucapku singkat.




Dengan telaten kak Hera menuntun kemaluanku agar tepat pada posisi dan sarangnya.




Aku sendiri hanya mengikuti alur kak Hera saja dan disaat serasa sudah tepat kak Hera berkata untuk mendorongnya agar masuk kedalam.




" Dorong zam.... Uuuhhhh.... Ssssshhhh, " erang kak Hera sambil menggigit bibir bawahnya.




Aku pun mengikuti kak Hera untuk mendorong kemaluanku supaya bisa masuk kembali kedalam lobang surga milik kak Hera.




Slepppp....




" Uuaahhhhh...... Ssshhhhh...., " Erang kami berdua secara bersamaan.




" Uhhh... Azam.... Enak banget punyamu.... Mentok... Ummhhh...., " ucap kak Hera sambil mengerang.




" Ohhhh... Kak... Memek kakak juga enak banget.... Sempit, " ucapku yang aku sendiri langsung menggoyangkan pinggulku secara berlahan.




" Uuuhhh... Iya... Azam.... Enak... Enak.... Ssshhhh...., " erang kak Hera.




Aku yang mendengar erangan kak Hera menjadi sangat bersemangat.




Aku sebenarnya juga tidak menyangka akan menikmati tubuh salah satu akhwat bercadar yang taat semacam kak Hera, walaupun hanya lobang surganya saja tapi hal itu memberikan sensasi dan getaran tersendiri untukku.




Setelah beberapa saat aku pun menaikan tempo tusukanku karena merasa akan semakin licin oleh cairan surga milik kak Hera.




" Uooohh.... Aahhh... Aahhhh... Azam.... Ahhhh... Ooohhh.... Ooohhhh.... Tusuk terus... Aahhhh... Ahhhh...., " Desah kak Hera yang semakin kencang.




Disaat aku ingin menyentuh kedua boba super milik kak Hera yang besar dan juga berayun, tiba-tiba tangan kak Hera menepis tanganku walaupun desahan kak Hera masih berlanjut sesuai irama genjotanku.




" Ooohhh.... Aaaahhh... Jangan..... Ahhhh.... Hahh.... Tusuk aku.... Ahhhhh... Aja..... Aaahhhh... Ssshhmmm... Emmmm...., " desah kak Hera.




Aku pun juga tidak mau memaksa kak Hera untukku sentuh kedua boba super miliknya itu dan hanya menikmati lobang surganya saja sudah membuatku sangat beruntung.




Aku melakukan genjotan itu lumayan lama dan aku memutuskan untuk semakin mengencangkan genjotanku hingga maksimal.




Sleppp....




Pruuttt....




Strett....




Plokk...




Plok....




Semakin kencang aku genjot semakin keras pula suara aduan kemaluan kami bahkan kak Hera sendiri juga semakin kencang erangan dan desahannya.




" Ahahhh... Azaaaaammm... Ooohhh..... Ooohhh.... Aaaahhhh..., " desah kak Hera semakin kencang.




" Aahhh.... Kenapa kak.... Ahhhhssshhh....., " erangku dengan bertanya.




" Aahhh... Aaaahhh.... Enak.... Aahhh.... Enak banget.... Uaaahhhh.... Aaaahhhh... Ssshhh... Emmm... Aaahhhhh...., " Desah kak Hera.




" Aaahhhh.... Aapanya kak..... Uhhhhh.... Me... Memek kakak.... Enak... Banget.... Aaahhh...., " erangku....




" Ohhh.... Punya.... Kakak enak.... Aaahhhh... Ssshhhh...., " desah kak Hera.




" Aahhh.... Apa itu kak..., " tanyaku sambil mengerang nikmat.




" Aahhh... Punya kakak.... Ahhhh.... Me... Memek.... Memek kakak.... Aaahhhh.... Sshhh... Ooohhh.... Oohhhh...., " Desah kak Hera.




Entah kenapa aku sangat senang saat kak Hera mengatakan itu seolah-olah mendapatkan energi baru untukku dan aku pun lebih bersemangat lagi untuk menggenjot lobang surga milik kak Hera.




" Uuuaahhh.... Aaahhh.... Aaaahhhh.... Ssshhhh.... Enak... Gk kak.... Kontolku.... Aaahhhh, " tanyaku sambil mengerang nikmat.




" Aahhhh.... Ssshhh... Aaahhhh.... Enak... Banget.... Aahhhh.... Emmm... Aaahhh, " desah kak Hera.




" Aaahhh.... Apanya kak... Aaahhhhh....., " Tanyaku lagi.




" I-itu.... Aahhhh..... Aaahhhh...., " desah kak Hera.




" Itu apa kak... Uuhhhhh, " tanyaku.




" Itu kamu... Aaahhhh.... Enak..... Aahhhh.... Ahhhh...., " Desah kak Hera.




" Itu... Apa... Kak.... Aaahhhh... Saaahhhhhh, " erangku terus memancing sisi liar kak Hera.




" Aaahhh... Iiihhh... Azam.... Aaahhhh.... Ssssmmm...., " desah kak Hera.




Aku yang gemas dengan kak Hera langsung saja memegang kedua kaki kak Hera lalu aku naikan lebih keatas lalu aku genjot lebih kencang lagi.




" Uuaahhhh azaaaammmm.... Aahhhhh.... Ahhhhh.... Aaaaahhhh, " desah kak Hera yang semakin tidak karuan.




" Enak... Kan kak.... Aahhh... Ssshhhh...., " tanyaku sambil terus menggenjot kak Hera dengan kencang.




" Aahhh... Iya... Iyaa.... Enak... Banget.... Oohhh.... Ooohhhh...., " desah kak Hera tidak karuan.




Belum ada 1 menit aku genjot dengan kencang, tiba-tiba tubuh kak Hera kembali bergetar dengan hebat.




Nafasnya memburu dan desahannya semakin tidak karuan.




" Ahhh.... Ahhhh... Azam... Azamm.... Kakak mau keluar.... Oohhh.... Ssshhhh.... Ohhh... Uuuggghh... Iiiiihhhhh..... Aaazaaaaammmm...... Aaaaaaaaaaahhhhhhh..... Oooooohhhh..... Oooohhhhh..... Ssshhh.... Ooooohhhhh..... Uuuhhhh... Mmmhhhhh...., " desah kak Hera dengan puncak keduanya.




Aku pun langsung mencium bibir kak Hera dengan lembut dan menghentikan genjotanku agar kak Hera menikmati sisa puncaknya dengan nyaman.




Kemaluanku pun juga merasakan begitu ngilu tapi enak karena pelintiran dari otot lobang surga milik kak Hera yang begitu nikmat.




" Hmm... Enak ya kak? " tanyaku setelah melepas ciumanku.




" Hah... Hah.... Umm... Banget Zam... Baru kali ini kakak sampai 2 kali begini..., " ucap kak Hera sambil mengatur nafasnya.




" Ehh... Serius kak? " tanyaku tidak percaya.




" Iya azam.... Beneran... Hah... Hahh... Nikmatnya punya kakak zam... Itu kamu bener-bener buat kakak lemas..., " ucap kak Hera sambil tersenyum.




" Hehehe.... Punya azam punya kakak juga kok...., " ucapku sambil bercanda.




" Iihhh... Apaan sih..., " ucap kak Hera malu-malu.




" Kak... Emang selama ini kakak gk pernah main sendiri ya? Emm... Maksudku masturbasi gitu? " tanyaku penasaran.




" Ihhh apaan sih... Gk lah... Dosa tahu Zam..., " ucap Kak Hera.




" Lah... Terus yang ini apa kak? " tanyaku.




" Hehehe... Ehhh zam tapi kamu kok belum keluar? " tanya kak Hera heran.




" Aku juga gk tahu kak tapi aku kalau lagi tegang susah untuk tidur lagi kak... Makanya sering bingung akunya..., " ucapku sedikit berbohong.




" Kok gitu? Bukannya kalau baru beru pertama itu cepet ya? " tanya kak Hera.




" Kalau kata dokter sih kesensitifan di kontolku sedikit berkurang kak karena kecelakaan itu dan mungkin hal itu yang membuat lama keluar, " ucapku jujur.




" Bisa gitu ya... Hmmm... Azam..., " ucap kak Hera.




" Huh? Apa kak? " tanyaku.




" Kakak on lagi... Umm... Tusuk kakak lagi ya, " ucap kak Hera dengan pelan.




" Ehh... Tusuk pake apa kak? " tanyaku sambil tersenyum.




" Pake itu kamu, " ucap kak Hera malu-malu.




" Itu apa kak? Lepasin aja kak jangan ditahan begitu... Percaya deh nanti kakak bisa lebih nikmat lagi, " ucapku sambil tersenyum.




" Ummm...., " erang kak Hera.




" Pake apa kak... Bilang aja, " ucapku.




" Pake ko-kontol kamu yang kuat itu..., " ucap kak Hera berbisik dan masih malu-malu.




" Heheheh.... Okelah kak pokoknya kalau kakak main sama aku pokoknya harus lepas, biar lebih enak kakaknya, " ucapku.




" Hemm..., " erang kak Hera.




" Satu lagi kak, " ucapku.




" Apa zam? " tanya kak Hera.




" Kalau kakak main sama aku kakak jadi LONTEKU..., " ucapku yang langsung kembali menggenjot kak Hera dengan ritme sedang.




" Ehhh.... Aahhh... Iiiihh... Azam..... Oohhh.... Ssshhhh.... Oooh.., " desah kak Hera.




" Aahhhh... Memek kakak enak banget..., " ucapku sengaja memuji kak Hera supaya bisa untuk lepas.




" Ahhh.... Azam.... Ohhh... Ooohhhh... Ummm... Aaahhhh..., " desah kak Hera.




Setelah beberapa saat aku yang bosan dengan posisi MOT, aku pun langsung memiringkan kak Hera ke kiri lalu kaki kiri kak Hera aku angkat keatas.


Posting Komentar

0 Komentar