KEBERUNTUNGANKU PART 17

 


Ibuku sudah dalam posisi membungkuk dengan dada disandarkan pada tepian tempat tidur. Akupun langsung mengambil posisi di belakangnya dan mulai menusukkan lagi penisku ke dalam lobang memek ibu kandungku itu.




Cleephh..!!




“Aaahhh.. heemmm... genjot Nggaa.. aah.. yang kuat sayang” pinta ibuku kemudian.




“Hehe.. siaap..”




Memang jepitan memek ibuku itu tak sekuat memek mbak Tika, tapi rasanya tetap saja hangat dan becek. Bahkan memek ibuku itu bisa ngempot dengan kuat. Kalau sudah begitu pasti aku akan belingsatan oleh rasa nikmat dibuatnya. Setelah penisku masuk dan mentok, kupegangi pinggul ibuku dan mulai kupompa penisku keluar masuk lobang senggamanya.




“Huuuohhh.. ayo buu.. aahh.. empotin memeknya dong.. aahh..”




“Hihihi... iyaa.. ini Nggaa.. siap yaahh..”




“Aaaahhhh.... aduhhh.. aduhh.. aahh... mantab buu... enakkk..”




Aku menggelinjang keenakan ketika dinding vagina ibuku meremas penisku dan memerasnya. Rasanya sungguh membuatku bisa melayang keenakan. Langsung saja kuimbangi empotan memek ibuku itu dengan kocokan penisku yang cepat.




“Hiaaahhh.... aaahhh... Anggaaa.. kamu pinterrrrr.. aahhh...” teriak ibuku ikut merasa enak.




“Oohh.. iya bu.. jadi.. aahh.. gak kuat aku buu...”




Clok.. clokk... clookk... clokk... clokkk...




Kugenjot memek ibuku dengan cepat dan tanpa ampun. Meski memeknya meremas penisku dengan kuat tapi kocokanku mampu mengimbanginya. Alhasil kami berdua semakin mabuk dalam rasa nikmat dalam persetubuhan kami siang ini.




“Aaaaaahhhhhhkkkkkkhh..!!” teriakku.




Crott.. croott... crootttt...




“Keluar bu pejuhnya...”




“Iya Nggaa.. terussss.. .hhihhhh... aahh.. ibu juga.. ahh.. ini... inii... hooooohhhh”




Kudekap tubuh ibuku dari belakang dengan erat sembari kutusukkan peniku dalam-dalam. Rasanya getaran tubuh kami terasa sampai ke dalam. Badanku jadi menggigil penuh sensasi nikmat dan lega. Memang rasanya lega banget bisa menyemprotkan spermaku di dalam sebuah lobang hangat dan becek seperti saat itu.




Setelah diam agak lama, akupun mencabut penisku lalu buru-buru naik ke atas tempat tidur dan mendekati mbak Tika.




“Ayo mbak.. bersihin nih tititnya adek..” pintaku sambil menyodorkan penisku yang penuh lendir itu ke mulut mbak Tika.




“Iyaahh.. sini... eemmhhh.. sluurrphh.. emmhh... aahh.. emmhhh”




Dengan rakusnya mbak Tika menjilati dan mengulum penisku. Seluruh cairan yang masih tersisa di penisku langsung saja dia telan tanpa sisa. Tak ada rasa jijik sedikitpun kulihat dari ekspresi mbak Tika. Malah dia seperti ketagihan menelan cairan spermaku itu.




“Sepertinya Dina sama Aryo sudah pergi yah? sudah sepi di luar” ujar ibuku yang kemudian keluar dari kamar.




“Memang mas Aryo sama mbak Dina kemana sih mbak?” tanyaku pada mbak Tika.




“Emmhh.. katanya mau ambil baju pengantin”




“Oohh..”




Karena kami ditinggal pergi oleh mas Aryo dang mbak Dina, jadilah kami bertiga bisa bebas melakuan persetubuhan kami siang itu. Rasanya aku dan mbak Tika tak pernah puas meski kami berkali-kali berhasil mencapai puncak kenikmatan bersama. Ditambah lagi adanya ibuku semakin membuat permainan kami tambah seru.




Jadilah siang itu kami habiskan waktu dengan ngentot bersama. Aku gantian ngentot dengan mbak Tika dan ibuku. Kadang juga mereka berjajar sambil menungging di depanku untuk gantian aku kocok memek mereka satu-persatu. Dan permainan kami selesai ketika mas Aryo dan mbak Dina datang kembali ke rumah.




***




Malam sebelum hari pernikahan mbak Dina situasi di rumahku masih saja seperti biasa, bahkan cenderung sepi. Itu karena semua pekerjaan yang menyangkut acara pernikahan mbak Dina dilakukan di rumah barunya pak Manto. Keluarga yang diundang pun hanya keluarga yang ada di desa ini saja. Kami tak mengundang saudara yang jauh. Itulah kenapa kondisi di rumah masih saja seperti biasa.




Sehabis Isya’ mas Aryo sudah masuk ke dalam kamarnya dan tidur pulas. Kebetulan malam itu bulan purnama jadi suasana lingkungan sekitar rumah jadi terang dan sejuk. Aku, ibuku dan mbak Tika masih duduk-duduk santai di teras depan rumah. kebetulan mbak Dina masih berada di rumah pak Manto untuk menyiapkan acara besok. Jadi kami sekalian ngobrol juga nungguin mbak Dina datang. Karena tadi dia bilang tidak menginap di sana.




Kondisi lingkungan di sekitar rumah sudah sepi. Meski besok keluarga kami ada acara penting tapi semua acaranya di lakukan di rumah barunya pak Manto. Dulu dia memang minta supaya semuanya di persiapkan di rumah itu. Mulai dari acara selamatan sampai masak-masak pun dilakukan di sana semua. Katanya dia tak ingin sekalipun merepotkan keluargaku. Bagus lah menurutku, selain tak repot kami juga tidak terlalu capek.




“Enak yah bu kalo bisa duduk di teras begini” ucap mbak Tika, malam itu dia sudah tinggal memakai celana dalam saja. Selama di rumah ini mbak Tika memang tak kutemui memakai Bh sekalipun.




“Hihi.. ya iya Tik.. mungkin kalo di rumahmu sudah jadi bahan gunjingan tetangga” balas ibuku, dia juga hanya memakai Bh dan celana dalam seperti biasanya.




“Hihi.. pastinya.. memang seperti ini yang bikin betah tinggal di desa”




“Lohh.. nanti habis nikahannya Dina kamu ga usah balik, biar Angga sama Aryo saja yang pergi” ujar ibuku memberi usulan.




“Emm.. iya deh bu.. biar aku bicarakan dulu sama suamiku” balas mbak Tika kemudian.




“Ehh.. bentar, kalo mbak Tika tinggal di desa trus nanti yang masak siapa mbak?” tanyaku mengingatkan.




“ya kan ada Vina.. dia kan bisa bantuin masak.. apalagi sebentar lagi dia jadi istrinya mas Aryo..” ucap mbak Tika enteng.




“Loh memang jadi si Vina itu dilamar sama Aryo?”




“Jadi bu..”




“Ya syukurlah kalo begitu.. bisa bantuin kamu ngurus rumah ya Tik”




“iya bu.. bantuin aku bebas ngelakuin apa saja pastinya, hihihihi...”




“Hehh.. kamu ini.. maunya bebas aja.. pikirin itu kandungan kamu” balas ibuku mengingatkan.




Entah kenapa aku mendadak merasa aneh saja pada sikap kakak perempuanku dan juga ibuku. Mereka sepertinya malah senang ketika mas Aryo punya istri lagi selain mbak Tika. Apa sebenarnya yang mereka rencanakan dibalik semua ini? pasti ada sesuatu yang aku tak tahu.




“Nggaa..” panggil mbak Tika padaku.




“Apa mbak?”




“Ngentot yukk.. daripada gak ngapa-ngapain nih” ucapnya.




Begitu lugasnya bahasa yang dipakai mbak Tika. Seakan apa yang dia minta itu bukan hal yang penting. Memang dari dulu kami sekeluarga selalu terbuka pada apapun yang terjadi, tapi untuk ngajak ngentot rasanya masih tetap sesuatu yang baru aku dengar beberapa waktu ini.




“Hehehe.. ayokk..” setujuku.




“Di belakang yah.. jangan gangguin mas Aryo...”




“Okee.. siap.. tapi ibu mau ikut gak?” tawarku kemudian.




“Ehhh.. mau dong Nggaa.. sudah.. kita kebelakang saja yukk..”




Kami bertiga lalu menuju ke halaman belakang rumah. Ibuku sengaja membawa tikar daun pandan yang lumayan lebar sebagai alas. Tentunya halaman belakang rumah kami masih berupa tanah lapang dan butuh alas supaya tubuh kami tidak kotor.




Sewaktu jalan ke belakang, kulihat mbak Tika sempat masuk ke dalam kamarnya. Mungkin dia mau memeriksa mas Aryo masih tidur apa tidak. Sesaat kemudian dia kembali keluar dari kamar namun sudah dalam kondisi telanjang bulat. Rupanya sewaktu masuk tadi dia sempatkan juga melepas celana dalamnya.




“Gimana mbak?”




“Udah lanjut aja.. masih tidur kok orangnya” balasnya kemudian.




“Hehe.. bebas dong sekarang..”




“Ihh.. emang kalo dia bangun apa kita ga bisa bebas? Bisa dong Angga sayang..”




Mbak Tika kemudian memelukku dari belakang. Aku berhenti sebentar dan menunggu apa yang akan dia lakukan padaku. Tiba-tiba saja kedua tangannya mulai memegang pinggiran celana pendekku kemudian menariknya turun. Posisi kami yang masih ada di dapur tak dihiraukannya. Mbak Tika terus berusaha menelanjangiku meski kita belum sampai di halaman belakang rumah seperti rencana awal.




“Hihihi.. masih lemes ya Ngga?”




“Iya dong mbak... bagunin gihh” pintaku.




Mbak Tika tanpa basa-basi langsung jongkok di depanku dan mulai mengecup penisku dengan bibirnya. Sambil terus mengerjai penisku, matanya melirik ke atas, memandangku dengan tatapan binalnya. Aku akui memang mbak Tika kalau sudah terpancing birahinya bisa berubah jadi orang lain.




“Sluurrpphh.. cuuphhh.. slurrrrphhh.. aaahh... cuhh..”




Dengan nikmatnya mbak Tika mengulum dan menyedot penisku. Tentu saja apa yang dia lakukan itu berhasil membuat kemaluanku ngaceng maksimal. Emutan mbak Tika memang enak dan mampu menaikkan birahiku. Tak ayal dalam waktu sekejap saja batang penisku sudah tegak mengacung mengarah padanya.




“Udah kan Ngga?”




“Hehe.. iya mbak.. yukk.. ibu udah nungguin tuh..”




Kami berdua langsung menuju halaman belakang rumah. Di tempat itu ibuku kulihat sudah duduk di atas tikar sambil menggesek permukaan kemaluannya sendiri. Ugh, benar-benar pemandangan yang cabul banget.




“Napa sih bu? Udah gatel yah?” tanyaku langsung.




“Hihi.. tau aja kamu Ngga.. tapi biar Tika yang duluan.. biar ibu di depan dulu” balas ibuku, aku belum mengerti apa yang dia maksudkan.




“Ayo Ngga.. tusuk mbak dulu.. biar aku mainin memeknya ibu sebentar” mbak Tika kemudian menungging di depanku dengan mulutnya tepat mengarah ke lobang memek ibu.




“Ohhh.. begitu maunya.. oke..” sambutku.




Tanpa diminta lagi akupun langsung menyiapkan ujung batang kelaminku di depan mulut vagina mbak Tika. Kusentuhkan kepala penisku itu dan kurasakan lendir yang lumayan banyak di permukaan memek mbak Tika. Memang kakak perempuanku yang satu ini kalau sudah birahi pasti lendirnya keluar duluan.




“Aa..aa.. aaahhhhhhhh....”




Clephhh..!! kumasukkan penisku dengan lancar.




“Auhhh.. enak mbak.. anget.. becekk...”




“Emmhhhh.. ayo Ngga.. genjot yang kuat sayang...” pinta mbak Tika manja.




Pelan tapi pasti mulai kugerakkan pinggulku maju-mundur seirama tusukan penisku pada liang senggama mbak Tika. Lendir yang sudah keluar di memek kakakku itu membuat gerakan penisku jadi lincah dan nikmat. Rasanya memang tiada duanya memek mbak Tika itu.




“Oohhhhh.. Tikaaa.. eemmhhh..” desah ibuku mulai terdengar.




Dikala kugenjot memeknya, ternyata mbak Tika malah sedang menjilati memek ibuku. Kedua kaki ibuku yang mengangkang lebar membuat kepala mbak Tika bisa mendekati pangkal pahanya dengan mudah. Aku yang melihatnya hanya bisa tersenyum penuh kegembiraan. Sebuah pemandangan yang ganjil buat orang lain tapi membahagiakan buatku. Bagaimana seorang ibu sedang dipuasi oleh anak perempuannya yang memeknya juga dientot oleh adik laki-lakinya.




“Aaahhh... aahh.. kalian.. ahhh.. semakin pintaaaarrrr.. ughh.. ahh..” desah ibuku terus terdengar.




“Emmhh.. slurrphh.. aahh.. emhh.. aahh.. iya dong buu.. siapa dulu ibunya, hihihi..” balas mbak Tika tak kalah mendesahnya.




“Ohh.. Tika.. ahh.. mulut kamu enak...aahh.. ibu suka.. ahh.. suka bangetthh”




“Iihh... ii.. iya buu.. ahh.. kontol Angga.. jug.. gaaaa..aahh.. enakk..”




Aku mendengar apa yang mereka ucapkan dengan tersenyum gembira. Suara kedua perempuan itu malah membuat semangatku terus berkobar tak mengenal lelah. Kusodok terus memek mbak Tika dengan sekuat tenaga sambil sesekali kuraih pentilnya dan kumainkan dengan jariku.




“Aahhh.. nanti kalo anakmu laki-laki... ahh.. biarin dia ngentot kamu ya Tik..”




“Hemmhh.. ahh.. iya dong buu.. pasti..”




“Kalo aku gimana bu?” celetukku kemudian.




“Aaahh.. kamu.. kamu.. bebas Nggaa..” balas ibuku yang kini mulai meremas payudaranya sendiri.




“Hahaha.. begitu dong bu.. adil jadinya”




“Aaahhh.. Anggaa.. cepetinn.. aah.. cepet... mbak mau keluar niihh.. ayo dong...”




Mendengar rengekan mbak Tika aku segera tancap gass. Kukerahkan tenagaku untuk memompa lobang memek mbak Tika dengan cepat. Kupegangi pinggulnya supaya hentakan tubuhku lebih terasa.




Plokk... plokkk.. plokk... plokkk..




“Hiyaaaaaaahhhhhhh... keluar sayaaaang.. aaahhhhhhh.... aahhhh.. aahhh..” pekik mbak Tika dengan tubuh kelojotan seperti biasanya.




Sambil aku tusuk memeknya, rupanya tangan mbak Tika ikut menggosok kelentitnya sendiri. Dua rangsangan di tempat sensitifnya itu mampu membuat mbak Tika mencapai orgasmenya dalam waktu singkat.




“Aaaahhh.. gantian buu.. ayo sini” ajakku kemudian.




Mbak Tika yang sudah orgasme satu kali langsung memberikan ruang bagi ibuku untuk menungging di depanku. Kakak perempuanku itu kemudian bergantian duduk mengangkang di depan muka ibuku. Tentu saja ibuku mengerti dan mulai menjilati memek mbak Tika dengan rakus.




“Oohhhh.. Anggaaa.. aahhh..” ibuku melenguh sesaat ketika penisku menerobos lobang memeknya.




Permukaan penisku yang sudah licin karena dilumuri lendir mbak Tika langsung bisa keluar masuk memek ibuku dengan lancar. Kenikmatan yang tiada duanya kembali aku terima dari lobang yang berbeda. Meski memek ibuku tak serapat milik mbak Tika tapi rasanya masih saja enak dan legit. Bisa membuatku mabuk rasa nikmat.




“Aahh.. enak ya bu bisa ngentot bersama..” ujarku disela gerakan pinggulku menusuk memeknya.




“Uuuhhh.. iya Nggaa.. ahh... dari dulu memang ibu pengen seperti ini”




“Masak sih bu.. kan kita keluarga?”




“Iyaaa.. aahh.. sejak.. ahh.. sejak.. bapakmu tidak ada.. ahhh.. ibu pengen.. ahh.. kalian ngentot..” ujarnya sambil terus mendesah keenakan.




“Wuuihhh.. ternyata ibu nakal juga yah? pantesan dari dulu gak nolak aku entot memeknya” balasku tak percaya pada kata-kata ibuku tadi.




“Hooohhh... iya Nggaa.. aahh.. kalian..ahh... kalian.. memang ibu buat seperti ini...”




“Hehehe.. terimakasih ya buu.. sudah memberi kami rasa nikmat” balasku sambil kuhentakkan penisku dalam-dalam .




“Aauhh.. mantab Nggaa.. kamu pinter!!” teriaknya.




Tanpa kami sadari ternyata sudah ada sepasang mata yang mengamati apa yang kami bertiga lakukan. Aku dan ibuku tak menyadarinya, tapi mata mbak Tikalah yang berhasil menangkapnya.




“Aahh.. masss.. udah bangun yah?” tanya mbak Tika saat mendapati suaminya tengah berdiri melihat ke arah kami.




“ii.. iiya dekk.. mau kencing dulu” balas mas Aryo dengan suara gugup.




“Hihihi.. yaudah mas buang dulu.. ntar kesini yah”




“He’emm..” balas mas Aryo yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi.




Kulihat mbak Tika masih santai saja duduk mengangkang menikmati jilatan lidah ibuku pada celah memeknya. Dia sama sekali tak merasa bersalah meski suaminya telah melihat perbuatan kami. Aku dan ibuku juga santai saja, aku pun terus menyodokkan penisku ke dalam lobang memek ibuku tanpa ampun.




“Makanya kok hilang semua.. ternyata ngumpul disini” ucap mas Aryo setelah keluar dari kamar mandi dan mendekati kami. Tak ada rasa marah atau janggal yang kulihat di wajahnya. Dia nampak biasa saja melihat apa yang kami lakukan.




“Iya masshh.. ahh... teruss buu... ah.. enak” balas mbak Tika mendesah keenakan.




“Waahh.. lagi enek-enaknya tuh.. boleh dong gabung?” ujar mas Aryo




“Aaahh.. sini mas.. gantian sama Angga aja.. cobain dulu memek ibuku mas” tawar mbak Tika kemudian.




“Iya deh.. tapi emut dulu dong dekk.. bikin dia bangun”




“Hihi.. siapp.. sini mas..”




Mbak Tika kemudian duduk bersimpuh di depan suaminya. Dia langsung menyambar celana pendek suaminya itu lalu menurunkannya sampai sebatas mata kaki. Berikutnya kakak perempuanku itu tanpa rasa ragu langsung mengulum penis mas Aryo dengan lahap. Hanya dalam waktu sebentar saja kulihat penis mas Aryo sudah dalam posisi siap tempur.




“Gantian Ngga..” pinta mas Aryo kemudian.




“Aahhh.. iya mas...”




Plopp!! Kucabut penisku dari liang senggama ibuku.




Mas Aryo kemudian menggantikan posisiku menyetubuhi ibuku. Kini kakak iparku itu sudah berhasil menusukkan penisnya pada lobang memek ibu mertuanya sendiri. Sungguh suatu hal diluar nalar kenapa semua ini bisa terjadi, tapi aku tetap menikmatinya dan bahagia melihatnya.




Akupun lalu mendekati mbak Tika yang ditinggal oleh suaminya. Kudekati kakak perempuanku lalu kuarahkan dirinya supaya menungging menghadap wajah ibuku. Tentu saja mbak Tika tak menolak, bahkan dia seperti mendapatkan semangat baru.




Cleephh..!! kembali kutusukkan penisku pada liang vagina mbak Tika.




“Emmhhh.. aahhh... ayo Nggaa..” lenguhnya kemudian.




“Iya mbakk.. hoohhh.. enak banget memek perempuan hamil”




Sungguh gila apa yang kami lakukan malam itu. Tak pernah aku bayangkan bisa jadi seperti itu keadaannya. Di depanku kulihat bagaimana ibuku mengerang-erang keenakan tengah dientot oleh menantunya sendiri, sedangkan aku dengan nikmatnya ngentot kakak perempuanku yang juga adalah istri dari mas Aryo.




Karena kami berada di desa yang sepi dan tetangga kami jauh letaknya, kami bisa dengan bebas melakukan persetubuhan itu tanpa ada gangguan sedikitpun. Kalau kami masih di kota tentu saja tak akan bisa melakukannya. Memang keberuntungan itu ada dan sedang terjadi pada kami.




Malam itu dengan bebas kusetubuhi mbak Tika di depan suaminya sendiri sampai aku semburkan spermaku di dalam rongga kemaluan mbak Tika. Begitu juga mas Aryo, dia dengan puasnya mengentot ibuku sampai ari maninya tumpah ruah di dalam lobang memek ibuku. Kedua wanita yang kami setubuhi malah tak terhitung lagi berapa orgasme yang mereka terima. Kadang sampai mereka kelojotan menerima genjotan penis kami.




Aku dan mbak Tika sudah terduduk lemas melihat ke arah mas Aryo yang baru akan memuncratkan spermanya di lobang kemaluan ibuku. Tiba-tiba saja kami dikejutkan dengan kedatangan mbak Dina. Kakak keduaku itu nampak berkacak pinggang melihat ke arah kami berada.




“Ohh... jadi begini kelakuan kalian kalo aku ga ada dirumah?




“Dina !!” pekik ibuku melihat kedatangan anak perempuannya yang besok menikah itu.




Mbak Dina tak berucap apa-apa. Dia hanya berjalan mendekati kami berempat yang masih diam melihat ke arahnya.




“Kalian kan pasti sudah puas.. nah.. sekarang aku minta mas Aryo sama Angga gantian ngentot denganku..” ujar mbak Dina kemudian.




“Ehhh.. gimana sih? kan besok kamu nikah Din.. malah mau ngentot..” balas mbak Tika.




“Gapapa.. boleh apa enggak mbak?”




“Boleh.. boleh saja.. sini..”




Mbak Dina tanpa ragu kemudian menelanjangi dirinya sendiri. Kaos dan celana panjang yang dipakainya langsung dilepas dengan mudah. Dia pun lalu duduk mengangkan di depan kami memamerkan belahan vaginanya yang gundul itu.




“Ayo siapa nih yang ngentot duluan?” tantangnya pada kami.




“Udah.. sini aku duluan.. Angga, kita keroyok Dina..” ajak mas Aryo padaku.




“Siap mas..”




Mas Aryo dengan cepat mencabut penisnya dari lobang memek ibuku, dia lalu mengarahkan batang kemaluannya itu ke dalam liang vagina mbak Dina.




“Huaahhhh... aahhhhh.. eeeemmhhhhh..” pekik mbak Dina ketika penis mas Aryo menyeruak masuk ke dalam memeknya.




“Hehehe.. siapa suruh nantangin kita.. ayo Nggaa..”




Aku yang masih mengembalikan tenaga langsung bangkit dan mendekati mbak Dina. Kuarahkan penisku yang masih setengah lemas itu ke mulutnya. Mbak Dina yang sudah mulai terserang kobaran birahi langsung saja menyambar penisku dan mengulumnya dengan nikmat.




“Kalian terusin aja.. aku mau ke dalam.. ngantuk nih” pamit mbak Tika kemudian berdiri.




“Aku juga Tik.. ahhh.. mau tidur juga.. besok pasti butuh banyak tenaga” ibuku pun ikut berdiri bersama mbak Tika.




Sejenak kemudian mereka berdua jalan menuju arah dapur meninggalkan kami bertiga yang masih saja larut dalam persenggamaan penuh rasa nikmat.

Posting Komentar

0 Komentar