(EXTRA POST) APAKAH INI SELINGKUH? PART1



Mataku menatap tak percaya pada lembaran kertas di tanganku. Tulisannya agak tak kumengerti karena penuh dengan istilah medis. Namun yang jelas di lembaran kertas itu tertera hasil pemeriksaan sel sperma Rizal. Intinya adalah adik sepupuku itu ada masalah dengan sel spermanya hingga tak bisa membuat istrinya hamil. Aku hanya diam mematung karena tak bisa berpikir lagi.




“Sari... Sarii.. kamu dimana sih?”




“Di atas mam.. lagi sama Luki ini” balasku sambil teriak. Mama memanggilku dari bawah tangga seperti biasa.




“Yaudah, sini cepetan.. bantu mama dulu”




“Oke mam.. bentar yah”




Aku kembali menaruh lembaran hasil pemeriksaan dari sebuah klinik itu di atas meja. Di depanku terlihat Luki masih duduk mengangkang di atas tempat tidurnya. Tubuhnya yang telanjang itu masih terbuka bebas, setelah kami tadi sempat saling memberikan rasa nikmat. Demikian juga tubuhku yang masih telanjang tanpa busana.




“Ughhh... mama tuh sukanya gangguin kita aja kak”




“yahh, gitu dehh..”




“Abis ini ke atas lagi ga kak?”




“ga tau, bentar aku tanya mama dulu ada apa”




“Ohh, oke kak”




Cuek saja aku dengan keadaanku yang tanpa pakaian ini. Aku kemudian turun dari lantai dua meninggalkan Luki yang masih belum puas dengan apa yang kita lakukan tadi. Yah, setelah mengantar anakku sekolah biasanya aku naik ke lantai dua untuk sekedar bermain-main dengan Luki. Terus terang, aku sudah tahu gimana rasanya ditinggal suami sebegitu lamanya. Itulah kenapa aku kadang membantunya melepas beban birahinya.




“Ada apaan sih mam?”




“Sini, bantuin mama luluran dulu.. yang bagian belakang masih belum nih”




Mama yang sudah dalam kondisi telanjang itu kemudian tengkurap di atas tempat tidur. Dengan sigap akupun mulai mengoleskan krim pelembut kulit itu di sekujur tubuh mama. Kebiasaan ini sudah mama lakukan dari lama. Mungkin itulah yang membuat kulit mamaku masih tetap halus dan terlihat cerah meskipun umurnya sudah 45 tahun lebih.




“Sari, mama baru dapat kabar dari om Guntoro”




“Eh, siapa sih itu mam?”




“Itu, kenalan papamu dulu.. kebetulan dia sekantor dengan Rizal”




“trus kenapa emang?”




“Dia kasih mama info kalau Rizal itu ada dekat dengan perempuan... janda katanya”




“Wahh, masak sih dia sampe segitunya mam?” tanyaku heran.




“Iya, firasat mama benar ternyata”




Aku diam sebentar, tubuh mama terus aku olesi dengan krim yang aku ambil dari wadah bening berbentuk bulat itu. Dari omongan mama barusan, aku masih menebak kira-kira maunya mama akan seperti apa.




“Sari, mama pengen Rizal menjauh dari janda itu.. bagaimanapun caranya harus bisa. Mama tak ingin dalam keluarga kita ini ada perpecahan”




“Trus, aku bisa bantuin apa mam?”




“Kamu kan deket sama Rizal, coba kamu pengaruhi dia.. apapun caranya..”




“Trus, si Luki gimana dong mam?”




“Coba kamu alihkan perhatiannya dulu, kamu manfaatin aja suami kamu.. bisa kan?”




“Hhhh.. iya deh mam, ntar aku pikirin dulu gimana caranya”




Sejak saat itu aku mulai menyusun rencana untuk membantu keinginan mama. Agaknya memang hubungan antara Luki dan suaminya mulai merenggang. Meski itu baru dugaanku saja tapi dari gelagatnya dugaanku tadi memang benar adanya. Seingatku dulu, Rizal menikah dengan Luki itu sebagai pelarian karena mantan pacarnya hamil dengan cowo lain. Aku pikir jangan-jangan adik sepupuku itu memang tidak mencintai istrinya sedari awal.




***




Beberapa hari ini aku berusaha menguatkan hatiku untuk membiarkan suamiku dekat dengan Luki. Perintah mama sudah jelas dan aku wajib mengikutinya. Dari awal kami menikah, sudah kusiapkan hati dan pikiranku kalau seandainya suamiku selingkuh atau punya istri lagi. Meskipun dia tipe lelaki setia tapi nasib orang siapa yang tahu. Hanya saja kalu selingkuhan suamiku itu adalah Luki, itu perkara yang lain.




Lama aku berpikir sampai suatu titik muncul ide gila di kepalaku. Kalau kubiarkan suamiku dekat dengan Luki, maka aku harus mendapat imbalannya juga. Kalau suamiku selingkuh, aku juga akan melakukannya. Dengan alasan soal keadilan dalam rumah tangga pasti suamiku tak akan bisa menolaknya. Bisa kupastikan itu karena aku tahu persis gimana wataknya.




Untuk membuat seorang lelaki tertarik pada Luki itu soal gampang. Dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya itu tak sulit untuk menarik perhatian lelaki manapun. Masalahnya adalan target yang harus menyukai Luki adalah suamiku sendiri. Lelaki yang sering melihat Luki dalam kesehariannya dan sudah terlanjur menganggap Luki itu adiknya.




“Tenang Sari, tenang.. suami kamu itu juga laki-laki normal.. gampang kalau masalah harus tertarik sama Luki” ucapku dalam hati untuk memberi sugesti yakin semuanya akan berjalan sesuai rencana.




Kebiasaan Luki yang suka memaki baju apa adanya saat di rumah kurasa akan semakin memudahkan rencanaku. Hampir tiap malam dia duduk di ruang tengah nonton drama Korea. Saat itulah suamiku datang dari tempat kerja. Aku yakin dia akan melihat Luki dengan pakaian yang seksi karena bajunya hanya daster tipis atau haun tidur yang kainnya menerawang. Itupun di dalamnya Luki cuma memakai celana dalam saja.




“Luk, kalo cuman pake baju tipis gitu kayaknya nanggung banget deh”




“maksudnya gimana sih kak?”




“Ya ngapain ga telanjang sekalian”




“Ihhh, jangan dong, kan mas Aan bentar lagi pulang”




“Ehh, gapapa.. aku yakin dia pasti suka banget deh, hihihi..”




“Hhh.. pastinya, tapi ntar kak Sari cemburu, ntar bilangnya aku ngegodain mas Aan”




“Gah bakalan deh Luk, anggap aja suamiku adalah suami kamu juga” bisikku kemudian.




“Lahhh.. kak Sari!”




“Hihihi..”




Meski Luki terlihat ragu, tapi sepertinya dia tertarik pada tawaranku. Setiap Luki terlambat bangun pagi, sengaja aku suruh suamiku yang membangunkannya. Aku yakin dia pasti melihat sesuatu yang menarik saat melihat Luki sedang tidur di kamarnya. Kadang sehabis membangunkan Luki, suamiku nampak gusar dan bingung. Namun aku hanya bisa tersenyum karena itulah tanda kalau suamiku sudah masuk ke dalam rencanaku.




Pernah satu ketika saat aku dan suamiku ngentot, sengaja aku keraskan suara desahanku. Luki yang masih nonton TV di ruang tengah pasti bisa mendengarnya. Hingga akhirnya dia iseng mengganggu kami dengan pura-pura minta bedak milik anakku. Inilah kesempatanku untuk menunjukkan kemolekan tubuh Luki pada suamiku.




Saat sedang seru-serunya aku dan suamiku ngentot, kubuka pintu kamar ketika Luki mengetuknya. Tentu saja suamiku protes, namun segera kusuruh dia sembunyi di balik pintu. Aku sengaja menyuruhnya berada di tempat itu supaya bisa melihat ke arah Luki.




“Mana yang gatal?”




“Punggung kak.. semuanya”




“Ohh.. coba buka aja baju kamu”




Luki yang tak curiga padaku langsung melepas gaun tidur yang dipakainya saat itu. Tubuh langsing Luki dengan kulit putih mulusnya itu kini terlihat di depanku. Aku yakin di balik pintu kamar suamiku juga bisa melihatnya. Sengaja aku buat lama ketika Luki hanya memakai celana dalam saja di depan pintu kamarku. Baik Luki maupun suamiku kini sudah mulai masuk ke dalam jebakanku.




Sebelum aku dan suamiku lanjut ronde ke dua, kuberikan dildo milikku pada Luki untuk memuaskan dirinya sendiri. Suamiku yang melihat hanya bisa menatap tak percaya pada apa yang aku lakukan. Aku harap dalam pikiranya timbul keinginan untuk melihat Luki sedang memakai kontol palsu itu. Itulah kenapa keesokan paginya aku menyuruhnya membangunkan Luki lagi. Pasti suamiku akan melihat pemandangan yang lebih menarik dari dalam kamar Luki.




Keinginanku untuk memperlihatkan tubuh telanjang Luki pada suamiku semakin menjadi-jadi. Aku semakin tertarik dengan permainan ini. Kuajak mereka berenang supaya aku punya alasan kuat untuk membuat Luki telanjang di depan suamiku tanpa ada rasa curiga padaku. Mereka pun setuju dan akhirnya semua berjalan sesuai keinginanku.




Dari rumah aku sengaja tak membawa Bh dan celana dalam untuk ganti. Kupikir aku akan langsung memakai baju renang saja saat di kolam tanpa memakai dalaman. Aku tak khawatir akan ada orang lain yang melihat bagian sensitif tubuhku, karena sedikit banyak aku merasa senang saat orang lain melihat tubuhku.




Rencanaku berjalan mulus. Akhirnya kubuat Luki telanjang di depan suamkiu dan beberapa orang yang berada di kolam renang saat itu. Untungnya situasi kolam sedang sepi, hanya ada seorang cowo dan pacarnya yang sesekali memperhatikanku. Entah kenapa aku bisa merasakan kalau cowo itu sering mencuri pandang pada tubuhku. Sepertinya ini bisa jadi mainan baru buatku.




“Luk, habis mandi kamu langsung ganti baju aja.. temenin mas Aan dulu yah”




“Ohh, oke kak..”




Selepas kami mandi membilas tubuh, Luki langsung memakai lagi pakaiannya. Sedangkan aku masih menikmati guyuran air dari atas kepalaku. Aku sadar sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikanku. Dia sembunyi di ruangan sebelah, melihat ke arahku dari lobang angin yang ada di atas. Kuputuskan saja untuk mengerjainya. Aku keluar ruangan mandi dan membuka pintu ruang sebelah.




“Eehhhhh!” kagetnya melihatku.




“Wahh.. wahh.. wahhh.. ini tempat bilas cewe lho, kenapa kamu disini? Ngintip yah?”




“Aahh, eng.. eng.. enggak kak.. aku.. ahh... aku” jawab cowo itu bingung dan gugup. Rupanya dia cowo yang berenang bersama pacarnya tadi. Mungkin umurnya sekitar 20 tahunan.




“Emang kalo ngintip kamu mau ngeliatin apa? Toket? Apa memek?” ucapku jelas sambil meletakkan tanganku di bagian tubuhku yang aku sebutkan tadi. Sengaja aku tak menyembunyikan ketelanjanganku di depan cowo itu.




“Ii-iiya kak..”




“Hihihi.. mau pegang? Sini..”




“Bb-beneran kak?”




“Iya sini...”




Cowo itu dengan ragu mulai mengulurkan tangannya dan menyentuh payudaraku. Sentuhannya terasa canggung namun aku tetap santai menanggapinya. Aku terus tersenyum, membuat cowo itu lebih berani lagi gerepe-gerepe toket montok milikku.




“Lepas celana kamu, cepetan” perintahku kemudian.




“Eh, tapi...”




“Ssstt.. sini aku bantuin biar cepet”




Tanpa basa-basi lagi aku langsung jongkok di depannya dan menarik celana kolornya sampai lepas dari kedua kakinya. Kini di depanku sudah berdiri seorang lelaki muda dengan tubuh telanjang bulat. Batang penisnya yang ternyata sudah ngaceng itu seakan menunjuk-nunjuk padaku untuk seger memberi perhatian.




“Duhh, kamu uda ngaceng yah dek? ugh, biar ga besar tapi panjang nih.. ahh.. kakak suka” kataku sambil memberi tatapan binal padanya.




“Kkk.. kkaakk.. aahh.. udahh..” keluhnya ketika aku raih penisnya lalu aku kocok sebentar.




“Loh, kok udahan? Tadi ngintip, emang maunya kamu gimana? Langsung ngentot aja yah?”




“Bb.. bbukan itu kak.... tadi cuma penasaran aja, ngeliat tubuh montok kakak jadi pengen..”




“Pengen apa? Ngentot? yaudah, sekarang kasih nomor Hp kamu”




“Bb-buat apa sih kak?”




“Udah jangan banyak tanya, mau aku laporin Polisi?” ancamku.




“Hah! Enggak.. enggak kak.. iya ini aku kasih nomor Hpku”




Dia kemudian menyebutkan beberapa angka, tanpa aku tulis pun aku bisa mengingatnya dengan baik. Memang ingatanku sudah terlatih, sebagai seorang lulusan sekolah administrasi, aku sudah terbiasa menghafal deretan angka. Memang aku minta nomor Hpnya untuk sedikit memanfaatkan cowo itu kalau suatu saat nanti aku butuh hiburan.




***




Kedekatan Luki dan suamiku kurasa terus berlanjut. Ketika suatu hari Luki mendapat kabar dari keluarganya di kampung untuk segera pulang. Kesempatan itu aku gunakan untuk lebih mendekatkan hubungan mereka. Suamiku aku minta untuk mengantar Luki pulang kampung. Tentu saja suamiku awalnya tidak mau, tapi setelah mama ikut mendesaknya akhirnya suamiku dan Luki sama-sama setuju.




Sepulangnya mereka dari kampung halamannya Luki, ada gelagat aneh yang kulihat. Sepertinya mereka semakin akrab dan tak lagi menjaga jarak. Apa yang aku mau sudah kudapatkan. Luki semakin terbuka pada suamiku. Bahkan malam mereka pulang itu, tanpa ragu Luki mencuci mobil di depan rumah dalam kondisi telanjang. Itupun suamiku masih berada di dekatnya. Aslinya Luki itu memang binal dari asalnya, tinggal poles dikit aja pasti kebinalannya semakin menjadi-jadi.




Keesokan harinya aku mendapat ide untuk mengerjai mereka. Kebetulan hari itu mama sedang keluar mengunjungi tanteku yang pindah ke rumah barunya. Sore hari selepas suamiku pulang kerja, kami bertiga duduk di teras belakang rumah. Disitulah aku mulai bersandiwara untuk mengerjai meeka.




“Luki, ayo cerita.. sebelum aku marah beneran lhoo..” ancamku pada Luki untuk menceritakan semua yang terjadi saat mereka pergi berdua.




“I-iiya kak.. tapi jangan marah kalau aku cerita yah”




“Gakk.. kalo kamu bohong malah aku jadi emosi nih Luk”




“Oke.. jadi begini kak”




Saat Luki bercerita, aku hanya diam sambil sesekali tersenyum. Rupanya memang perkiraanku benar. Suamiku masih ragu-ragu ngentot dengan Luki. Dengan alasan aku tak terima kelakuan mereka, aku meminta mereka untuk menerima hukuman dariku. Aku hampir tertawa ngakak ketika suamiku maupun Luki hanya menurut dan melakukan semua perintahku.




“Aduh.. papa minta maaf maa.. beneran papa khilaf.. semuanya terjadi begitu saja.. ga ada rencana sampe segitunya maa..” kata suamiku menyerah.




“Ohh, gapapa kok paa.. mama maafin.. tapi ada syaratnya”




“Apa ma? Papa akan lakuin deh buat mama..”




“Beneran nih paa?”




“Iya maa.. apa saja” kata suamiku dengan muka memelasnya.




“Kamu juga mau ngelakuin syaratnya juga Luk?”




“I-iiya kak.. aku siap, asal kak Sari memberiku maaf”




Kubuat mereka berdua telanjang di teras belakang rumah. Aku tak peduli kalau ada orang lain yang melihatnya, tapi kurasa tempat itu aman. Setelah mereka bugil, kusuruh Luki menungging dan kusuruh suamiku pura-pura ngentot dengannya dari belakang. Awalnya suamiku tak mau, tapi batang penisnya malah tegang mengeras.




“Dasar, emang laki-laki semuanya sama” gumamku dalam hati.




Suamiku mulai bergaya seakan sedang ngentot dengan Luki. Meskipun dia aku suruh cuma menggesek-gesek memek Luki saja, tapi kalau beneran maasuk pun aku sudah rela. Malah aku semakin senang kalau itu sampai terjadi. Luki terus mendesah, tanpa rasa ragu dan tanpa rasa malu dia ungkapkan kenikmatan itu dengan desahannya. Lama kelamaan aku jadi semakin terhayut dalam suasana penuh kemesuman itu. Memekku terasa basah dan gatal, aku jadi tak tahan untuk menyentuhnya.




“Kak.. aahhh.. sini kak.. ikut kita kak.. uhhh..” tangan Luki menggapai kaki kiriku kemudian mengajakku turun dari tempat dudukku.




Aku terpengaruh pada kemesuman suamiku dan Luki. Kulepas dasterku dan ikut telanjang bulat bersama mereka. Entah kenapa aku begitu terangsang melihat suamiku sendiri sedang berusaha menyetubuhi perempuan lain. Meski kulihat penis suamiku sama sekali belum masuk ke dalam liang senggama Luki.




“Iyaa kaakk... sini dong, masak kita aja yang enak.. kasian kak Sari cuma nonton” ucap Luki kemudian.




Benar apa yang Luki bilang, kalau cuma melihat mereka bermesraan pastinya aku yang rugi sendiri. Aku juga butuh kepuasan. Kubiarkan saja Luki mengerjai memekku dengan mulut dan lidahnya. Harus aku akui jilatan-jilatan Luki memang enak. Dia tahu betul bagian mana dari memekku yang harus dia sentuh dengan lidahnya. Sialan, udah mulai pinter muasin perempuan juga nih si Luki.




“Mmmmmaaaahhhhhh.. aauhhh.. terus Luk.. aahh.. aahh.. iyaahh.. jilat yang dalam Luk.. aahhh..”




Aku terus merasaka nikmat dari jilatan dan hisapan Luki di memekku. Sampai-sampai akyu tak kuat menahan tubuhku sendiri. Dengan Luki masih menjilati liang senggamaku, kurebahkan badanku sampai telentang di atas lantai. Dari posisi itulah aku bisa mengintip kalau penis suamiku sudah tak lagi berada di permukaan memek Luki, tapi sudah masuk sepenuhnya. Aku merasa kecolongan, tapi aku tetap berusaha tidak panik dan terus menikmati rangsangan Luki di lobang memekku.




Ketika suamiku sudah akan keluar, buru-buru dia mendatangiku untuk menerima tumpahan spermanya. Disitulah aku melihat wajah Luki mendadak jadi kecewa. Rupanya dia juga ingin mendapatkan bukti cinta dari suamiku. Awalnya aku memang akan memberikan kesempatan pada Luki untuk menerima sperma suamiku, tapi aku urungkan supaya ada tarik ulur perasaan yang akan membawanya semakin penasaran.




“Mamaaa... kok ikut ga pake baju sihh?” tiba-tiba anak perempuanku kembali lagi. Kini dia dapat melihat ketiga orang dewasa di sekitarnya tak memakai pakaian semua.




“Eh, anu.. emm... mama juga gerah sayang... gimana main Hpnya? Udah?”




“Udah maa.. baterainya mau habis.. bunyi-bunyi terus”




“Ohh.. yaudah, kita ke dalam aja.. itu berarti Nadia waktunya bobo.. yukk” ajakku kemudian.




Akupun menggandeng Nadia pergi ke kamar. Sengaja aku tak memakai lagi pakaianku supaya Nadia tak merasa aneh melihatku atau melihat orang yang ada di sekelilingnya telanjang. Terdengar gila memang, tapi aku benar-benar ingin membuat anak perempuanku itu seperti mamanya.




Sedari kecil aku sudah terbiasa melihat papa dan mama telanjang saat di rumah. Memang apa yang mereka lakukan itu tak sering terjadi, tapi karena merekalah aku pun jadi terbiasa dengan ketelanjangan di dalam rumahku. Baru setelah Rizal ikut tinggal di rumah ini kebiasaan mama dan papa itu sedikit menghilang.




“Maa.. kalau Nadia gerah boleh gak pake baju?”




“Ohh, tentu sayang.. boleh kok”




“papa gak marah?”




“Enggak, papa malah suka, apalagi tante Luki, hihihi...”




Kuakui aku bukanlah mama yang baik, tapi setidaknya aku tak mengekang perkembangan jiwa dan pikiran anak-anakku nantinya. Seiring dengan waktu yang berjalan, aku yakin mereka akan semakin mengerti mana yang baik dan mana yang buruk dengan sendirinya.




Selepas menidurkan anakku, kutemui suamiku masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaanku. Dia sedikit protes karena aku tidur dengan anakku masih belum memakai apa-apa. Kuberikan penjelasan yang masuk akal dan dia bisa menerimanya. Setelah dia keluar kamar, kudengar suara kasak-kusuk dari depan pintu. Segera aku pergi mengintip untuk melihat apa yang terjadi di luar kamarku.




Tepat seperti apa yang aku pikirkan. Luki masih penasaran pada batang kemaluan suamiku hingga dia nekat mengajak suamiku bermesraan kembali. Aku sudah menyusun rencana untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Kutunggu sampai kontol suamiku benar-benar sudah bersarang di lobang memek Luki.




‘Klekkk.. krieeettt’ aku membuka pintu kamar dengan cepat.




“Lohh.. kalian???”




Aku teriak seakan kaget dengan apa yang mereka perbuat. Tentunya bukan aku yang kaget sebenarnya, tapi mereka berdua. Inilah saatnya aku negosiasi dengan suamiku. Akan aku biarkan dia ngentot dengan Luki asalkan Rizal juga boleh ngentot denganku. Aku tahu wataknya, dia pasti tidak akan bisa menolak apa yang aku minta kalau dia sudah merasa bersalah duluan.




“Udah pokoknya itu syaratnya.. mama ga akan marah sama papa, asal papa juga kasih kebebasan sama mama.. atau memang papa ingin pernikahan kita bubar sekarang?” ancamku berlagak serius. Ternyata aku jago juga besandiwara.




“Hhhh.. iya deh maa.. semuanya sudah terlanjur, ini juga salah papa...” seperti yang aku duga, suamiku menyerah.




Dengan perjanjian yang aku lakukan dengan suamiku, mulai sekarang dia bebas ngentot dengan Luki. Dengan perjanjian itu pula aku akan bebas melakukan apa saja degan Rizal. Satu rencanaku sudah beres, sekarang tinggal menjalankan rencana selanjutnya, yaitu mendekati Rizal. Aku pikir itu perkara yang gampang-gampang susah, karena aku dan Rizal tumbuh dewasa bersama. Apalagi dia itu adalah adik sepupuku juga.




***


Posting Komentar

0 Komentar