Hari Rabu ku Jalani kegiatan belajar mengajar seperti biasa, hanya saja waktu itu aku dikejutkan dengan beberapa pesan masuk yang tak biasa dari mama. Aku benar benar lupa, waktu itu tak membuka isi pesan mama dan yang lainnya karna terlalu bersemangat untuk segera sampai Rumah.
"Kamu dimana keponakan ku sayaaang??? Bibi jemput kamu ni ditempat lapangan Futsal Sekolahan kamu." Begitulah isi pesan terakhir dari Bibi ku yang cantik dan Sexy.
Sial, Sial, siaaaallll!!!! Aku yang saat itu sudah setengah perjalanan di kendaraan umum terpaksa turun dan kembali ke sekolahan. Namun sesampainya di lapangan Futsal sekolah ku yang dimaksudkan bibi, aku justru mendapatkan sambutan yang hangat dari Kakak kelas 3 ditim Futsal Sekolah ku.
"Eh, elu Cepi Permana ya...?? Saya Rico....." Sapa salah satu Anggota Tim Futsal yang sekaligus Pentolan sekolah bernama Rico. Mejulurkan tangannya kepada ku. Yang Sontak aku bagai disambar petirrrr siang Bolong!!!
"Iya kak, saya Cepi kelas 1." Salam ku menghormati dan awal berkenalan dengannya. Namun mencoba sekalem mungkin.
"Tadi Kakak kamu kesini nungguin kamu lumayan lama.... " Jelasnya kepada ku. Yang bertampang cukup sangar namun bersikap baik pada ku.
"Terus sekarang kemana kak?" Tanya ku dengan wajah bingung melihat disekitar.
"Dianterin sifahri sii.... Ya udah deh kita kerumah elu aja.... sekalian gue jemput sirico." Ajaknya kepada ku berjalan keArah motornya berjenis X Trail keluaran terbaru.
Gilaa... Si Fahri kan sama Rico 2 pentolan sekolahan, kok bisa ya bibi menarik perhatian mereka?? Tanya ku dalam hati. Karna selain Gantengnya diatas level gue, sifahri terkenal keturunan Arab sedangkan si Rico blasteran Sunda, Belanda, Ambon. Belum lagi mereka berdua hanya 2 dari beberapa murid Tajir lainnya disekolah ini.
Tak kurang dari 7 menit Rico mengantar ku sampai rumah, rupanya didalam Bibi dan Fahri sudah ditemani Mama dan adik ku yang bungsu Rudi diruang Tamu.
"Cepii..... Sayaang, kamu kok tega si biarin Bibi nunggu kamu...??? " Bibi ku yang berhijab Cantik namun mengenakan pakaian tak sesexy kemarin, berdiri depan pintu ruang tamu dekat sofa berdiri sambil bertolak pinggang cemberut pada ku.
"Maaf bibi maaf banget, HP android aku keluaran lama jadi susah nangkep sinyal." Sambil ku tunjukkan HP butut ku kepada bibi ku.
"Huufftt kamu... Tapi gapapa sii jadi kakak pulang dianterin Cowok Ganteng.... Hihihi... " Sambil merangkul bahu Fahri yang duduk di kursi sofa dekat bibi ku berdiri.
Aaaah.... Kampret, ni orang pasti dah kena tempel punggungnya sama Payudara kenyal bibi ku. Umpat ku dalam hati.
"Kenalin... Fahri....." Eeee busyeett!!!! Dua kali gue kena petirr siang bolong!!! 2 sekaliguss pentolan sekolah yang terkenal Cool dan ga Akur satu sama lain ini mencoba akrab dengan ku.
Kecantikan bibi ku ini sungguh hebat!!! mendapatkan kenalan 2 orang penting disekolah, kenapa penting?? Karna aku sama sama Hobby main futsal sama seperti mereka.
Saat ku lihat Fahri dan Rico, jujur minder sii.... Tinggi mereka aja hanya sedikit lebih tinggi dari bibi ku, sedang kan tinggi ku sama dengan tinggi mama 174 cm dan aku 176 cm.
"Rico.... Kenalin... " Kearah mama yang pakai Daster tertutup dan Jilbab.
"Kania mamahnya Cepi.... "
Wajah Rico melongo, lalu memandang ku, memandang adik ku, lalu memandang mama. Sambil tetap memegang tangan mama lembut tak melepasnya.
"Beneran tante Mama nya cepii??? Aku kira kakaknya Cepi Tante." Jawab Rico. Seketika wajah mama pun merona merah.
"Ya ampun Rico.... Naksir ya sama mamanya cepii kakak aku...??? " Sambar bibi, Rico dan mama hanya tersenyum malu malu. Entah disengaja atau tidak Fahri menggenggam tangan Bibi ku Karina. Mereka seperti sepasang kekasih.
"Ngawur kamu, udah tua gini juga... " Sambil malu malu mama menjawab.
"Mama Rudi main dulu ya." Kaya adik ku yang kecil.
"Eh main kemana dek??" Tanya Rico.
"Main bola kak, supaya jago kayak kak Cepi... " Jawab adik ku Polos sambil membawa bola plastik.
"Ya udah nii kakak kasih jajan supaya nanti bisa beli minuman kalau aus ya... " Rico memberikan selembar uang kepada adik ku. Tentu saja adik ku senang bukan main lalu pergi setelah mengucapkan Terima kasih.
"Nak Rico repot repot gitu, ibu jadi ga enak." Kata mamah
"Gpapa kok kak eh bu, lagian juga aku ga punya adik atau kakak dirumah." Jelas Rico terlihat sedih wajahnya kepada mama.
"Eh, gimana ni Ri?? Mau latihan ga?? " Tanya Rico pada Fahri... Yang terlihat mencoba mengalihkan perhatiannya agar tak terlihat sedih.
"Ayuk...." Sambil melepaskan genggaman tangannya dari Bibi ku.
"Ee ya ampun.... Rico.... ibu belum buatin minum buat kamu naak... " Kata mama ku yang segera bergegas kedapur.
"Kak Kania gapapa ga usah repot repot , eh maksud aku ibu.... " Rico bangkit dari tempat duduknya lalu menyusul mama kedapur.
Bibi ku dan Fahri tertawa melihat ulah konyol Rico yang selalu salah memanggil nama mama, lalu mereka berpandangan hingga saat akan dicium bibir bibi ku oleh kak Fahri ditahan satu jari oleh bibi ku lalu mengarahkan matanya bahwa ada aku disana dengan mata indahnya.
"Ups Sorry aku ga liat aku ga liat.... " Sambil pura pura memalingkan wajah ku. Lalu berdiri menyusul mama dan Rico yang berada di dapur.
Tapi Astaga.....
Kok mama dan sirico berdiri deket banget ya....!!! Aku pun mundur dan melihat pemandangan lebih heboh dari pada didapur, ku lihat bibi seperti menempelkan wajahnya ke Fahri di ruang tamu....
"Waduuh....!!!!" Kata ku spontan. Lalu sepersekian detik melihat kedua tangan mama seperti dicium oleh Rico saat ku palingkan wajah ku, yang sebenarnya menghindari melihat bibi dan Fahri di ruang tamu.
Reaksi mama dan Rico pun lalu saling menjauh sadar aku disitu menatap tajam kearah mereka. Namun wajah mama terlihat seperti merah padam, lalu sambil sesekali menatap ku yang memperhatikan mereka mama melihat kearah Rico yang bertubuh Kekar dan tegap diHadapannya.
Aku pun berjalan melewati mereka berdua didapur, lalu salin baju seragam dengan baju kaos rumahan biasa. Tak lama kemudian mama tanpa mengetuk pintu kamar ku masuk, menghampiri ku yang ada dikamar.
"Cepii sayaaaang.... Kamu ga boleh judes gitu dong sama Rico, dia udah baik lho sama kamu dan adik mu.... Yuk kebawah, mereka dah mau pamit kesekolah lagi." Ajak mama kepada ku.
Entah perasaan apa yang menyelimuti saat itu, mau cemburu..... Tapi masa iya sih sirico naksir Emak gue??? Mau seneng tapi gmana ya.... Serba salah dah!!!
"Hihihi iyaa... Tapi ga janji ya... " Terdengar pembicaraan samar samar mereka di ruang tamu, karna dari arah ku berjalan ke ruang tamu terhalang dinding orang tua ku dan dinding Garasi.
Jadi pasti tak terlihat aku berjalan kearah mereka yang melewati 3 langkah lorong jalan ke ruang tamu rumah ku setelah melewati ruang keluarga dan meja makan.
"Tapi seriuskan ada aplikasinya??" Tanya Rico.
"Ada kok nanti ku kasih ya.... Hihihi... " Jawab mama centil, lalu mereka berdua terdiam kaget melihat ku datang. Seperti habis Rico melakukan sesuatu saat ku datang di ruang tamu.
"Bro!!! Gue cabut dulu ya!!! Kalau lu santai atau mau gabung, gabung aja. Ku denger dari kak Kania lu jago main Bola." Kata Rico terlihat serius. Dan mama terlihat tersenyum manis kepada ku.
"Itu bener bro!!! Lagian juga kita kebagi dengan tim basket sama Volly, belum lagi sama kegiatan lain." Tambah Fahri.
"Siap kak, nanti aku gabung kalau tugas dari Wali kelas selsai." Jawab ku seramah mungkin, yang sebenarnya risih dengan mereka mendekati Mama dan Bibi ku.
Mereka berdua berpamitan dan pergi meninggalkan kami bertiga dirumah, lalu segera ku keatas ke kamar ku dan tidur membawa perasaan campur aduk didalam hati ku.
Kok malah kepikiran yang aneh aneh yaa...??? Ku mulai membuat lubang kecil di dekat ventilasi serta Internit rumah ku, 2 lubang mengarah ke Garasi dan Ruang tamu. Tambah 2 lubang lagi kearah kamar Mama dan Bibi ku, terlihat mama dan Bibi mereka tersenyum kecil sambil sesekali tersenyum melihat layar Ponsel mereka. Karna pengintaian ku, mereka ada di kamar masing masing.
Ayah ku dulu berpesan, ini adalah rumah ku dan rumah ku ini memiliki 3 kamar namun hanya kamar ku lah yang Paling Strategis. Karna selain setiap sisi Tembok Kamar ku menghadap ke tiap bagian rumah, sebelah kamar ku ada pintu jalur masuk ke Internit dalam rumah atau atap. Dulu saat ku masih SMP hanya menanggapi santai pesan ayah, namun sekarang baru bisa ku rasakan manfaatnya.
Ku cek lagi komputer CPU sederhana di kamar ku, setelah terhubung keCCTV diwaktu saat Fahri datang hingga aku dan Rico sampai ke rumah. Ku perhatikan detik dan menit sekitar 1 jam yang lalu, rupanya baik mama dan Bibi ku terlihat sangat terpesona dengan Ke Rupawanan Fahri.
Emang ganteng sii sikampret itu, selain berwajah keArab araban tajir pula orang tuanya. Wajar aja ia kesengsem sama bibi ku yang cantik dan Sexy. Ku amati hingga menit saat bibi ku mendekatkan wajahnya kepada Fahri, rupanya saat itu yang berbisik bisik dengan bibi mengecup kening bibi ku di ruang tamu.
Lalu ku percepat saat menit saat bibi dan fahri berada di teras, lalu mama dan Rico berada diRuang tamu. Rupanya Rico terlihat sangat akrab walau bertemu singkat dengan mama.
Adegan selanjutnya yang membuat dada ku panas adalah saat Rico berbadan Cukup gelap tapi gagah dan sangar itu, mulai kembali memegang kedua tangan mama. Rupanya mama sesekali menengok kedalam tanpa melepas genggaman kedua tangan Rico, Rico juga terlihat seperti melihat keadaan diluar yang saat itu Bibi dan Fahri berada di teras depan.
Sorot mata mama dan Rico seperti saling memancarkan rasa kekaguman satu sama lain, pembicaraan mereka tak terdengar jelas.
Hingga saat mama mengatakan sesuatu, Rico mencium kedua Punggung Tangan Mama ku. WHAT!!!! MENCIUM KEDUA TANGAN MAMA KU???? Shit Man!!! lalu dengan cepat mama menarik kedua tangannya karna saat itu aku ada di ruang tamu.
Tapi anehnya, saat itu ku hapus bagian Fahri mencium kening bibi dan Rico mencium kedua tangan ibu ku. Aku takut, ayah dan mama bertengkar kalau ayah liat rekaman itu.
Sebenarnya kamera kamera pengawas rumah ku awalnya digunakan Ayah untuk mengawasi adik ku yang bungsu, total ada 4, garasi, teras rumah depan rumah, luar pintu dapur hingga sampai belakang rumah, hingga paling canggih dilengkapi night vision dan suara adalah bagian Ruang tamu.
Semua 1 set perlengkapan kamera pengawas ini, adalah kado hadiah lahiran untuk lahiran adik ku dari sahabat ayah. Setelah ku pelajari, ternyata semua emang berguna buat ngawasin rumah dan penggoda Mama dan Bibi ku.
Setelah selesai mengedit rekaman CCTV dan selesaiin tugas sekolah, ada sesuatu mendorong ku ingin sekali mengintip sisi lubang lantai ku buat yang mengarah kedalam kamar mama.
Bukan tanpa alasan, semua ku lakukan karna aku mendengar suara percakapan mama dan bibi ku diarah bagian kamar mama. Rupanya benar saja, meskipun telat dan terdengar serius rupanya mama yang meminta adiknya yang tak lain bibi Karina yang berbicara pada ku.
Aku pun langsung pura pura tertidur di kasur, ku tak lupa ku buka slot kunci kamar memberi kesan pintu kamar tak ku Kunci. Setelah beberapa ketukan bibi ku tak ku jawab karna pura pura tidur. Rupanya bibi perlahan membangun kan ku dikamar.
"Cepii.... Sayaaang... Bangun bentar doong... Bibi mau ngobrol ma kamu.... "Sambil berbisik membangunkan ku dan Anjaaaay..... Toketnya broohhh... Nempel diPunggung gue.... Wkwkkwkwk.....
" Cepii.... Maaf sayaang bibi ganggu istirahat siang kamu.... Ada yang mau bibi omongin nii.... " Duuuh, makin rapet dah ni toket neken bahu gueee... Cihuuuyyy.... Tapii....
"Hmmmhhh.... " Dengan akting ala aktor panasonic award aku pura pura membuka sedikit mata ku pelan.
"Keponakan ku sayaang... Bangun bentar aja bibi mau ngobrol ma kamu... " Kali ini sambil mencium pipi ku penuh kasih sayang. Konak berat dah penis gua.
"Iya bi ada apa...?? " Tanya ku pura pura bangun setengah sadar, aku takut bibi sadar aku menikmati situasi itu.
"Eummppt... Bangun dulu... Biar enak ngobrolnya... " Bibi pun duduk di pinggir ranjang sesuai dengan hal yang ku takut kan beberapa detik yang lalu hehehhe.....
"Ada apa bi... " Ku duduk dikasur tak lupa ku tutup selangkangan ku dengan slimut takut ketauan.
"Eummppptt... Bibi mau tanya... Tapi janji yaa.. Jangan bilang ayah kamu... Nanti bibi kasih hadiah... " Wajah bibi ku sangat manis berada beberapa centi dari wajah ku.
"Mang ada apa bi... " Sambil berusaha nahan nafsu agar aku tak mencium bibirnya yang sexy.
"Janji dulu... Kalau ketauan ayah kamukan bibi malu...!!! " Kali ini bibi memeluk ku.
"Iyaa aku janji ini jadi rahasia kita... " Kata ku pura pura malas padahal senang bukan main badan ku di Himpit gunung kembar yang amat kenyal.
"Eummmpptt... Tadi kan bibi deket banget sama si Fahri, trus bibi sempet eummmpptt.." Lanjutnya ragu.
"Sempet apa bi...?? " Jawab ku lesu padahal aku tau arah pernyataan dan permintaannya kemana.
"Di Kiss ma Fahri... Bibi malu sayaang kalau keliatan atau ketauan ayah kamu... " Lagi lagi bibi memeluk ku.
"Lah, emang kenapa... Kan tadi ayah ga ada.." Kata ku santai sambil menikmati pelukan bibi ku.
"Ish, mang kamu ga tau... Kan set kamera CCTV ada yang diruang tamu... " Kata bibiku. Ooo, jadi mama dan bibi mau coba bujuk aku buat hal ini.
"Mang masih ada yaa...?? Perasaan itu nyambung di komputer ayah deh yang di kamar mama... " Kata ku santai.
"Tolong dong sayaang... Please.... Bibi malu.." Pintanya memelas. Tapi aku ga ngerti kenapa juga tadi kok mau.... hhhaaahhhh... Dasar!!!
"Kan ada mamah dibawah, kenapa ga minta bantuan mama?? " Kata ku santai.
"Mama kamu ga tau kode passwordnya sayang..." Kata bibi
"Iya deh iya yuk kita cek, kamera nya masih aktif engga... " Terdengar langkah kaki menderu sebelum aku dan bibi keluar kamar pasti mama tadi nguping di luar kamar.
Selama jalan ke Kamar orang tua ku, bibi menggandeng mesra diriku. Terlihat dari wajahnya bibi seperti panik ketakutan, andai ayah liat rekaman siang tadi. Duh gimana ini yaa...?? Tapi sebenarnya rekaman tadi siang dah ki save juga si, sayang aja Head set sama speaker cpu rusak yang dikamar.
"Cepii anak ku sayang, sini deh nak ajarin mama buka komputer ayah doong." Ga tau kenapa saat itu dimata ku mama kok "Tandukan" Ya...??
"Itu bisa dibuka.... " Jawab ku santai...
"Tapi ini ada passwordnya sayaang..." Tu...
"Hari Terindah dalam hidup ku... " Sebuah petunjuk password yang sebenarnya sangat mudah mama buka andai mama benar benar mencintai ayah.
"Kamu tau sayang apa...?? " Aku pun menatap lesu kemama. Lalu ku berikan pertanyaan ujian kepada mama.
"Emang kenapa sii maa sama kamera ruang tamu?? Tumben banget mama panik??" Tanya ku setenang dan sedingin mungkin kepada mama saat itu. Sedangkan mulai bibi terlihat semakin panik dengan pertanyaan ku.
"Kamuu...!!!! Mulai durhaka yaa sama mama!!!! Mama cuma minta gimana cara liat rekaman CCTV aja udah ngelunjak kamu yaaa sama mama.... Bener bener ga sopan!!" Sambil memelintir telinga ku kuat sekali, sebuah jeweran paling menyakitkan yang lama tak ku rasakan.
"Adu adu adu... Sakit ma sakiiit!!! Ampuun ampuun...!!! Ampuun maaaa.....!!!!" Hingga ku terduduk diranjang, bibi pun mencoba menenangkan mama ku. Karna aku yakin bibi berfikir mama terlalu berlebihan menanggapi pertanyaan ku.
"Udah riin ga ada guna kita minta tolong sama anak durhaka satu ini, biar kakak coba sendiri aja cari passwordnya" Sakit ditelinga ku tak seberapa, tapi rasa perih dan sakit hati ku mulai tumbuh setelah mendengar ucapan mama ku tadi
Aku pun meringis menyatukan rasa sakit di dada dan telinga ku saat itu, bibi ku terlihat iba melihat sikap tempramental kakaknya. Sedangkan mama terlihat sibuk beberapa kali mencoba memasukkan password untuk membuka Folder kamera CCTV rumah ini.
Hingga mamah pun duduk dikasur terlihat wajah cantiknya putus asa dan tetap Bertanduk dimata ku. Rasa nyeri di telinga ku sudah reda, setelah ku pertimbangkan baik baik. Akhirnya ku bangkit dan menjawab password itu.
"Hari Terindah dalam hidup ku..... Versi ayah adalah tanggal bulan dan tahun pernikahan mama dan ayah. Kayaknya saat itu bukan saat terindah buat mama lagi ya." Sambil satu jari ku mengetik tanggal bulan dan tahun pernikahan mereka dan TERBUKA, lalu ku tinggalkan mereka berdua di kamar tanpa menengok kebelakang.
Menjelang sore itu aku duduk termenung, aku berfikir dan merasakan. Kok bisa sii mama seperti itu ama aku? Kok tega gitu... Ku duduk sendiri di bukit dekat rumah yang menyajikan pemandangan Kota ini.
Hingga saat tak ku temukan jawaban, aku pun melaksanakan ibadah menenangkan diri lalu sempat bertemu ayah ditempat ibadah yang berada diKomplek perumahan ku.Namun aku pulang terlebih dahulu.
Tok... Tok... Tok...!!!!!
"Sayaaang... Mama boleh masuk engga??" Tanya mama dari luar pintu kamar ku.
"Masuk aja ma ga aku kunci kok... "Kata ku yang sedang memeriksa beberapa tugas rumah ku dan mempersiapkan beberapa buku untuk besok.
" Maafin mama ya sayang udah kasar sama kamu tadi.... " Mama merangkul dan mencium telinga ku yang ia jewer tadi, walaupun tak semerah tadi sore. Namun masih cukup terasa nyeri.
"Iya gapapa kok ma, aku juga maaf dah buat mama emosi tadi.... " Berasa nyaman ku dipelukan mama, namun kalau ku bandingkan lebih nyaman dipelukan bibi ku yang berpayudara lebih besar.
"Sayang, Rico itu keluarga broken home. Jadi mama harap kamu jangan cemburu sama dia ya sayang. Kamu harus maklum dengan sifat manja dia sama mama dan bibi mu." Sambil memeluk dan mencium telinga ku mama bercerita.
"Kalau Fahri, sejak SMP ditinggalkan ibunya makanya ia langsung akrab dan dekat dengan bibi mu.... Jadi... Mama harap kamu jangan cemburu ya sayang. Karna mama tetap sayang dan cinta sama keluarga kita. " Jelas mama lebih jauh.
"Gitu ya ma, mama tau darimana mereka broken home dan kurang kasih sayang...?? " Tanya ku polos dan santai.
"Eummmpppt itu... Itu.... " Dari pantulan cermin ku lihat, bibi diluar kamar membantu mama menjawab pertanyaan ku.
"Ittuu.... Mama tau dari bibi mu sayaaang, iya mama tau dari bibi. Bibi cerita kemama tadi sore. " Karna mama memeluk ku makin erat, aku hanya membalasnya dengan singkat. Dengan hati hati ku perhatikan keadaan diluar kamar, rupanya bibi ku sudah pergi saat ku respon penjelasan mama.
"Hmmmmhhh...... " Sambil membalas pelukan mama yang berdiri memeluk ku yang sedang duduk di meja belajar.
"Kamu belum makan kan sayang, makan yuk.... Mama udah masak makanan kesukaan kamu dan adik mu malam ini" Ajak mama setelah menghela nafas panjang. Aku pun menikmati makan malam saat itu, walaupun terasa tak nikmat dilidah ku. Karna ku paham betul mulai ada yang mama dan bibi ku sembunyikan dari ku.
0 Komentar