APAKAH INI SELINGKUH? PART 11

 


Keanehan tingkah laku istriku dengan Rizal sudah berlangsung beberapa hari. Dari apa yang mereka lakukan aku bisa mengerti bagaimana rasanya bila pasangan kita selingkuh. Sakit hati namun tak bisa berontak karena terkurung oleh keadaan yang harus dipertahankan tetap baik-baik saja. Tapi aku pikir istriku tak sepenuhnya salah, karena akulah yang memulai kegilaan ini terlebih dulu dengan menyambut godaan dari Luki. Mungkin kali ini istriku memberiku pelajaran tentang bagaimana akibat dari selingkuh itu sebenarnya.




Sampai saat ini kuperhatikan mertuaku belum tahu kalau orang-orang di dalam rumahnya sedang melakukan sesuatu yang berbahaya, tentunya bisa merusak kedamaian dan kebersamaan keluarga. Kadang saat makan bersama, istriku keceplosan bicara tentang apa yang dia lakukan dengan Rizal. Pun demikian mertuaku tetap tidak mengerti apa yang istriku maksudkan.




Beberapa kali juga istriku memberi kode-kode padaku, tapi sampai sekarang aku belum tahu arah pemikirannya. Dia selalu menyuruhku tenang dan ikuti saja permainan yang sedang berlangsung. Kalau sudah begitu pasti dia punya sebuah rencana dalam pikirannya. Namun begitu aku tanya apa rencananya pasti aku disuruhnya untuk menunggu ‘ending’ nya. Satu hal yang aku rasakan, ketika dia berdua dengan Rizal akupun diberinya waktu bersama dengan Luki. Apakah ini yang dinamakan tukar pasangan? Entahlah, sepertinya terlalu terburu-buru untuk menggunakan kata itu.




Sore itu berkesempatan makan bareng dengan keluargaku. Aku, istriku, Luki dan mertuaku duduk dalam satu meja menyantap makanan yang ada. Rizal kebetulan dari siang sudah tak ada di rumah, bilangnya ada acara dengan temannya. Sambil makan kami berempat ngobrol yang ringan-ringan saja. Sampai pada akhirnya mertuaku mengutarakan sebuah pertanyaan.




“Mama liat Sari kok jadi sering keluar dari kamarnya Rizal?”




“Eh, iya mam.. cuma ngobrol aja sih.. mumpung dia lagi di rumah” balas istriku tenang. Entah dia pura-pura atau memang tak ada beban di pikirannya.




“Ohh, iya gapapa.. suami kamu gak mempermasalahkan?




“Gak kok mam..” buru-buru aku jawab pertanyaan dari mertua.




“Iya bagus, istri kamu dari dulu memang sering tidur sama Rizal kok An.. jadi kamu gak perlu curiga yah”




“Hehe.. gak lah mam.. biasa aja kok” balasku tersenyum.




“Eh, kalo gitu boleh dong ntar malem aku tidur dikamarnya Rizal lagi?” celetuk istriku berani. Aku langsung melihat raut muka mertuaku, ternyata datar saja.




“Lah, itu terserah suami kamu dong? Sama Luki juga tuhh”




“Aku sih gapapa mam.. kak Sari sama suamiku kan udah kayak adik kakak.. apalagi dari kecil kan mereka bersama..” balas Luki santai. Nada bicaranya sangat biasa, membuat mertuaku jadi tak punya rasa curiga.




“Duhh, kalian ini.. gini nih yang bikin mama mikirnya kalian ini masih anak kecil”




“Hehehe... ya malah bagus dong mam.. berapapun usia seseorang, tetap seperti anak kecil di mata orang tuanya... ya gak?” aku menimpali perkataan mertuaku, dia mengangguk dengan senyuman kecil di bibirnya.




“Tapi mam.. kalo aku boleh tidur sama Rizal, papanya Nadia boleh tidur sama Luki dong..” kali ini istriku benar-benar membuatku terdiam. Kupikir dia terlalu berani mengungkapkan apa yang ada dalam otaknya.




“Lohh.. kok gitu?” benar apa yang aku pikirkan, mertuaku langsung menatap tajam ke arah istriku.




“yaahh.. kalo suamiku udah percaya sama aku.. aku juga percaya sama suamiku dong mam, harus adil, gak boleh egois dalam rumah tangga” pinter banget istriku memberi alasan, mertua hanya diam sambil mengangguk-angguk pelan.




“Hihihi.. ada-ada aja kalian ini.. yaudah atur aja baiknya gimana”




“yeeee.. asiiikk... bisa tidur sama Nadia dong” seru Luki gembira.




Aku melongo melihat Luki kegirangan, sementara istriku tersenyum sambil melirik ke arahku. Berhasil juga dia memberi alasan masuk akal pada mertuaku. Itu artinya kalau suatu waktu mertua melihatnya keluar dari kamar Rizal atau Luki keluar dari kamarku sudah tak ada pertanyaan lagi. Pinter sekaligus cerdik juga istriku, jadi bangga aku padanya.




“Sebenarnya mama mau ngomong sama kalian.. kalau mama sudah mulai curiga kalau Rizal itu selingkuh dengan perempuan lain”




Kami bertiga langsung terdiam mendengar ucapan mertuaku. Jangan-jangan dia sudah tahu kalau Rizal sudah ada main dengan istriku. Tapi aku tak mau ketakutan, lebih baik aku ikuti kemana arah pembicaraannya dulu.




“Selingkuh? Masak sih mam? Aku pikir Rizal itu orangnya apa adanya... tak mau menutupi apapun dari keluarganya” balasku berusaha menggiring mertua mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.




“Iya bener An.. tapi kali ini sudah keterlaluan.. masak sampai istrinya dibiarkan begini.. Luki udah sering curhat sama mama.. dan mama juga sudah minta seseorang buat menyelidiki siapa perempuan itu”




“Ohh.. bener mam, bener.. lebih baik kita harus tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi”




“Iya An.. jadi maaf ya Luk.. mama kali ini harus tegas sama suami kamu.. mama gak mau ada yang tersakiti di keluarga ini”




“Hhh... iya mam.. Luki akan menerima kenyataannya kok” ucap Luki lirih.




“Udah.. semangat dong Luk.. kalo bener suami kamu selingkuh, jangan kalah.. kamu juga harus bisa membalasnya, bener gak paa?” istriku coba menembakku dengan kata-katanya.




“Eh, apa? Emm.. ya gak begitu sih maa.. tapi itu juga terserah Luki” balasku asal-asalan.




“Kalo mama sih sama.. masak kita yang disakiti terus? Sebaga wanita ya harus bisa melawan, kalo perlu kita balas apa yang dia perbuat” ternyata mertuaku malah setuju dengan pemikiran istriku.




“Hhhh... iya mam, tapi Luki gak mau buru-buru melakukan sesuatu”




“Iyaaa.. kamu benar sayang, menurut mama itu lebih bijaksana”




Kami sudahi obrolan di meja makan dengan beres-beres semua makanan yang tersisa. Istriku dan Luki membantu mertua di dapur, sedangkan aku masuk ke dalam kamar melihat anakku yang sedang menonton Tv. Di kamarku memang ada Tv lcd berukuran 32 inch yang dulu aku beli tak lama setelah menikah.




***




Malamnya sekitar pukul 1, aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara rengekan anakku. Kalau dia terbangun pasti akan menanyakan mamanya. Buru-buru membuka mata dan menyadari anakku sudah terduduk dan mau menangis karena menyadari yang tidur di sebelahnya bukan istriku. Tentu saja malam ini Luki kembali tidur seranjang bersamaku dan Nadia.




“Papaaaa.. mana mama?” rengeknya.




“Mama lagi pipis sayang, bentar lagi balik kok” ucapku memberi alasan supaya dia tak jadi menangis.




“Kok tante Luki disini? Gak pake baju itu paa” tunjuk anakku pada Luki yang masih tidur telanjang di sampingnya.




“Iya.. tante Luki pengen tidur sama Nadia.. mungkin dia gerah, jadi ga pake baju, papa juga nih ga pake baju kan..”




“Ohh..”




“yaudah, sekarang Nadia tidur lagi ya sayang.. udah gapapa kok.. ntar mama habis ini balik kesini kok” hiburku padanya.




Anakku mulai tidur lagi, mungkin rasa kantuknya belum hilang jadi dengan mudahnya dia terlelap sebentar kemudian. Kutunggui dia sampai benar-benar tidur dengan tenang. Karena aku sudah terbangun, sekalian saja aku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Kutinggalkan Nadia tidur dengan Luki di kamar, sedangkan aku mulai melangkah keluar.




Lampu penerangan masih menyala di beberapa titik di dalam rumah. Tak terkecuali dengan lampu kamar mandi. Sudah kebiasaan kami untuk membiarkan lampu kamar mandi terus menyala sepanjang malam supanya tak repot menyalakan kalau kita mau masuk ke dalamnya. Begitu aku mau membuka pintu kamar mandi, tiba-tiba saja pintunya terbuka dan muncullah mertuaku.




“Eh, kamu An.. mau kencing juga yah?”




“Emm.. eh, iya mam.. iya..”




Mataku yang masih terasa lengket langsung terbuka seketika demi menyadari mertuaku keluar dari kamar mandi dalam kondisi tanpa busana. Tubuhnya terbuka bebas tanpa pakaian apa-apa. Aku masih tertegun berusaha menyadari situasi macam apa yang sedang aku hadapi, namun mertuaku malah santai berdiri di depanku tanpa berusaha menyembunyikan tubuh telanjangnya sedikitpun dariku.




“Sedari tadi mama nahan pipis, pas udah jalan kesini malah kencing di celana.. jadi sekalian saja mama lepas..” ucapnya memberi alasan.




“Ohh...iya mam.. perlu aku ambilkan pakaian di dalam?” tawarku.




“Ga usah.. kamu mau kencing juga kan?”




“Eh, iya mam..”




“Tuhh.. mama udah selesai kok” ucapnya santai.




“Iya mam.. baik”




Mertuaku kemudian jalan keluar, sepertinya dia mau mengambil handuk yang tergantung di teras belakang. Aku yang memang ingin buang air kecil langsung masuk ke dalam kamar mandi yang sudah ditinggal mertuaku tadi. Setelah selesai akupun segera keluar dan akan kembali ke kamar, namun mertuaku malah memanggilku dari arah teras belakang.




“An.. sini dulu, mama mau bicara sebentar”




“Iya mam..”




Aku mendekatinya. Kulihat mertuaku duduk di kursi teras masih belum memakai baju, tapi tubuhnya sekarang sudah ditutup dengan handuk. Susunya yang besar menggantung dan belahan memeknya dengan rambut tebal itu kini sudah terhalang handuknya.




“Mm... ada apa ya mam?” tanyaku penasaran apa maunya mertuaku.




“Gini, mama mau bicara masalah Rizal sama Luki..”




“Ohh itu.. gimana mam?”




“Mama tanya tapi kamu harus jawab jujur”




“Iya, baik”




“Kamu suka gak sama Luki?” tanya mertuaku serius.




“Eh.. itu.. emm.. maksudnya suka yang gimana sih mam?”




“ya suka antara pria dan wanita.. udah kamu jujur aja An, mama pengen tau”




Aku diam sebentar, coba menimbang jawaban apa yang harus aku berikan pada mertuaku. Jangan sampai aku salah jawab trus malah jadi perkara baru.




“Iya, aku suka..” balasku jujur.




“Oke.. kalau ada kesempatan berarti kamu mau Luki jadi istrimu?”




“Hah?? Bentar mam.. kenapa harus jadi istriku?” bingung aku dengan arah pembicaraan mertuaku ini.




“Mama takut kalau pernikahan mereka tak bisa diselamatkan.. tapi mama juga tidak mau Luki keluar dari rumah ini, kamu paham?”




“Ahh.. iya mam.. aku ngerti”




“Sebagai seorang yang telah merawat Rizal dari kecil, mama tau wataknya.. dia tak pernah membantah mama, bahkan bicara kasar pun juga gak pernah.. hanya saja sepertinya dia sudah berubah, dia berani melawan mama.. makanya itu mama udah siap kehilangan Rizal dari rumah ini, tapi Luki jangan sampai pergi”




Aku hanya bisa diam dengan pandangan mata menerawang. Ternyata mama sudah tahu lebih jauh permasalahan Rizal dan Luki. Sepertinya mama memang sudah mengambil sebuah keputusan yang berat.




“Mama juga udah bicara sama Sari.. dia bisa nerima apa yang mama inginkan.. malah keliatan dia gembira banget” imbuh mertuaku. Aku semakin paham apa yang ada dalam pikiran mertuaku, sepertinya dia memang tak ingin keluarga ini berubah.




“Iya mam.. tapi, mmm.. nanti biar aku bicarakan sama Sari juga masalah ini, aku ingin mendengar langsung darinya”




“Yahhh.. itu lebih baik An.. kamu bicara berdua dulu sama istrimu” ucapnya kemudian.




Aku terdiam setelah mendengar apa yang jadi kerisauan mertuaku. Ditengah pikiranku menerawang, tiba-tiba ujung handuk yang dipakai mertuaku jatuh di bagian atasnya. Hingga terbukalah kembali kedua payudara montoknya itu tanpa sengaja. Menyadai hal itu mertuaku tak kaget, dia santai saja dan tetap membiarkan dadanya terbuka.




“Mama mau buka rahasia istri kamu dikit, tapi kamu jangan marah” kata mertuaku memecah kesunyian yang sebentar tadi.




“Eh, soal apalagi mam?”




“Kamu tau gak, kalo Rizal itu pernah suka sama istrimu..”




“Apa? Waduhh.. baru denger sekarang mam” balasku kaget.




“Hihihi.. ga tau ya An, kenapa Rizal sampai punya pikiran seperti itu.. mungkin karena mereka berdua tumbuh dewasa bersama yah.. jadi wajar kalau ada rasa pastinya”




“Hehe.. mungkin aja begitu mam..”




“Untungnya dia cepat-cepat kamu lamar.. mama aja udah pusing mikirnya”




“yaaahh, namanya juga jodoh mam, hehe..”




“Mama lihat Sari beneran tidur dikamarnya Rizal, kamu pasti tau kan kalau mereka bukan cuma ‘Tidur’ aja?” degh! Kali ini aku dibuat menahan nafas karena pertanyaan mertuaku.




“Iya.. Aan tau kok mam.. tapi memang aku sengaja membiarkannya” balasku menghela nafas panjang.




“Makanya itu, mama serahkan urusan ini sama kamu.. Sari udah punya suami, tapi kalau suaminya kasih ijin yaa terserah kalian gimana baiknya”




“Hhhh.. aku sayang banget sama Sari mam.. apapun yang dia inginkan pasti akan aku beri.. sepanjang aku mampu melakukannya” ucapku dari dalam hati.




“Hmmm.. iya, mama udah tau kalau dia menikah dengan orang yang tepat.. mama bersyukur punya menantu kamu An..”




“Iya mam, terimakasih”




“dahlah.. sekarang istirahat aja.. besok kamu masih kerja kan?”




“Eh, iya mam..”




Aku dan mertuaku kemudian beranjak pergi dari tempat duduk kami. Sebelum masuk ke dalam rumah, mertuaku mengembalikan lagi handuknya di gantungan baju yang ada di teras. Dia kemudian jalan bersamaku tanpa memakai apa-apa ditubuhnya. Sungguh, meskipun aku bisa melihat tubuh telanjang mertuaku tapi aku tak punya pikiran aneh-aneh, apalagi pikiran mesum padanya.




Baru masuk ke dalam rumah sebentar, ketika aku melewati bawah tangga yang menuju lantai atas telingaku mendengar suara decitan dan tamparan berulang-ulang dari arah lantai dua. Mertuaku rupanya ikut mendengar suara itu, dia menatapku dan akupun balas menatapnya. Sepertinya kedua pikiran kami sama.




“Nah, mama serahkan urusan ini sama kamu.. tentunya kamu sudah tau mana yang terbaik untuk kita” ucap mama kemudian.




“Iya mam.. Aan tau..”




Mama meneruskan langkahnya masuk ke dalam kamar, sedangkan aku masih berdiri mematung di bawah tangga. Aku berdiri sambil menata hatiku supanya emosi dan amarah yang mulai bergejolak bisa kuredam. Hatiku memang hancur berkeping-keping, namun kembali aku satukan lagi dengan keyakinan kalau semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya.




“Mas.. ngapain sih bengong disini?”




“Aahh.. duhh.. kamu ini bikin kaget aja Luk”




Kusadari Luki sudah berdiri di sampingku. Cahaya lampu yang remang-remang membantuku memberi tampilan tubuh telanjang wanita cantik itu. Perlahan rasa kagetku mulai hilang.




“Eh, kok kamu keluar ga pake baju sih?”




“Ahh.. cuek aja mas.. lah tadi bukannya mama juga gapake apa-apa? Hayooo.. kalian habis ngapain tadi?” dia mengangkat jari telunjuknya ke arah wajahku.




“Anjirr.. otak kamu tuh ngeres terus sih mikirnya, mama habis ngompol tadi” balasku setengah berbisik padanya.




“Hihihi... masak sih?”




“Hhh.. kalo ga percaya tanya aja sama mama”




“Bentar mas, eh.. itu kayak suara...”




“Iya, kayaknya sih emang begitu” setujuku pada kecurigaan Luki.




“Sssttt.. kita liat yuk.. jadi penasaran aku” tanpa mendengar aku setuju, Luki langsung menarik tanganku mengikuti langkahnya menaiki tangga.




Sesampainya kami di ujung tangga lantai atas, aku dan Luki mengendap-endap seperti maling mengamati targetnya. Kuposisikan diriku supaya tak terlihat bebas, demikian juga dengan Luki.




“Gilaaakk!!” gumamnya pelan, sedangkan aku hanya bisa diam.




Aku dan Luki sama-sama bisa melihat bagaimana istriku sedang menerima genjotan dari penis Rizal yang keluar masuk lobang memeknya. Di depan kamar lantai dua memang ada kursi sofa yang sudah usang, tapi masih layak dipakai. Di kursi itulah istriku sedang tidur telentang dengan kedua kaki mengangkang dimana Rizal yang ada di depannya terus memompa penisnya keluar masuk dengan hentakan konstan.




Mereka tak segan melakukannya di luar kamar. Tubuh telanjang mereka bisa terlihat jelas oleh siapapun yang ada di lantai dua. Sepertinya mereka sudah benar-benar terhanyut dalam kobaran birahi hingga tak khawatir apa yang mereka lakukan bisa diketahui oleh penghuni rumah ini lainnya.




“Aahhh.. ahhh... ayoo Zal.. teruss.. ahh.. ahhh..” suara desahan istriku terus terdengar. Dia seakan tak punya rasa malu lagi kalau suaranya akan terdengar oleh orang lain.




“Hoohhh.. hhohhhh.. memek kakak enak.. ahhh.. kenapa ga dari dulu aku entotin aja memek kak Sari.. aahhh..”




“Iyaahh.. aahh.. terusss.. bikin kakak muncrat Zal.. aahh.. ayo... ayoo teruss”




“Aahh.. jangan keras-keras kak.. ntar mas Aan denger..” ingat Rizal diantara genjotannya.




“Aaahh.. emmhh.. gapapa.. aahh.. dia.. dia paling lagi ngentot sama Luki sekarang.. ahhh.. terusss... aahh..”




“Hohhh.. hohhh.. iya bener kak.. ahh.. biar dia entotin Luki... emhhh.. sepuasnya” imbuh Rizal dalam racauannya.




Mendegar racauan mereka, aku dan Luki saling bertukar pandangan. Rupanya mereka sudah tak peduli kalau aku mungkin saja bersetubuh dengan Luki, karena mereka sendiri juga melakukannya. Baik istriku maupun Rizal sama-sama sudah merelakan kalau aku dan Luki ngentot sama seperti mereka.




“Luk.. udah cukup, kita ke bawah aja yuk”




“Eh, emm.. iya mas.. tapi aku ada ide dikit” balasnya.




“Apaan?”




“Lepasin kolornya mas Aan trus taruh aja disini, biar mereka tau kalo apa yang mereka lakuan udah ketauan sama mas Aan”




“Eh, apa perlu sampe segitunya?”




“Udah lepas aja mas.. sini aku bantu”




Luki kemudian memelorotkan celana kolor yang aku pakai. Karena di dalamnya aku tak memakai celana dalam, langsung saja batang penisku menggantung bebas tanpa tertutup apa-apa. Kini aku dan Luki sudah sama-sama telanjang di ujung tangga. Suatu kejadian yang tak pernah terbayangkan dalam pikiranku sebelumnya.




“Nahh.. taruh aja begini.. biar mereka tau” Luki kemudian meletakkan celana kolorku di ujung susuran tangga bagian atas, sehingga siapapun yang akan lewat bisa melihatnya.




“Hhh.. oke, udah yahh.. kita balik aja sekarang”




Aku dan Luki kembali menuruni tangga kemudian jalan masuk ke dalam kamarku. Luki langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, sedangkan aku ada disampingnya namun masih duduk bersandar pada tembok.




“Gilakk... huhhh.. bisa-bisanya mereka ngentot di depan kamar kek gitu.. ahh.. aku aja ga pernah sampe segitunya sama Rizal” ucap Luki heran.




“Hhhh... ya sama Luk, aku juga belum pernah senekat itu”




“Udah dong mas, jangan sedih terus.. aku ngerti mas Aan lagi cemburu.. pastinya sakit banget rasanya yah”




“Iya Luk.. sakit banget.. tapi.. ahh.. biarlah sudah, mungkin ini jalan yang terbaik supaya keluarga kita tetap bersama” ujarku dengan nafas yang berat, rasanya dadaku sesak dan jantungku ingin meledak.




“Mas.. sabar ya mas.. bukan cuma mas Aan aja yang sakit, aku juga merasakannya”




“Hhhhh.. iya.. aku ngerti”




Dari nada bicaranya Luki terkesan kalau dia sudah benar-benar ikhlas membiarkan suaminya bermesraan dengan perempuan lain. Sepertinya benar apa yang dikatakan mama mertuaku, kalau pernikaan Luki dan Rizal tak akan bisa dipertahankan lagi. Mungkin sudah tak ada lagi cinta diantara mereka berdua. Tengah melamun, tiba-tiba saja Luki mencium pipiku dengan lembut. Tangan Luki kemudian memegang batang penisku degan lembut. Dia pegangi kemaluanku itu sambil di gerak-gerakkan.




“Hhmmm.. beda banget ukurannya.. yang ini sih berat, mana gede lagi” gumamnya.




“Emang kamu suka yang mana?” tanyaku datar.




“Lah, suka yang inilah..”




Luki meneruskan genggaman tangannya di penisku dengan kocokan lembut dan pelan. Meskipun pikiranku kacau dan dadaku sesak, tapi batang penisku mulai bangun dari tidurnya. Semakin lama semakin tegak mengeras seiring dengan kocokan tangan halusnya Luki.




“Hhh.. udah ngaceng tuhh.. mo diapain sekarang?”




“Hihihihi.. sini mas”




Luki kemudian mulai bergerak mendekatkan kepalanya ke atas pangkal pahaku. Tanpa ragu dia masukkan penisku ke mulutnya meski hanya sebatas kepalanya saja. itupun sudah membuatku mulai merasa enak.




“cuphh.. slurrphh.. cuph.. cuphh.. slurrpp.. mmmhhhhhaaahhh”




“Pelan, ntar kamu muntah lagi, hehehe...”




“Hmmhhh.. ahh.. gak lahh.. udah tau aku caranya” liriknya dengan tatapan mata binal.




Kuluman Luki benar-benar membuatku keenakan. Pikiranku yang kalut karena memergoki kelakuan istriku tadi mulai hilang. Perempuan satu ini mampu membuatku memberi perhatian padanya. Aku merasa tak peduli lagi dengan apa yang tengah dilakukan istriku dan juga Rizal di lantai atas, yang kurasakan sekarang hanyalah rasa enak yang mulai menguasai otakku.




“Bentar Luk.. geser, aku mau memek kamu juga.. sini”




Luki melepas pegangan tangannya pada batang penisku. Aku kemudia merebahkan diri lalu disusul Luki merangkak di atas tubuhku. Jadilah belahan pantat dan lobang memeknya berada tepat di depan mukaku. Kutahan bongkahan pantatnya lalu kucucup memeknya dengan mulutku.




“Aaahhhhhh... masshhh... emmhhhh..” lenguhnya begitu mulutku mulai menyedot lobang kemaluannya. Lidahku pun mulai menari-nari membelai bibir vaginanya berikut tonjolan klitorisnya.




“Oohhh... aduhh... sssshhh.. cuphhh.. slurrphh..”




Lenguhan Luki berhenti terdengar setelah kepala penisku kembali masuk ke dalam mulutnya. Kini bukan aku saja yang merasa keenakan, Luki juga mulai menikmati jilatanku pada liang senggamanya. Dia semakin bersemangat dalam kobaran birahinya. Sambil mengurut penisku, kepalanya juga ikutan naik turun memberi efek kocokan lobang hangat mulutnya pada batang penisku. Meski mulutnya sedang fokus mengulum penisku tapi lobang memeknya kurasakan semakin basah. Lendir yang keluar semakin banyak sampai ikut membasahi sekitar bibirku juga.




“Ohhh... enak banget mulut kamu sayang.. ahh.. sudah.. sudah.. berenti dulu Luk”




“Eumhhhmmuaaahhhh... kenapa mas? Udah mo keluar yah?”




“Enggak, belum.. sini, kamu balik aja.. gesekin memek kamu gih” pintaku padanya.




Luki turun dari atas tubuhku namun dia kembali naik sambil membalikkan posisinya jadi berhadapan denganku. Dia duduki batang penisku hingga belahan memeknya tepat menekan batang kemaluanku. Sudah tak ada lagi penghalang antara batang kejantananku dengan belahan memeknya. Perlahan Luki mulai menggoyangkan pinggangnya seperti pertama kali dia lakukan denganku dulu. Dia maju-mundurkan pinggangnya hingga penisku bergesekan dengan bibir vaginanya.




“Hhmmmhhh....” desahnya sambil masih terus bergoyang. Sesekali dia sengaja menabrakkan klitorisnya ke ujung penisku. Aku rasakan kemaluanku sudah mulai ikutan basah karena bergesekan dengan vaginanya yang berlendir itu.




Ketika Luki sedang asik menggoyang pinggangnya, kepalaku bergerak ke payudaranya. Akupun mulai menjilati dan menggigit kecil putingnya. Setelah menjilati payudaranya, bibirku mendekati bibirnya. Semula aku memang akan menciumnya tapi aku tunda. Kutatap matanya yang sayu sambil kedua tanganku terus memijit puting susunya.




“Hhhhmm.. aaahhh..” desah Luki menahan rangsangan di puting dan vaginanya.




Aku tetap tak mau mencium bibir Luki meski jarak kedua bibir kami amat dekat. Perlahan aku mulai meremas kedua payudaranya sambil jari-jariku memilin puting kecilnya. Mungkin karena Luki sudah terlalu horny, dia mulai maju dan menjilat bibirku dengan liar. Habis itu dia langsung memasukkan lidahnya kemulutku sambil merangkul leherku erat-erat.




Akupun langsung membalas ciuman Luki sambil memeluk badannya. Perlahan tanganku mulai turun kepantatnya kemudian kuremas sedikit bongkahan pantat kenyalnya itu. Tak menunggu lama, kuangkat badan Luki lalu kupegang batang penisku sendiri dan kuposisikan persis di depan lubang vaginanya. Kemudian badan Luki aku turunkan pelan, masuklah penisku ke dalam liang vaginanya.




“Aaaaaahhhh.. aaah.. maaaasssshh..” lenguh Luki terdengar seketika saat penisku membelah celah vaginanya.




Kuulangi lagi gerakanku tadi, kuangkat badan Luki dan menurunkannya pelan. Luki yang mulai mengikuti pola gerakan itu lama-lama mulai bergoyang sendiri tanpa dibantu olehku. Aku rasakan ujung penisku selalu menyentuh sesuatu yang kenyal dan hangat saat dia bergerak naik turun diatas badanku. Kurasakan juga jepitan memeknya lebih kuat dari memek istriku. Mungkin karena Luki belum pernah melahirkan jadi lobangnya masih sempit. Entah aku bisa tahan berapa lama kalau begini keadaannya.




“Aaahh... masss.. hmm.. enaak mas.. aaahh… mentookk” pekiknya tanpa bisa dikontrol lagi.




Luki terus bergerak naik turun seirama dengan kocokan lobang memeknya pada batang penisku. Tubuhnya terlonjak-lonjak hingga membuat bulatan payudaranya bergoyang liar di depanku. Kutangkap salah satunya lalu kuremas-remas, setelah itu kudekatkan mulutku ke putingnya.




“Ohhh.. bagus banget puting kamu Luk... imut dan warnanya pink, ahh... sayang belum keluar susunya” ucapku lalu mencucup putingnya.




“Aahhhh.. belum.. ahh.. belum ada susunya masshh.. ahh.. bikin keluar dong, ahhhh..”




“Slurpphh.. hemhhh... iya, aku tau.. ntar aku bikin kamu keluarin susu” jawabku.




“Hhhh.. hhmm.. aaahhh.. aaahhh..” desahnya saat aku menggigit-gigit pelan putingnya sambil tanganku memainkan yang satunya lagi.




Mendengar desahan Luki, aku jadi semakin cepat mengulum putingnya. Awal-awal aku hanya mengulum puting kirinya, namun lama kelamaan dengan bantuan remasan kedua tanganku akupun bisa mengulum kedua putingnya dengan cepat secara bergantian.




“Ooooohhh.. maassss.. emmhhhhh” desahnya sambil memegangi kepalaku, sementara pinggangnya masih naik turun berusaha mengocok penisku tanpa jeda.




Aku semakin rakus melahap kedua payudara Luki sampai permukaannya terasa basah terkena air liurku. Entah berapa menit aku sibuk bermain-main dengan payudara Luki. Kuremas, kujilat, kugigit, kucubit puntingnya, pokoknya lengkap rangsangan yang kuberikan pada payudaranya. Semuanya itu membuat Luki semakin bersemangat menggoyang pinggulnya naik turun terus-menerus.




“Aahhh.. ahhh.. aduuuhh.. aahh.. mau keluar nih masshh.. oohhh..”




“Bentar Luk... ahh.. tahan.. kita barengan aja” balasku.




Posisi bergoyang naik turun adalah posisi yang paling disukai oleh istriku karena bisa cepat keluar. Sepertinya Luki juga sama, gerakannya yang naik turun mengocok penisku dengan jepitan memeknya membuat perempuan cantik itu cepat keluar juga. Sedangkan aku yang menghadapi memek sempit milik Luki mau tak mau harus jebol juga pertahananku. Ditambah lagi sensasi ngentot dengan perempuan lain selain istri sendiri membuat libidoku terus meninggi.




“Aaaahhhhh.. aaahhhh.. mmhhhh.. mass… aa.. aku… hhh.. hhh..” rintihnya, aku tahu dia sudah mau keluar.




“Keluarin Lukk... keluarin.. ahh.. jangan tahan lagi sayang..” ujarku menatap wajahnya yang bersemu merah. Seksi banget Luki saat mau orgasme seperti itu.




“Aaaaaahhhhh…!!” jeritnya sambil menghentakkan pinggulnya kuat-kuat.




Tubuhnya kelojotan dan bergetar hebat. Aku tak mau ketinggalan olehnya. Kuangkat kedua pantatnya lalu kusodokkan penisku kuat dan cepat.




“Aaahhhh.. massss... ampuunnn.. aku keluar maasss..” Luki memekik dan tangannya meremas pungungku.




“Hooohhhhhh... haaaaahhhhh....” aku melenguh panjang, mengiringi lepasnya spermaku di dalam liang vaginanya. Rasanya banyak sekali yang keluar sampai batang penisku terasa bedenyut-denyut kencang.




‘Brukk’ Luki menjatuhkan badannya di atas tubuhku.




Kulit kami berdua dipenuhi keringat yang mengucur deras. Payudaranya yang bulat membusung itu kini sedang mengencet dadaku. Sedangkan di bawah sana kedua kelamin kami masih menyatu, sama-sama masih berdenyut menyisakan rasa nikmat yang tak bisa digantikan dengan sesuatu yang lain.




“Cuphh..” Luki mencium bibirku mesra.




“Haahhhh.. hhh... hhh... makasih ya mas, enak banget.. ahh.. lemes aku” ucapnya lirih, dengan senyuman mengembang di bibirnya.




“Iya Luk, moga kamu cepet bisa keluar air susunya”




“Iihhhh.. mas Aan jahat! Kalo air susunya keluar, aku hamil dong mas..” balasnya pura-pura cemberut.




“Hehehe.. ya mau gimana lagi, cuma itu kan caranya” ucapku santai.




“Hmm... iya deh mas, gapapa kalo aku beneran hamil.. asalkan mas Aan mau tanggung jawab”




“Ohhh.. gampang, ntar bilang aja anaknya Rizal, beres kan?”




“Ahhh.. ga mungkin, ga mungkin aku hamil sama suamiku.. dia tuh ada masalah di spermanya mas.. makanya sampe sekarang aku ga bisa hamil sama dia”




“Beneran?”




“Iya bener.. kita udah pernah periksa ke rumah sakit, hasilnya ya gitu deh.. kata dokternya sperma suamiku gak bisa bertahan lama, jadi gak bisa membuahi sel telurku, gituuu..”




“Hmmm.. menarik nih, itu berarti istriku aman dong Luk.. dia ga mungkin hamil sama Rizal juga kan?”




“Hihihihi.. iyaa.. makanya mas Aan santai aja, ga usah terlalu dipikirin”




“Hahaha.. kamu bener..”




Luki masih merebahkan tubuhnya dia atas tubuhku sambil ngobrol. Perlahan kurasakan penisku lemas namun belum sepenuhnya keluar dari lobang memeknya. Hanya saja cairan spermaku mulai meleleh keluar hinga membuat pangkal penisku jadi basah dan lengket.




“Luk.. udahan yukkk.. keburu pagi nihh, ntar ga bisa bangun lagi.. mana masih masuk kerja”




“Hihihi.. iya deh mas.. tapi sayang, masih nyaman banget nihh..” rengeknya manja.




“Mas, tidur gini aja yah sampe pagi... aku gak mau pisah sama mas Aan” sambungnya kemudian.




“Hhhhh.. iya deh Luk..”




Akhirnya kami berdua benar-benar tertidur dengan posisi Luki masih ada di atas tubuhku. Kami tidur sampai lupa keadaan sekitar. Kedua tubuh telanjang kami masih terbuka bebas dan pintu kamar juga tak dikunci. Siapapun yang masuk pasti bisa melihat kami telah melakukan perzinaan. Dan apa yang terjadi berikutnya malah tak sempat kupikirkan. Anakku pagi itu ternyata bangun dari tidurnya mendahului kami.




***

Posting Komentar

0 Komentar