ADIK IPARKU PART 28

 


Aku gak peduli kamu mau tanggung jawab atau enggak! Aku gak butuh rasa tanggung jawab dari kamu! Aku pun gak minta kamu untuk mutusin Grace! Aku gak berniat untuk melahirkan anak ini!” bentakku dengan sangat keras kepada Doni.


Kedua mata Doni seketika terbelalak, ketika mendengar




perkataanku barusan. “Apa maksudnya kamu gak berniat melahirkan anak itu? Biarkan dia lahir, anak itu punya hak untuk hidup dan gak ada salah apapun! Setelah lulus, aku akan cari kerja dan nafkahin...”


“CUKUP DONI! Aku udah gak percaya satu pun perkataan yang kamu katakan! Kamu dulu bilang akan setia, tapi




nyatanya kamu main belakang sama sahabatku sendiri! Dasar brengsek!” jawabku yang sama sekali tidak percaya dengan perkataan Doni.


Aku saat itu memukul tubuh Doni dan mendorong tubuhnya keluar dari rumahku. “Danilla, please aku mohon kamu jangan kaya gini! Kamu jangan bersikap




menciptakan masalah baru! Di saat kita berdua sedang terkena masalah besar seperti ini!”


“Doni, aku minta mulai sekarang kamu pergi dari kehidupanku! Aku udah gak mau lihat kamu! Aku udah gak mau kenal kamu lagi! Mulai hari ini aku nyatakan hubungan kita berdua berakhir! Sekarang kamu bisa




hidup bebas dengan Grace!” bentakku kepada Doni.


Doni yang terkejut dengan perkataanku, dia seketika lemas dan kehilangan tenaganya. “Ka—Kamu serius, La? Kamu mau mutusin aku? Kamu seriusan kamu mau mengakhiri hubungan kita? Kita udah pacaran lama, La! Tolong pikirin baik-baik lagi!”




Aku mendorong tubuh Doni yang seketika lemas dengan sekuat tenaga. Hingga aku berhasil mendorong tubuhnya keluar dari rumah. Sambil menutup pintu, aku berteriak. “INI UDAH KEPUTUSAN BULAT YANG AKU PILIH! AKU GAK BISA MENERIMA KEHADIRANMU LAGI!”




Doni mungkin awalnya bisa dikatakan cowo yang baik dan jujur. Namun, laki-laki seumuran dia saat itu masihlah sangat labil. Sifatnya masih mudah berubah, dan perkataannya sama sekali tidak bisa dipegang. Untungnya saat itu, aku memilih jalan yang menurutku tepat.




Aku memilih untuk mengakhiri hubunganku dengan Doni. Dan aku pun mencoba menjaga jarak dengan Rahmat. Setiap hari Doni dan Rahmat secara


bergantian


kontrakanku.


mengetuk memanggil-manggil aku.


Namun aku memutuskan untuk tidak keluar dan tidak


menghampiri Mereka pintu dan




membukakan pintu untuk mereka. Ketika di sekolah pun, Doni masih terus berusaha untuk mengejarku. Dia seolah merasa tidak terima, dengan keputusanku mengakhiri hubungan ini.


“Laaa! Laaa! Danillaa! Kenapa kamu sama sekali gak mau dengerin aku sih? Kenapa kamu malah memilih menjauh dan diemin aku kaya




gini?” ucapnya yang mengejarku dan berusaha mengajakku berbicara di kantin sekolah.


Namun, aku memutuskan untuk diam dan tidak merespon perkataannya. Doni gak akan berani bertindak berlebihan kepadaku, karena dia tau bahwa dia salah. Hubunganku dengan Grace pun memburuk, bahkan




persahabatan kami berempat menjadi pecah.


Saat aku hendak kembali ke kelas, tiba-tiba Destia mencegatku dan mengajakku ke belakang sekolah. “La, ikut gue ke belakang sekolah. Ada hal penting banget yang pengen gua tanyain dan obrolin sama lu. Ini masalah tentang kepercayaan kita sebagai sahabat.”




“Bo—Boleh kalo lu emang mau ngobrol sama gue. Waktu istirahat kedua juga masih panjang kok.” Aku pun berjalan perlahan di belakang Destia. Saat itu, Hasna pun juga ikut dengan Destia ke belakang sekolah. Aku kira, dia ingin membahas tentang Grace dan Doni.


Namun saat kami tiba di belakang sekolah, Destia tiba-




tiba menarik kerah seragamku dan menampar wajahku. “Jangan pikir gue gak pernah tau, La! Lu pernah berhubungan intim sama mantan gue yang namanya Arga kan? Dan lu ngelakuin saat gue masih pacaran sama dia!”


Aku seketika langsung merasa paham, Destia pasti mengetahui hal ini dari Doni.




“Gue harus akuin bahwa itu benar. Gue gak mungkin bohongin lu sebagai sahabat gue. Palingan, gue mungkin hanya merahasiakan hal ini. Tapi gue gak akan mengelak jika ditanya.”


“Lu emang anjing! Lu emang cewe pelacur! Berani- beraninya lu main sama Arga, di saat gue lagi tidur karena kecapean disetubuhin sama




dia! Mau-maunya lu nerima batang bekas kemaluan gue!” bentaknya yang terlihat sangat marah saat itu.


Hasna yang berada di situ pun, sama sekali tidak membela aku. “La, kita ini kan temen deket. Gak seharusnya lah, lu mau disetubuhin sama cowo dari sahabat lu sendiri. Tindakan lu itu konyol dan




fatal banget! Untung aja Arga sama Destia udah putus!”


“Ta—Tapi bukannya kalian udah putus? Dan yang bikin kalian putus kan karena Destia nemu cowo lain yang lebih baik? Kenapa hal yang sudah berlalu hampir 2 tahun, masih kalian permasalahin?” tanyaku yang merasa gak masuk akal dengan pemikiran mereka.




Namun, Destia malah semakin marah dan narik kerah seragamku lagi. “Ini bukan tentang masalah lama atau bukan! Tapi ini masalah kepercayaan gue yang lu khianatin! Persetan dengan gue dan Arga yang udah putus! Tapi gak seharusnya lu melakukan hal itu!”


“Saat lu main sama Arga, status Arga itu kan masih sah




cowonya Destia. Harusnya lu tau itu dong? Dan harusnya lu bisa ngerasa kasian dan gak tega sama Destia? Iyaa enggak sih? Ini pemikiran gue loh!” tambah Hasna yang terus saja membela Destia.


Pada akhirnya, aku yang sudah terpojok dan bingung. Aku pun meminta maaf atas tindakanku itu. “Gue minta maaf, Destia. Gue tau gue




udah melakukan kesalahan yang fatal. Sekali lagi gue minta maaf, gue janji gak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.”


“LU LAYAK BUAT DISELINGKUHIN SAMA DONI! GRACE LEBIH LAYAK UNTUK DONI


KETIMBANG LU!” Destia saat itu langsung pergi meninggalkan aku.


Posting Komentar

0 Komentar