Silent rose part 24

 

Bab 24






When The Rose Bleeding




Eva memandang ke hamparan laut di depannya, begitu biru dengan sinar matahari yang berkilat-kilat indah, seakan ada ribuan kepingan cermin yang mengapung di atasnya. Eva memandang sejenak ke arah pelabuhan dimana beberapa menit yang lalu mereka masih ada disana. Sore itu, Eva tampak menawan dengan balutan baju biru berbahan jeans yang juga ketat. Menampakkan lekuk tubuh indahnya dan kemulusan kaki jenjangnya yang kini disirami cahaya mentari sore.




Masih jelas dalam ingatan Eva saat tanpa diduga Ian mengajaknya pergi berlibur ke negeri kangguru ini. Eva yang belum pernah berpergian berdua dengan Ian langsung menyanggupi tawaran Ian dengan senang hati. Semua dokumen, paspor dan kelengkapan administrasi diselesaikan atas bantuan Wise Crow. Dan disinilah mereka sekarang, di atas sebuah kapal cruiser besar, menikmati paket liburan mereka.




“Aku mencarimu kemana-mana” ucap Ian saat beranjak mendekati Eva yang tengah berdiri sendiri di tepi kapal, memandang ke lautan luas. “di kapal sebesar ini tidak mudah menemukan satu orang”.




“Oh, aku tidak ingin mengganggu tidurmu”, jawab Eva sambil tersenyum. “Kau tampak terlalu nyenyak dalam tidur”.




“Bagaimana kau bisa membedakan tidur nyenyak atau tidak?”.




“Mudah saja,” Eva memandang Ian. “dari nafas. Jika nafas orang yang tidur itu sanggup membangunkan orang lain maka orang itu jelas sedang tidur nyenyak.” Jawabnya mengacu pada kerasnya dengkuran Ian saat tidur.




“Sial… kau mengejekku.” Komentar Ian diikuti dengan Eva yang terkikik geli.




Ian memandang Eva dari bawah ke atas, mulai dari sandal santai bergambar doraemon yang dikenakannya, perpaduan lekuk betis dan paha yang membentuk siluet indah, lekukan pada bokong, pinggul dan punggung gadis cantik itu, leher jenjang, bibir gadis itu yang merekah menggiurkan, hingga mata cantiknya yang nyaris tak terlihat karena tertutup sebuah kacamata berwarna coklat gelap.




“Apa sih?” Eva menyadari Ian yang memandangnya cukup lama.




“Hanya mengagumi penampilanmu yang terlihat jauh berbeda.” Jawab Ian sekenanya. Memang, selama ini Eva hanya mengenakan pakaian milik mendiang Ibunda Ian. Mereka tidak mungkin keluar dan berbelanja di mall karena bisa saja ada yang mengenali Eva sebagai Cinthya. Itu juga yang menjadi alasan Ian memilih liburan di luar negeri, dan memilih supermarket sebagai tempat yang pertama kali mereka singgahi. Ian ingin melihat Eva dalam penampilan terbaiknya.




“Udah deh gombalnya.” Gadis cantik itu mencoba menyembunyikan rasa groginya.




“Itu benar kok, kamu memang terlihat berbeda.” Ian bersikeras. “lebih terlihat hidup.”




“Jadi selama ini aku seperti mayat hidup, gitu?” Eva protes meski dalam hati Eva tahu apa yang dikatakan Ian benar adanya. Sebelum ini dia merasa sangat tertekan, tertekan atas kenangan buruk yang disaksikannya dengan mata kepala sendiri. Sekarang, berkat apa yang dilakukan oleh Wise Crow padanya, dia merasa lebih hidup.




*_*_*​




Green File Café.




Saat Ian masih mengejar Silent Rose palsu (Case 04).




Kedua mata Eva secara reflek berkedip saat Mr. Wise menjetikkan jari tuanya hanya beberapa centimeter di depan matanya. Seketika dia merasakan pening yang merambat dengan sangat cepat dari bagian belakang lehernya menuju tepat ke otaknya, sebelum rasa pening itu hilang begitu saja, sama cepatnya dengan kedatangannya.




“Ada apa?”, Mr. Wise tersenyum simpul. Lekuk-lekuk di wajah tuanya tampak aneh saat ia tersenyum.




“Apa yang kau lakukan?” Eva bertanya sambil memegangi kepalanya, seolah mencari sesuatu yang menempel di kepalanya.




“Menekan tombol refresh” jawab Pak Tua itu tenang. Jari-jarinya kini kembali pada kesibukan lamanya ; membersihkan gelas-gelas. “Aku dapat melihat jelas isi kepalamu, kau mengkhawatirkan Ian, juga beberapa trauma yang masih menumpuk. Kau menumpuk semua itu hingga otakmu tidak berhenti berpikir dan bertanya ‘apa yang bisa aku lakukan?’. Benar bukan?”.




Anggukan kecil dari Eva membenarkan apa yang diucapkan oleh Wise Crow.




“Satu jentikan jari dengan jarak sedekat itu bisa memberi efek kejut” bibir tua Mr. Wise kembali berbicara. “Dan saru kejutan cukup untuk membuyarkan semua hal yang menumpuk di kepalamu, agar kau bisa berpikir lebih tenang lagi”.




Eva diam tidak menjawab, meski mungkin dia sangat ingin menjawab. Dalam hati, gadis itu harus mengakui kejutan kecil dari Mr. Wise telah membuat dirinya merasa sedikit rileks, seolah membuyarkan beban-beban yang beberapa saat lalu membuntu pembuluh otaknya.




“Akan kuceritakan sesuatu padamu, Eva”. Mr. Wise kembali bicara, dia meletakkan gelas-gelasnya dan mengambil sebatang pipa hisap berbahan keramik. Eva kembali memusatkan perhatiannya pada Mr. Wise.




Mr. Wise tidak terburu-buru dengan ceritanya, setelah membakar tembakau di pipanya dan menarik satu hisapan kuat baru dia bicara.




“Association, didirikan oleh tiga orang,” Mr. Wise memulai ceritanya. “Tiga orang pengusaha dari tiga negara berbeda yang tidak puas dengan sistem peradilan yang ada di dunia saat ini. Satu diantaranya berasal dari Indonesia. Satu yang paling menonjol karena kejeniusannya”.




Eva memperhatikan kata demi kata yang meluncur dari bibir tua Mr. Wise dengan seksama. Seakan Mr. Wise akan menceritakan sesuatu yang sangat penting. Sekilas muncul dalam ingatan gadis cantik ini apa yang dikatakan oleh Ian padanya, bahwa semakin banyak yang dia ketahui, akan semakin berbahaya baginya. Meski menyadari bahaya itu, Eva tetap ingin mendengar cerita Mr. Wise.




“Dommi D Notohadiningsat adalah orangnya. Sampai sekarang, kejeniusannya tidak dapat ditandingi oleh siapapun, baik dalam strategi, kemampuan manajemen, ilmiah, bahkan penggunaan senjata. Dia jadi sosok yang paling disegani di Association.”




“Apakah…” Eva memotong ucapan Mr. Wise. Untuk beberapa detik keraguan tampak di wajahnya. “Apakah kau akan membunuhku setelah ceritamu ini?”, ujarnya dengan nada yang sedikit bergetar.




Mr. Wise tersenyum samar, menghisap pipanya dan menggeleng. “Itu tergantung apa yang akan kamu lakukan”, jawabnya diplomatis. “Sekarang, biarkan aku menyelesaikan ceritaku”.




Eva mengangguk, sekali lagi raut wajahnya berubah, ada kelegaan tergambar di wajah gadis cantik itu.




“Dommi punya andil besar dalam mengembangkan jaringan Association. Kejeniusannya itu luar biasa, dan itu menurun ke garis-garis keturunannya. Tidak perlu waktu lama bagi keturunan-keturunannya untuk menguasai apa yang diajarkan oleh Association”.




Sekali lagi Mr. Wise berhenti untuk menghisap pipanya, asap putih pekat menghembus dari kedua lubang hidungnya.




“Dan dia memilih Rose sebagai penanda garis keturunannya”.




Satu anggukan kembali dilakukan oleh Eva, kini gadis itu mengerti siapa Silent Rose sebenarnya. Codename Silent Rose menandakan bahwa Ian adalah keturunan dari Dommi D Notohadiningsat, sang jenius.




“Ya, Silent Rose adalah garis keturunannya. Saat ini, Association dipimpin oleh tujuh director sebagai pimpinan tertinggi. Hanya dua diantaranya yang memiliki darah tiga pendiri Association.”




“Kenapa bisa begitu?”




“Itu keinginan Dommi sendiri. Sepertinya dia lebih menikmati kerja lapangan dibanding berada di belakang layar. Itu juga yang menjadi asal-usul nama tumbuhan digunakan sebagai nama akhir pada codename agen tipe A”.




“Tapi bukankah seharusnya Ian mendapat perlakuan khusus?, dia keturunan pendiri?”




“Itu juga keinginan dari Dommi. Tidak peduli dimanapun mereka ditempatkan, para jenius tetap akan menjadi jenius. Itu darahnya,blood of roses




“Lalu… kenapa menceritakan ini padaku?”, Eva mulai bertanya tentang maksud sebenarnya Mr. Wise menceritakan cerita ini padanya.




“Karena kau tampak sangat mengkhawatirkan Ian”, Mr. Wise menjawab pertanyaan Eva dengan santai. “Kau tidak tahu kan, kalau kau sedang mengkhawatirkan seorang jenius? Seseorang yang memiliki blood of roses. Percayalah… kau hanya membuang-buang enerjimu dengan mengkhawatirkannya”.




Dahi gadis itu mengernyit, tampak jelas dia kurang setuju dengan apa yang baru saja disampaikan Wise Crow. Ian mungkin memang seorang jenius, tapi bukankah seorang jenius juga bisa mati?.




“Sebelum kau menyanggah ucapanku, gadis manis…” Crow berkata setelah membaca niat Eva untuk protes. “Katakan kalau pendapatku salah, tapi menurutku kau mengkhawatirkannya karena kau memiliki perasaan khusus padanya”.




Mata Eva mendadak berubah arah, menghindari tatapan mata tua Mr. Wise, mencoba menyembunyikan rasa grogi yang tiba-tiba menyergapnya setelah mendengar pernyataan Mr. Wise yang tanpa tedeng aling-aling.




“Sudah kuduga aku benar” Mr. Wise mengucapkan kata itu tanpa rasa bersalah telah membuat Eva salah tingkah dengan pernyataannya. “Apa Ian menceritakan padamu seberapa kedekatan antara aku dan dia?”.




Eva menggeleng, dia masih terlalu grogi untuk bicara.




“Aku dan Ayahnya, Airul Hutomo, Silent Rose sebelumnya, adalah sahabat kental. Yah, sejak Ayahnya meninggal, aku sudah menganggap Ian sebagai putraku sendiri”.




“ehm… bagaimana dengan keluarga anda?”.




Mr. Wise diam sejenak, pertanyaan Eva tampak menahan suara pria tua itu tepat di tenggorokannya. Eva tidak menyadari itu, pria tua itu kembali menguasai diri hanya dalam hitungan detik.




“Seperti yang kau lihat, aku tidak memiliki keluarga. Istriku meninggal saat melahirkan, bersamaan dengan anak yang dikandungnya, hanya beberapa hari sebelum Ian lahir”. Jawab pria tua itu dengan tenang.




Perasaan bersalah kini menyergap Eva, gadis itu menunduk dan meminta maaf.




“Itu adalah takdir, kau tak perlu minta maaf” jawab Mr. Wise kalem.”Sekarang, biar kuceritakan padamu kisah tentang dua sahabat”.




Mr. Wise mulai bercerita tentang masa lalunya, bagaimana persahabatannya dengan Airul Hutomo, Silent Rose sebelumnya.




Tidak biasanya Wise Crow banyak bicara, mungkin sudah cukup lama sejak pria tua itu berbagi pengalaman dengan orang lain, dan kali ini Eva larut dalam cerita pria tua itu.




*_*_*​




Beberapa tahun yang lalu




Udara di kawasan puncak, Bogor malam itu terasa sangat dingin. Namun dingin itu tidak terasa di sebuah villa milik Airul Hutomo, Ayah Ian. Villa itu telah berdiri cukup lama, namun bagian-bagian bangunan villa itu selalu direnovasi, seakan pemiliknya tak ingin bangunan yang jarang dikunjunginya itu menjadi bangunan yang out of date. Malam ini, beberapa mobil tampak memenuhi halaman parkir villa tersebut yang memang cukup luas. Villa itu sendiri dapat dibilang cukup terpencil, karena akses jalan menuju tempat itu kebanyakan masih berupa jalan tanah yang berkelok-kelok. Untuk mencapai bangunan tersebut masih memakan waktu sekitar dua jam dari jalan beraspal.




Kondisi itu tetap dipertahankan oleh keluarga Silent Rose selama bertahun-tahun. Villa keluarga ini masih kerap mereka kunjungi barang sekali atau dua kali setahun. Sepasang suami-istri, Mang Oyik dan Lik Marni tinggal beberapa meter dari pagar terluar villa tersebut. Mereka diperbantukan untuk merawat dan membersihkan villa tersebut. Layaknya bangunan itu, tugas untuk merawat villa pun diturunkan dari generasi ke generasi.




Malam itu adalah malam tersibuk dalam kehidupan Mang Oyik maupun Lik Marni, karena Airul Hutomo yang kini memegang hak kepemilikan atas villa tersebut mengundang beberapa koleganya ke sana. Seluruhnya adalah anggota Association yang bertugas di wilayah Asia Tenggara. Beberapa diantara mereka adalah warga negara keturunan, Wise Crow tampak diantara para tamu, sedang berbincang-bincang dengan Airul dan seorang gadis cantik.




“Aku masih ingat bagaimana kesalnya saat pertama kali ke tempat ini,” Adorable Starfruit, seorang gadis cantik dengan darah campuran Korea – Sunda berkata. Gadis itu terlihat anggun dan cantik dengan balutan gaun ungu yang punggungnya terbuka. Sesuai




 yang diberikan padanya, gadis itu memiliki bentuk tubuh yang sangat sexy, tiap lekukannya seolah dapat membius mata yang memandangnya. Tidak hanya itu, rambut hitam panjang yang tergerai lurus hingga punggung menambah keanggunannya. Jika saja kewaspadaan tidak diajarkan dalam karantina Association, pasti tidak ada yang menyangka bahwa gadis secantik itu adalah pembunuh berdarah dingin yang paling berbahaya di Asia, peringkat kedua setelah Silent Rose.




“Ya, aku masih ingat kau berkali-kali mengumpat saat aku menyetir” Wise Crow menyahut. Jelas dia belum setua saat Ian hadir, Wise Crow masih terlihat tampan dengan wajah setengah bulenya yang tampak bersih terawat. Jika dibandingkan dengan masa tuanya, hanya hidung betetnya yang tidak banyak berubah.




“Hahaha, jujur sebenarnya aku bisa saja memperbaiki jalan itu” jawab Airul sambil tertawa.




“Tapi tentu saja itu akan tidak menguntungkanmu kan? Rose?”, seorang pria bergabung dengan mereka, seorang pria yang kumisnya membuat dia tampak beberapa tahun lebih tua dari usianya saat ini. “Jika jalan itu diperbaiki, ada kemungkinan beberapa orang akan sering melewatinya” tambah pria tersebut.




“Kau benar sekali, Noisy Cannary.” Jawab Airul sambil menjabat tangan Noisy Cannary.




“Semua orang tahu itu,” nada Wise Crow terdengar cukup sinis.




“Dimana orang tua itu?” Noisy Cannary bertanya tanpa mengindahkan ucapan Wise Crow.




 ku?” Airul bertanya balik. “Kurasa dia sedang menyendiri di dekat kolam renang di belakang villa. Kau tahu dia tidak begitu suka berkumpul dengan banyak orang, apalagi sesama anggota Association.”




“Yeah… orang itu selalu berhati-hati, dia masih saja berpikir semua orang itu berbahaya, bahkan sesama anggota Association.” Adorable Starfruit menjawab, membuat semua yang ada disitu tertawa.




“Bahkan setelah kita be pair-up cukup lama pun dia masih saja menganggapku berbahaya”, timpal Silent Rose,




 Lantas kapan kau menyudahi pair up mu dengan orang tua itu dan berpasangan denganku?”, tanya Noisy Cannary kemudian.




"Hoho kau masih ingin pair up denganku? Kupikir kombinasi diam (Silent) dan berisik (Noisy) bukan kombinasi yang bagus.” Jawab Airul setengah bercanda.




“Jadi sekarang aku harus menyalahkan Association karena memberiku




“Kupikir kau harus menyalahkan mulutmu yang terlalu mengumbar rencana dan informasi.” Wise Crow menimpali ucapan Noisy Cannary masih dengan nada yang sinis.




“Oh sudahlah, kapan kalian akan akur dan melupakan masalah rencana yang bocor itu?” Adorable Starfruit mencoba mencairkan suasana. Gadis itu menggamit lengan Wise Crow dengan mesra.




, dimana seorang agen tipe A harus berpasangan dengan seorang agen tipe B dalam melaksanakan suatu case. Mereka berhak memilih




 masing-masing, kecuali jika ada perintah dari Association yang mengharuskan seseorang ber-




 dengan agen yang ditentukan oleh Association. Sistem kerjanya sederhana, agen tipe B bertanggung jawab atas perlengkapan, informasi, dan strategi yang digunakan. Dan agen tipe A melaksanakan strategi tersebut. Keberhasilan dari sebuah case bergantung dari kecerdasan agen tipe B dan ketangkasan agen tipe A.




 Adorable Starfruit. Mereka adalah kombinasi yang baik, Adorable Starfruit mungkin tidak memiliki ketangkasan dan kecerdasan yang dimiliki Silent Rose.




 yang dimiliki Airul Hutomo dibuktikan dengan ketangkasan dan kecerdasan yang tidak bisa disetarakan dengan agen-agen tipe A maupun tipe B. Meski tidak setangkas Silent Rose, kecerdasan dan ketelitian yang dimiliki Wise Crow melengkapi kekurangan Adorable Starfruit. Mungkin itu yang membuat Adorable Starfruit jatuh cinta pada Wise Crow. Ya, selain dikenal sebagai




Airul Hutomo, sang Silent Rose sendiri lebih memilih Cautious Hawk sebagai pair-up nya. Cautious Hawk sudah berumur cukup tua, dulunya dia adalah




 Bleeding Rose, kakek Ian. Mungkin kemampuan Cautious Hawk tidak terlalu menonjol, apalagi di usia tuanya. Namun dengan memiliki




 sebagai pair-up mampu mengangkat eksistensi Cautious Hawk di mata Association. Lagipula, bagi para jenius seperti keluarga Rose, mereka hanya membutuhkan orang yang mampu mencari informasi dan perlengkapan. Soal strategi, mereka dapat menciptakan satu strategi yang seringkali lebih baik dari apa yang disiapkan para agen tipe B.




Kadang melibatkan perasaan dalam pekerjaan merupakan sebuah kesalahan, itu yang menyebabkan Wise Crow menyimpan amarah pada Noisy Cannary. Dalam sebuah case yang diambil oleh Wise Crow – Adorable Starfruit, Noisy Cannary melakukan kesalahan dengan membocorkan informasi tentang strategi yang akan mereka gunakan. Kesalahan itu sempat menempatkan Adorable Starfruit dalam bahaya, Wise Crow harus merelakan pujaan hatinya digilir bergantian oleh segerombolan yakuza demi menyelesaikan case tersebut. Beruntung, Association masih menganggap kesalahan Noisy Cannary dapat dimaafkan. Tapi jelas, maaf bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan mudah pada Wise Crow.




Berkali-kali Wise Crow mengajukan protes tertulis pada tujuh direktor (pimpinan tertinggi Association) yang menuntut agar Noisy Cannary dihukum, namun protesnya hanya menghasilkan teguran keras bagi Wise Crow sendiri. Wise Crow dinilai meragukan kebijakan tujuh director, hampir saja Wise Crow menempatkan dirinya dalam bahaya, jika tidak dibantu oleh sahabat kentalnya, Silent Rose. Silent Rose memberi pernyataan tertulis bahwa Association akan sangat dirugikan jika harus kehilangan agen sehebat Wise Crow. Wise Crow tidak bisa melakukan apa-apa lagi, Noisy Cannary masih dapat beroperasi di depan matanya.




Airul merasa sedikit lega saat Noisy Cannary beranjak ke kolam renang di belakang villa. Setidaknya hal itu akan mengurangi ketegangan yang sempat terjadi diantara mereka. Adorable Starfruit sendiri telah mengambil tindakan yang baik untuk menenangkan Wise Crow.




“Seharusnya orang itu dihukum mati” bibir Wise Crow bergetar pelan, matanya tidak lepas dari sosok Noisy Cannary yang mulai tak terlihat.




“Suatu saat nanti mungkin…” jawab Silent Rose dengan tenang. “Sekarang, biarkan dia berkicau sesukanya, sampai ajal membungkamnya.”




Pandangan mereka bertiga teralih ke ambang pintu, dimana seorang pria berbadan kekar masuk ke dalam ruangan. Badan penuh otot pria itu senada dengan rambut wajah yang membuatnya terlihat makin bengis. Airul tersenyum melihat pria itu.




“Kupikir kau tidak akan datang.” Ucap Silent Rose sambil menyalami pria tersebut




“Tetap berotot seperti biasanya, Franginpani. Aku tidak habis pikir berapa steroid yang kau habiskan.” Wise Crow kini bergantian menjabat pria kekar tersebut.




“Ini alami Crow. Kau tahu itu, laki-laki adalah lambang kekuatan. Harusnya kalian melatih tubuh kalian juga.” Jawab Lazy Franginpani.




“Oh! Aku sudah cukup puas dengan tubuhku,” seloroh Silent Rose sambil bercanda. “Lebih puas lagi dengan ini.” Tambahnya sambil menunjuk ke kepalanya, merujuk ke daya pikirnya.




“Aku rasa Starfruit akan setuju denganku, bukan begitu? Nona Crow?” Lazy Franginpani mencoba mendapatkan dukungan dari satu-satunya wanita yang ada diantara mereka.




Adorable Starfruit tertawa, “Aku cukup puas dengan apa yang kumiliki.” Jawab gadis cantik itu sambil memeluk lengan Wise Crow makin erat.




“Dan aku yakin, Crow juga puas dengan apa yang kau miliki.” Kelakar Lazy Franginpani sambil menggerakkan kepalanya seolah memperhatikan tubuh Adorable Starfruit yang indah.




“Ohh.. sangat puas pastinya.” Wise Crow menjawab sekenanya.




BERSAMBUNG



Report content on this page

Posting Komentar

0 Komentar