Bab 14
Fondo sedang duduk santai di ruangan kerjanya saat seorang pelayan memberitahukan kedatangan Eddy Arya. Tidak lama kemudian, Eddy Arya dan Eva memasuki ruangan kerja Fondo muda. Pria botak itu tersenyum lebar, sedang yang lebih menarik perhatian Fondo adalah sosok Eva yang terlihat cantik dengan balutan gaun merah menyala bermotif mawar.
"Bagaimana perjalanan, tuan Eddy?" Fondo berbasa-basi seraya menjaba tangan Eddy.
"Sangat menarik!" jawab Eddy. "Perkenalkanlah, ini Eva, hadiahmu" nada suara Eddy setengah berbisik nakal saat menyebut kata "hadiahmu" Fondo hanya tersenyum sebelum mempersilahkan keduanya duduk.
"Ngomong-ngomong, terima kasih atas hadiahmu, Trimeresurus Sumatranus bukanlah ular yang mudah ditangkap tanpa memakan korban jiwa. Sungguh luar biasa" Fondo menunjuk ke sebuah akuarium kaca yang berisi tiga ekor ular berbisa yang sangat langka,Trimeresurus Sumatranus.
"Ah itu bukan apa-apa, aku rasa hadiahku yang satu ini akan lebih menarik, Pamannya berhutang padaku, dan dia memberikan keponakannya yang muda dan cantik ini sebagai pembayaran"
" Hahaha tenang, aku belum memakainya", Eddy berkata sambil memegang bahu Eva, Eva hanya tersenyum. Memang benar, Eddy Arya hanya menikmati oral seks dari Eva.
"Aku selalu suka denganmu, dari dulu kau selalu banyak punyak kejutan, tuan Eddy"
"Yeah dan besok, mungkin aku akan mengejutkanmu dengan petarungku yang baru"
"Oh!, aku sangat tidak sabar dengan pertarungan besok"
Fondo dan Eddy tertawa bersamaan, seolah ada hal yang sangat lucu. Mau tidak mau Eva ikut tertawa. Eva memandangi isi ruang kerja itu. Tidak banyak isi ruangan yang menarik perhatiannya, saat ini yang ada di kepalanya hanyalah menjalankan apa yang sudah diperintahkan padanya, dan hanya satu benda di ruangan itu yang menarik perhatiannya, jendela tepat di belakang kursi Fondo.
Hampir selama tiga puluh menit Fondo dan Eddy bercakap-cakap santai tentang bisnis keduanya, Eva tidak memperhatikan apa yang dibicarakan oleh mereka berdua, pikirannya terlalu sibuk mengingat detail yang harus dia lakukan untuk membantu pekerjaan Silent Rose. Sesekali Eva tersenyum tersipu saat Eddy dan Fondo menggodanya, wajah cantiknya makin terlihat manis meski sesungguhnya itu hanyalah akting belaka.
"Baiklah, aku rasa aku harus kembali ke kamarku" Eddy tua beranjak dari kursinya.
"Tolong perlakukan dia dengan baik ya?", ujarnya sambil mengerling ke arah Eva. Eva hanya tersenyum.
"Malam ini akan jadi malam yang tak terlupakan baginya", jawab Fondo sambil menyalami Eddy.
Si Tua Eddy beranjak meninggalkan ruangan, kini hanya tinggal Eva dan Fondo berdua dalam ruangan itu. Eva menatap ke arah jendela di belakang kursi Fondo, sambil memicingkan matanya.
"Ada apa?", tanya Fondo melihat Eva yang tampak serius menatap ke halaman gelap di belakang.
"Apa ada orang di halaman belakang?" aku seperti melihat beberapa orang berjalan, Eva mencoba menarik perhatian.
"Kau tidak akan bisa melihat kesana, tapi dari sana pasti bisa melihat ke dalam sini", Fondo beranjak dari kursinya dan mendekat ke arah jendela, membelakangi Eva.
"Ada beberapa penjagaku disana, mungkin mereka sedang memperhatikan kita"
"Oh" Eva mendekat ke arah jendela, berdiri beberapa langkah di belakang Fondo, saat Fondo membelakanginya, Eva melirik segelas wine yang terisi separuh, dengan cepat Eva memasukkan sebutir pil ke gelas tersebut. Tanpa diketahui oleh Fondo.
Setelah memasukkan pil itu, Eva berjalan menggoda, makin dekat dengan Fondo, Fondo menoleh, memperhatikan lekuk tubuh gadis cantik itu. Tangan Fondo terjulur memeluk pinggang Eva, gadis cantik itu membiarkan Fondo menarik tubuhnya mendekat.
"Apa Wine itu enak?", Eva bertanya sambil mengerling ke arah segelas wine di meja Fondo.
"Wine dari Bordeaux buatan tahun 1969. Salah satu yang terbaik dan sulit didapat di Indonesia" Fondo menjawab dengan nada bangga di setiap kalimatnya.
"Kau pernah minum?", tanyanya kemudian.
Eva menggeleng.
"Wine dapat menaikkan gairah seksual, dan mengurangi rasa canggung. Tunggu sebentar, kuambilkan segelas untukmu", Fondo beranjak ke arah rak yang menyimpan beberapa botol wine, menuangkan segelas dan menyodorkannya ke arah Eva. Eva tersenyum dalam hati, rencananya berjalan lancar.
"Mari bersulang" Fondo meraih gelasnya di meja dan mengangkat. Gelas mereka beradu dan kemudian keduanya menenggak isi gelas masing-masing. Eva memejamkan matanya, menahan rasa manis yang sangat menusuk di lidahnya. Tak lama kemudian Eva mulai tersedak.
"Kau harus sedikit menahan nafas saat menenggak wine, tidak boleh terburu-buru, nikmati dengan lembut setiap rasa manisnya" Fondo mengajari Eva lalu memberi contoh dengan meneguk wine-nya lagi.
"Terasa sedikit panas disini" ujar Eva sambil meletakkan gelasnya.
"Efek dari Wine, kurasa. Di kamarku pasti lebih dingin, mari kita kesana" Fondo mengajak Eva untuk naik ke kamarnya. Eva menggeleng.
"Bagaimana kalau buka saja jendelanya", Eva menggenggam tangan Fondo dan melingkarkannya ke pinggang rampingnya.
"Kau ingin disini?, penjagaku di luar dapat melihat jelas apa yang terjadi disini"
"Anggap saja bonus bagi mereka", Eva mengerling manja.
"Kau nakal juga nona manis" Fondo berbisik sambil mulai mengecup telinga Eva.
"kalau itu yang kau mau, setelah kita selesai, kau akan keluar ruangan dan melayani penjaga-penjagaku di luar" ujarnya sambil meremas buah dada Eva dari luar gaunnya. Eva hanya mendesah pelan saat tangan pemuda itu bermain di dadanya.
Fondo mengecup leher putih Eva, saat tangannya terus memainkan buah dada kencang milik gadis cantik itu. Tubuh Eva terlonjak saat ciuman Fondo terus merambat ke telinganya. Eva menunduk, tangannya menggenggam bagian belakang kepala Fondo dan menarik hingga wajah keduanya berhadapan, detik berikutnya, sebuah ciuman ganas dilakukan kedua insan berlainan jenis itu.
Fondo tidak menghentikan aksinya disana, tangannya kini aktif meraih leher gaun Eva dan mulai menariknya lepas, gaun itu meluncur turun dengan mudah. Tubuh bagian atas Eva kini telanjang sempurna, satu-satunya penutup tubuh yang melekat saat ini hanyalah celana dalamnya. Tanpa menghentikan ciuman ganasnya, jemari tangan kanan Fondo menyentuh dan meremas payudara kencang Eva, kali ini secara langsung.
Eva menggelinjang dan mendesah saat tangan kiri Fondo menyusup ke dalam celana dalamnya, gadis cantik itu makin merintih saat jemari Fondo mulai bermain di liang kenikmatannya. Ciumannya terlepas, matanya terpejam, bibirnya setengah terbuka, mengeluarkan desahan-desahan penuh kenikmatan. Fondo menatap gadis itu dengan nafsu, sambil terus memainkan jarinya di vagina sang gadis, mata Fondo memperhatikan kedua payudara kencang milik gadis itu. Payudara yang terlihat proporsional, kencang dan menggoda.
Tidak perlu waktu lama bagi Eva untuk mencapai orgasme, gadis cantik itu memeluk kencang tubuh Fondo menahan gelinjang-gelinjang kenikmatan yang dia dapatkan. Setelah beberapa detik, tubuh Eva terasa lemas, Fondo menarik jarinya dari lubang surgawi gadis muda itu.
"Panas kan?, buka jendela itu dan biarkan semua penjagaku disana melihat tubuh telanjangmu" perintah Fondo pada Eva. Gadis cantik yang baru saja orgasme itu hanya tersenyum, lalu bangkit ke arah jendela dan membukanya lebar-lebar. Setelah jendela itu dibuka, dia dapat melihat beberapa orang melihat ke arahnya, para penjaga, beberapa diantara mereka menunjuk-nunjuk ke arahnya.
Dalam waktu singkat, Fondo sudah berdiri di belakang Eva, telanjang bulat, entah kapan Fondo melepaskan pakaiannya. Fondo memeluk dan meremas kedua payudara Eva dari belakang, seolah sengaja memamerka betapa kenyal dan kencangnya buah dada itu. Eva menjulurkan tangannya ke belakang, meraih batang kejantanan Fondo yang setengah mengeras, batang itu akan jadi batang ketiga yang memasuki dirinya. Dalam hati Eva menarik nafas, mencoba menyatu dengan peran yang akan dijalaninya. Dia harus melakukan ini sesuai yang diminta oleh Silent Rose.
Dengan lembut Eva melingkarkan jarinya ke batang kejantanan Fondo yang cukup panjang, mengocoknya lembut dan makin lama makin kencang. Fondo tetap mempermainkan kedua payudara kencang miliknya. Setelah dirasakan cukup keras, Eva berbalik lalu berlutut di depan Fondo, jarinya menggenggam lembut penis pengusaha muda itu dan mengarahkan penis itu masuk ke dalam mulutnya.
“Oughh…”, Fondo tidak bisa menahan lenguhannya saat Eva menghisap penisnya, dengan terampil Eva menghisap, memainkan lidah, dan menggerakkan kepalanya maju-mundur, hingga penis Fondo terkocok dalam mulutnya. Memberikan kenikmatan pada pemilik penis tersebut.
Sekitar lima menit Fondo merasakan kenikmatan di batang kejantanannya akibat permainan mulut Eva. Fondo lalu menahan kepala gadis cantik itu dan menarik lepas penisnya. Dia ingin kenikmatan yang lebih, dia ingin menyetubuhi gadis itu. Fondo semakin terangsang saat membayangkan setelah ini, Gadis cantik itu harus melayani tujuh penjaga yang kini tengah menyaksikan pertunjukan
Fondo menarik tubuh Eva hingga berdiri lalu membalikannya. Kini Eva menghadap ke luar, mempertontonkan tubuh telanjangnya ke para penjaga dari kejauhan. Fondo menekan punggung Eva, hingga Eva bertumpu pada kusen bawah jendela. Eva menggelinjang saat merasakan batang kejantanan Fondo menggesek vaginanya, batang kejantanan ketiga…
"Ahh!!..." tubuh gadis cantik itu sedikit terlonjak saat batang kejantanan Fondo menyeruak masuk. Dinding kemaluan Eva terasa merekah dan penuh saat pengusaha muda itu terus menekan penisnya masuk. Besar… belum pernah Eva disetubuhi oleh penis sebesar ini. Eva menjerit saat dengan kasar, Fondo melesakkan seluruh penisnya hingga amblas seluruhnya. Tubuh gadis itu sedikit menekuk, tangannya berpindah ke daun jendela, secara tanpa sengaja mendorong daun jendela itu.
"PRANGG!!", kaca jendela itu pecah saat bingkainya terayun menghantam dinding di baliknya, gerakan Fondo berhenti sejenak, para penjaga yang melihat mereka tidak bergerak.
"Ah biarlah!, Cuma sebuah kaca jendela", ujar Fondo mencoba kembali fokus pada kenikmatan yang dirasakannya.
Bukan hanya Eva yang mengeluarkan suara yang merangsang, di belakangnya, Fondo melenguh keenakan saat berhasil menyetubuhi gadis cantik itu dengan sempurna. Fondo jelas tidak ingin kenikmatan itu berakhir disitu, dicengkeramnya pinggul sang gadis, lalu dengan gerakan yang cepat dan dalam, mulai dipacunya kemaluan gadis muda itu. Tubuh Eva terlonjak, berusaha memperkuat pegangannya pada bingkai jendela, suara desahannya tidak lagi terkontrol. Penis yang merojok lubangnya kini terasa sangat nikmat. Eva harus mengakui, dia suka dengan rojokan penis besar Fondo.
"Ahh..ah.. ouhh.. shh.." desahan terus keluar dari bibir gadis cantik itu, Fondo menyetubuhinya dengan hebat, Eva kini benar-benar tenggelam pada kenikmatan yang diberikan oleh batang kejantanan besar yang tengah menggesek bagian terdalam kewanitaannya. Eva memejamkan matanya, kenikmatan ini benar-benar tidak bisa ditolaknya, bahkan kini terbersit pikiran untuk membiarkan Fondo menghamilinya. Eva tahu malam ini malam suburnya, Ian memberikannya pil pencegah kehamilan, namun dia tidak meminumnya. Eva tidak berencana membiarkan Fondo atau siapapun yang menyetubuhinya malam ini, untuk menyirami rahimnya. Namun kini keadaan telah berbeda.
Keringat Fondo menetes ke punggung Eva saat dia meningkatkan kecepatan rojokannya, beberapa genjotan berikutnya membuat Eva lepas kendali, setengah mengerang, gadis itu melepaskan orgasme keduanya. Kali ini terasa sangat hebat, lebih hebat dari orgasme-orgasme yang pernah dia rasakan sebelumnya. Permainan Fondo jauh diatas Ian.
Tanpa banyak bicara, pengusaha muda itu mencabut penisnya, membimbing Eva ke sofa di sudut ruangan. Nafas Fondo masih menderu, begitu juga nafas Eva, Fondo membaringkan Eva ke atas sofa, menindihnya, mengusap peluh di kening Eva yang kulit wajahnya memerah. Dan detik berikutnya, mulut gadis itu terbuka, mengeluarkan erangan tanpa suara saat batang besar Fondo kembali memasuki tubuhnya.
Kali ini Fondo menghujamkan penisnya lebih kencang dan lebih cepat, dibantu dengan gaya gravitasi yang membuat rojokannya semakin dalam. Eva hanya mendesah pasrah, tubuh telanjangnya berhimpitan tanpa cela dengan tubuh telanjang Fondo, payudara gadis itu menempel ketat pada dada bidang pengusaha muda itu. Eva mengangkat lehernya, kini lehernya bertumpu pada lengan Fondo yang memeluknya, Eva membuka kedua kakinya lebar-lebar, memudahkan Fondo untuk memacunya kencang-kencang sambil terus menindih tubuhnya. Fondo memeluk Eva, menjadikan tubuh Eva poros genjotannya. Tubuh keduanya berhimpit, hanya pinggul Fondo yang kini bergerak kencang dan cepat penuh stamina, seiring dengan makin kencangnya jepitan dinding kemaluan gadis cantik yang tengah dicampurinya.
"Ahh.. aku mau keluar cantik" bisik Fondo di telinga Eva.
"akku ahh aku sedang subur Tuan", Eva menjawab sambil terlonjak menerima genjotan Fondo yang makin cepat. Hati kecil Eva berharap Fondo mengerti dan tidak mengeluarkan benihnya di dalam.
"sempurna" jawab Fondo tanpa menjelaskan maksudnya.
Fondo mempercepat hujamannya, semakin kencang dia menghujam, dinding kewanitaan Eva semakin kencang menjepit penisnya. Fondo memeluk Eva, menindihkan tubuhnya dengan sempurna ke tubuh gadis cantik itu dan melesakkan seluru batang kejantanannya ke lubang kenikmatan sang gadis. Eva terbelalak menahan seluruh dinding vaginanya yang terasa amat penuh, dan detik berikutnya, dia merasakan cairan hangat menyemproti dinding-dinding rahimnya.
Keduanya terdiam sejenak dengan tubuh yang bermandikan keringat, keringat Eva dan Fondo telah berbaur menjadi satu lewat persetubuhan dahsyat yang baru saja mereka alami. Eva merasa sangat lemas, dia menolak memikirkan kemungkinan bahwa persetubuhan itu bisa menyebabkan kehamilan baginya. Senyum samar tersungging di bibir gadis cantik itu. Dia telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Senyum yang tidak terlihat oleh Fondo.
Fondo beranjak dari tubuh telanjang Eva, nafasnya masih berat, peluh menetes dari tubuhnya. Fondo bergerak meraih wine yang tersisa di gelasnya dan menenggak habis minuman tersebut. Eva juga ikut beranjak, tinggal satu hal yang harus dilakukan olehnya sekarang. Namun Eva tidak boleh terburu-buru melakukannya. Eva memandang jendela yang terbuka di belakang Fondo, saat ini tampaknya Fondo tidak memperhatikan jendela tersebut.
*Hebat sekali tubuhmu, cantik", puji Fondo sambil tersenyum puas. "sekarang keluar dan layanilah para penjagaku di luar sana" perintahnya kemudian.
Eva tersenyum, kalimat Fondo barusan memudahkannya. Eva memungut gaunnya dan mengenakannya kembali. Setelah rapi, Eva beranjak meninggalkan ruangan tersebut, sedang Fondo menutup jendela yang tadi terbuka.
*_*_*
Sepuluh Jam Kemudian
Beberapa petugas kepolisian berseragam tampak bergerombol di luar rumah peristirahatan Samuel Fondo. Beberapa diantara mereka tampak sibuk menjaga agar tidak ada satupun yang masuk tanpa ijin ke dalam rumah tersebut. Di bagian belakang pulau masih samar terlihat sisa-sisa asap akibat kebakaran yang terjadi beberapa jam yang lalu. Suasana pulau Iyu terlihat mencekam, sebuah helikopter kepolisian mendarat tepat di halaman depan rumah, dua orang pemuda turun, seorang petugas dengan pangkat tiga garis tegak vertikal menyambut keduanya dengan hormat.
"Jangan memberi hormat, AKP Showa" ujar Dean sambil mengulurkan tangan untuk berjabat. Dengan bingung, AKP (Ajun Komisaris Polisi) Showa menjabat tangan Dean. Rio menyusul tepat di belakangnya.
"Kami tidak perlu hormatmu, AKP" dengan kurang ajar Rio menepuk punggung AKP Showa yang jauh lebih tua darinya, secara pangkat, Rio memang lebih tinggi dibandingkan AKP Showa. "Kita satu tim, jabat tangan akan terasa lebih baik untuk sebuah kerja sama", Rio melanjutkan. Dalam hati, AKP Showa membenarkan apa yang diucapkan oleh Rio, meski sempat tersinggung dengan sikap kurang ajarnya. Hormat dapat dilakukan dengan mengangkat tangan ke kepala, namun tidak rasa hormat.
"Tolong abaikan anak buahku yang tidak sopan ini, AKP Showa" suara Dean terdengar lembut, tenang dan berwibawa. Dean memang memiliki kharisma yang berbeda dari kebanyakan orang.
"Bisa kita langsung ke TKP?"
"Asap apa itu?" Rio menunjuk ke asap kecil yang masih membumbung membelah langit biru pagi itu.
"Kebakaran hutan, terjadi beberapa saat setelah insiden itu. Kami menduga ada hubungan antara dua insiden yang terjadi dalam waktu berdekatan tersebut”" AKP Showa mencoba menjelaskan apa yang terjadi.
Suara gemuruh mesin motor menarik perhatian mereka bertiga, Dean melihat beberapa kapal yacht dan helikopter mendekat ke arah pulau. Beberapa dari kapal-kapal itu berlogo salah satu media massa ternama di Indonesia.
"Pers" Rio berkomentar. "Mereka datang secepat lalat yang mengerubungi bangkai tikus"
"Jaga mulutmu, Rio*, Dean mengingatkan. "Lebih baik kita segera masuk ke TKP, AKP Showa"
"Lewat sini, Detektif"
AKP Showa membawa kedua detektif muda itu ke ruangan kerja Samuel Fondo yang telah dipagari oleh pita police line. AKP Showa masuk ke dalam ruangan tersebut, diikuti oleh Dean dan Rio. Kedua detektif muda itu segera melihat kondisi ruangan dengan seksama, sebagian besar ruangan itu tampak rapi, kecuali di salah satu sudut ruangan terdapat banyak pecahan kaca, sebatang ranting kecil dan sebuah rangka bekas akuarium terletak di atas meja tidak jauh dari pecahan kaca tersebut.
Samuel Fondo ditemukan tewas pagi ini oleh seorang pelayan yang hendak membersihkan ruangan in I pukul lima pagi, tim forensik telah melakukan beberapa analisa penyebab kematian AKP Showa mulai menceritakan inti dari kasus kali ini
"Biar kutebak, dia meninggal dengan bekas gigitan di tubuhnya?" Rio memotong ucapan AKP Showa. AKP Showa terdiam dan menatap heran pada detektif muda di depannya.
"Bagaimana anda bisa tahu?"
"Akuarium itu" Rio mendekat ke arah akuarium di atas meja.
"Akuarium ini pecah dan tidak ada air yang membasahi sekitar, malah ada ranting ini" Rio memungut ranting yang terjatuh di dekat meja.
"Rio! Jangan sentuh apapun, gunakan pinset atau sarung tanganmu" Dean menghardik Rio.
"Akuarium dengan ranting, menurutku akuarium ini digunakan sebagai kandang hewan reptil" Rio meletakkan kembali ranting yang dipungutnya dan memasang sarung tangan karetnya. "Pertanyaanny, reptil kecil apa yang muat ke akuarium ini dan bisa cukup mematikan?"
"Anda luar biasa", nada kekaguman terdengar dari kalimat yang diucapkan AKP Showa. Bagi orang yang belum pernah melihat Rio, mungkin itu adalah hal baru yang hebat. Namun bagi Dean, itu hanyalah analisis singkat yang disampaikan dan dilakukan dengan baik oleh Rio, seperti yang biasa dilakukan detektif cerdas itu.
"Ada reptil yang ditemukan bersama dengan kematian Fondo?" Dean bertanya
"Kurasa ular" belum sempat AKP Showa menjawab, Rio memotong terlebih dahulu. "Ular kecil yang berbisa"
"Ular Kapak Sumatra, sangat langka dan mematikan, nama latinnya Trimeresurus Sumatranus"
kami menemukan dua ekor ular Kapak bersembunyi di bawah sofa. Tentu ular itu telah dilumpuhkan dan ditangkap. Tim Forensik telah menyatakan bahwa bisa ular itu sama dengan racun yang menyebabkan kematian Samuel Fondo”, AKP Showa melengkapi analisa Rio.
"Berarti Fondo terbunuh akibat gigitan ular peliharaannya sendiri?" Dean mencoba menegaskan situasi yang terjadi.
"Benar sekali, detektif." AKP Showa membenarkan.
"Jika saja tidak terjadi kebakaran hutan, mungkin aku tidak berpikir untuk memanggil kalian, aku rasa ada yang tidak beres disini"
"Langkah yang cerdik, Kapten", Rio memuji AKP Showa. "Penyebab kebakaran?"
"Lampu tembok yang pecah, satu pondok terbakar, satu korban jiwa. Kepala pengawas di hutan belakang, itu yang dikatakan ahli forensik"
"Kalau begitu sebaiknya kita memeriksa TKP di hutan" ujar Dean.
Rio diam, masih memandang sekitar dengan penuh rasa penasaran, terlalu banyak kejanggalan yang terjadi di ruangan ini, seperti bagaimana mungkin sebuah akuarium pecah tanpa terguling, jika memang dapat serangan dari ular, kenapa Fondo tidak bergegas keluar dari ruangan?. Banyak sekali kejanggalan-kejanggalan, namun entah mengapa, Rio sendiri merasa dia melewatkan sebuah petunjuk penting.
Di bawah mereka, di atas karpet hijau yang jadi alas ruangan itu, beling-beling kaca tampak berkilauan disiram cahaya matahari pagi yang menyusup masuk lewat jendela di belakang meja kerja Fondo. Sebuah gelas wine yang sudah habis isinya diam rapi di atas meja kerja itu. Rio memandang beling-beling kaca tersebut sebelum menyadari sesuatu, detektif muda itu lantas berjongkok dan menyingkirkan beberapa pecahan beling di karpet. Rio tersenyum saat melihat bagian karpet yang belum mengering, dan saat dia memandang daun jendela yang kacanya pecah, senyumnya semakin lebar.
"Sebaiknya kita segera ke TKP selanjutnya, AKP Showa. Tolong antarkan kami" Dean meminta AKP Showa untuk mengantarkan mereka ke hutan belakang pulau.
"Tunggu dulu, Dean.." Rio berbalik menghadap keduanya dengan senyum terkembang.
"Sebelum kita ke TKP selanjutnya, ada baiknya aku menceritakan apa yang terjadi pada Samuel Fondo beberapa jam yang lalu"
*_*_*
10 jam sebelumnya…
"Syukurlah" , ian menarik nafas panjang setelah melihat daun jendela ruang kerja Fondo kembali tertutup. Dia melirik arlojinya untuk memastikan sisa waktu yang dimilikinya. "Lima menit lagi" gumamnya. Lazy Franginpani berdiri tepat di sebelahnya, mengamati apa yang akan dilakukan oleh Silent Rose muda ini.
*Apa ada halangan?" Franginpani berbisik. Ian menggeleng.
"Tidak, semua sesuai perhitungan, pil yang dimasukkan ke dalam wine favorit Fondo mengandung obat kuat yang dapat membantunya menikmati seks terhebat di sisa umurnya. Satu jam, sesuai perhitungan, sekarang Eva punya waktu lima menit sebelum Tetradoxin dalam pil itu bekerja. Tolong berikan aku freezer kecil itu
Di dalam ruang kerjanya, Fondo belum menyadari adanya bahaya yang mengancam, wajahnya terlihat lelah namun penuh kepuasan. Bisa dibilang, persetubuhan yang baru saja ia rasakan merupakan persetubuhan terhebat yang pernah ia rasakan. Terbersit keinginan untuk mengulangi persetubuhan itu lagi besok. Kalau saja dia tahu, tidak ada hari esok untuknya, mungkin dia takkan setenang ini.
Perhatian Fondo teralihkan oleh bunyi benturan kaca, Fondo memandang ke dua ekor ular Kampak Sumatra di dalam akuarium. Kedua ular itu bertingkah aneh, mendesis dan membentur-benturkan kepalanya ke kaca, seolah hendak menyerang Fondo. Didorong oleh rasa penasarannya, Fondo mendekat ke akuarium berisi ular tersebut. Dan saat itulah terjadi hal yang mengejutkannya. Begitu Fondo sampai tepat di samping akuarium itu, dia merasa tubuhnya mengejang, Fondo merasa tubuhnya mendadak kaku, tidak satu jaripun dapat digerakkan olehnya.
"Sempurna" gumam Silent Rose yang mengawasi semua itu dari binocular senjata laras panjangnya. Tanpa banyak bicara Ian membidik ke arah kandang kaca berisi dua ekor ular itu, dan detik berikutnya, Silent Rose melakukan gerakan terakhirnya, menekan tuas senjata.
Senjata yang telah dimodifikasi itu memuntahkan isinya tanpa suara kencang, hanya letupan kecil yang sukar didengar bahkan dari tempat Lazy Franginpani berdiri. Sebutir peluru yang terbuat dari es padat meluncur kencang, melewati kaca jendela yang telah dipecahkan, lalu menghantam dinding kandang kaca, sekaligus memecahkannya. Dua ekor ular berbisa yang ada di dalam kandang serta merta melemparkan diri mereka ke lantai, sebelum keduanya mendesis, dan mulai menyerang Fondo yang masih belum bisa bergerak sedikitpun. Bukan hanya satu atau dua patokan, kedua ular itu berkali-kali mematok lengan, pundak dan kaki Fondo, seolah hendak menghabiskan bisa yang ada dalam tubuh keduanya. Fondo tak bisa melawan, tidak jika dia saja tak punya daya untuk menggerakkan lidahnya.
milik Silent Rose. Beribu pertanyaan muncul di benaknya.
"Tetradoxin" Silent Rose bicara, seolah dapat membaca pertanyaan yang muncul di benak Lazy Franginpani. “adalah bahan utama racun yang dapat menyebabkan paralyze, kondisi dimana semua syaraf tidak dapat merespon perintah dari otak”.
"Aku tahu itu" Lazy Franginpani menimpali.
"Kau menggunakan peluru es karena es akan mencair, sehingga menghilangkan jejak. Pecahnya kaca jendela akibat gerakan tangan Eva juga bukan ketidaksengajaan kan?. Yang aku tidak mengerti adalah, kenapa kedua ekor ular itu menyerang Fondo berkali-kali?, biasanya ular akan lari setelah sekali-dua kali mematuk"
"Mereka bereaksi terhapa phremoin yang memancing mereka untuk menyerang. Eva membalurkan zat itu ke seluruh tubuhnya, dan itu menempel saat Fondo menyetubuhi Eva. Setelah mengeluarkan semua bisanya, ular-ular itu akan mati sendiri"
Lazy Franginpani menggelengkan kepalanya. _Luar biasa, kau lebih cerdik dari Ayahmu"
"Tidak ada waktu untuk bengong. Ayo kita selesaikan buruanmu, bantu aku membawa senjata ini" Silent Rose berkata seolah tak mau kehilangan waktu barang semenit.
*_*_*
Suasana hutan malam itu sangat lengang, beberapa penjaga tampak siaga di pos tinggi masing-masing. Belum ada yang tahu apa yang terjadi pada Samuel Fondo, Ian bergerak dalam gelap, mengenakan tech-bodysuit 03, barang buatan Association yang berbentuk seperti pakaian ketat berwarna gelap. Pakaian itu dapat meningkatkan kemampuan motorik penggunanya, Silent Rose sengaja memesannya karena kali ini dia ingin berhadapan langsung dengan target ;
"Ada empat pos penjagaan yang terlihat dari sini"suara Lazy Franginpani terdengardari earphone kecil yang menempel di telinga Silent Rose.
"Lakukan seperti yang kuminta, jatuhkan satu-satu dengan peluru bius, menurutmu dimana Noisy Cannary berada?"
"Di pondoknya, tujuh ratus meter dari pintu gerbang"
“Jangan berpikir naif, Franginpani. Kau sudah berkali-kali datang ke pulau ini, tentu dia sudah menyadari keberadaanmu. Apa tidak ada tempat tertutup lain selain itu?”.
“Hmm…, ada sebuah gudang lama yang tidak terpakai. Sekitar tiga ratus meter dari pintu gerbang. Tapi, penjagaan paling berat ada di pondok utama”.
"Mereka agen tipe B, mereka ahli dalam strategi dan mengecoh, untuk menghadapi mereka kita harus berpikir berbeda" Silent Rose memberi tekanan pada kata "berbeda".
"Bodysuit ini memiliki baterai yang bisa bertahan sekitar tiga jam berlari, aku akan mampir ke gudang lama itu dulu, jika aku salah, kita masih punya kesempatan untuk menyerbu pondok utamanya dari depan"
"Aku serahkan padamu, Silent Rose" jawab Lazy Franginpani.
"Bagus, lumpuhkan penjaga pos sekarang"
Segera setelah Silent Rose memberi kode, sebuah tembakan jitu melemparkan peluru demi peluru ke arah tali penggantung lampu pada pos-pos tinggi yang berjaga. Satu persatu lampu itu jatuh, tepat mengenai kepala para penjaganya, membuat para penjaga tidak sadarkan diri.
Silent Rose berlari, dengan bantuan bodysuit itu dia dapat berlari dengan kecepatan yang tinggi, dengan sigap Silent Rose menembakkan peluru-peluru bius ke para penjaga yang dilewatinya. Lazy Franginpani melihat dengan seksama dari binocular senjata laras panjangnya. Mengikuti gerakan Silent Rose yang sangat cepat. Ian berlari ke arah gudang tua, sekilas dia melihat penerangan samar dari dalam gudang berdinding kayu tersebut.
"Target ditemukan", ucapnya pada Lazy Franginpani. Ian yakin betul bahwa Noisy Cannary bersembunyi di dalam gudang tua itu. Pondok utama dengan penjagaan sedemikian ketat, hanyalah pengalih perhatian saja.
Ian mempercepat larinya, melompat ke arah pintu berbahan kayu yang terlihat lapuk, tanpa ragu Ian melompat menerjang ke arah pintu, menghantamkan sarung tangan gauntlet berbahan besi di tangannya ke arah pintu.
BRAKKK!!!.
Pintu itu hancur seketika, Ian dapat melihat sekelebat bayangan yang bergerak terkejut, berusaha mengambil sesuatu. Namun dengan bantuan bodysuit, Ian jadi lebih cepat bergerak. Ian menerjang sosok itu, tangannya mencengkeram leher lawannya dan dengan memanfaatkan berat tubuhnya Ian menjatuhkan sosok itu.
Tangan kiri Ian yang bebas meraih sebuah suntikan kecil di saku lengannya dan dengan cepat menancapkan ke leher sosok yang kini dikuncinya itu. Sosok itu meronta, Ian menyalakan senter di bahu bodysuit-nya. Seorang pria tua, berumur sekitar empat puluhan, masih terlihat cukup kuat. Pria tua itu meronta dengan tenaga cukup besar. Jika saja tidak mengenakan Bodysuit, mungkin Ian telah terlempar.
"Kau Noisy Cannary?!" bentak Ian.
"Ya!" jawab pria itu. Ian tahu pria itu tidak bohong, yang baru saja disuntikannya adalah serum kejujuran buatan Ayahnya sendiri, serum rahasia yang sempat sangat diinginkan Association. Ayahnya harus berbohong pada Association dengan mengatakan bahwa serum itu gagal.
"Kau tahu siapa aku?!" bentak Ian lagi.
"Silent Rose"
Jawaban Noisy Cannary mengejutkan Ian, bagaimana mungkin Noisy Cannary dapat dengan mudah mengenalinya?, dia tidak mirip dengan Ayahnya.
"Kau, putra Silent Rose" tambahnya kemudian.
"Informasi apa yang kau rahasiakan dari Ayahku?!" Ian tidak mau membuang waktu.
Senyum sinis tersungging di bibir Noisy Cannary.
"Kalau Wise Crow membiarkanmu ada disini, itu artinya Deadly Orchid telah bergerak" ujarnya penuh tanda tanya.
"Jawab pertanyaanku!!" Ian membentak lagi. Tampaknya efek serum kejujuran tidak berlangsung cukup lama.
"Temukan sendiri jawabannya di Bank Emerald bandung"
Ian mengencangkan cengkeramannya di leher Noisy Cannary.
"Apa maksudmu dengan Deadly Orchid?"
Noisy Cannary diam, Ian menangkap sesuatu yang tidak wajar di pandangan mata Noisy Cannary, pandangan itu adalah tatapan mata seseorang yang sudah siap menjelang kematian. Samar, Ian melihat gerakan lidah di dalam mulut pak tua itu.
"Bangsat!!", Ian mengumpat sambil mencengkeram rahang pak tua itu, memaksa mulut pria tua itu terbuka sedikit. Samar-samar Ian dapat melihat sebutir kapsul meluncur ke tenggorokan pak tua itu. Ian mencoba menghentikannya, namun terlambat. Beberapa detik kemudian, apapun yang ditelan oleh orang tua itu, menunjukkan reaksinya. Mata Noisy Cannary membelalak seketika, nafasnya seolah tertahan selama beberapa detik, sebelum lemas tanpa tanda-tanda kehidupan.
Ian melepaskan cengkeramannya dan beranjak sambil mengumpat. Dia tidak menyangka Noisy Cannary telah menyiapkan cara untuk bunuh diri dalam keadaan terpojok. Ian benar-benar kesal, ia merasa tinggal selangkah lagi dengan tanda tanya mengenai kematian sang Ayah. Dengan kesal dihantamkannya gauntlet berbahan besi ke pelipis kanan Noisy Cannary yang sudah tak bernyawa.
"Ada apa?, Rose?" suara Lazy Franginpani mengembalikan kesadaran Silent Rose. Ini bukan saat yang tepat untuk jadi emosional dan sentimentil.
"Noisy Cannary telah mati, aku akan membakar tempat ini, jemput Eva dan bawa ke dermaga rusak di samping pulau, aku menunggu kalian disana. Misi selesai", Ian mencoba menyembunyikan emosinya.
"Oke, kita bertemu disana setengah jam lagi"
Ian berdiri tegak, memandang isi gudang lama yang berantakan itu. Tanpa ekspresi, Ian mengeluarkan sebotol kecil bensin yang tergantung di sabuknya. Ian menyiramkan isi botol itu ke tubuh Noisy Cannary, mengambil beberapa foto dengan kamera digitalnya, dan menyalakan api. Ian sempat bertahan beberapa menit untuk memastikan api melalap habis tubuh Noisy Cannary. Setelah itu, Ian kembali berlari ke dermaga di samping pulau.
*_*_*
AKP Showa masih tampak kagum dengan reka ulang kejadian perkara yang disampaikan oleh Rio. Detektif muda itu memaparkan segala kemungkinan hasil analisanya dengan percaya diri. Mereka ini berada di puing-puing gudang yang telah terbakar habis, berdiri tidak jauh dari bangkai Noisy Cannary yang terbakar.
"Aku berani bertaruh, ada zat semacam feromon ditemukan di kulit luar Samuel Fondo. Dan kepala pengawas yang mati terbakar ini, pasti dia ada hubungannya dengan sang pembunuh. Aku ingin data penuh tentang orang ini dan Samuel Fondo", Rio berbicara dengan tegas, Dean mencatat apa yang diucapkan anak buahnya yang berlagak seperti bos. Dean sudah terbiasa dengan sikap arogan yang dimiliki oleh Rio.
"Tapi siapa yang dapat melakukan pembunuhan terencana seperti itu?" AKP Showa bertanya.
"Hanya ada satu tersangka yang muncul di pikiranku, Kapten. Dan itu juga jadi alasan yang membawa kami kemari" jawab Dean sambil memeriksa smartphone-nya.
"Silent Rose", Rio menunjukkan putung rokok yang dipungutnya di jalan menuju ke gudang tua itu. “Dan kami sudah semakin dekat dengannya”.
BERSAMBUNG
Report content on this page
0 Komentar