Ruang VIP tempat Hendra dirawat sangat sunyi siang itu, Alya dan Dodit yang biasa menemani Hendra turut tertidur karena kelelahan. Alya terlelap di pembaringan penunggu pasien di samping ranjang Hendra, sementara Dodit duduk di kursi. Dodit lebih memilih menemani calon kakak iparnya karena di rumah Anissa bertingkah laku aneh tidak seperti biasanya. Gadis itu juga tidak menjawab WhatsApp maupun panggilan telponnya, entah apa yang telah terjadi kepada gadis tunangannya itu sehingga sikapnya berubah total. Sendirian saja di ruangan yang sepi, Doditpun akhirnya tertidur, ia terlelap sambil duduk di kursi.
Setelah beberapa kali kepalanya tersentak ke bawah, Dodit terbangun dari tidurnya. Saat ini dia masih berada di kamar VIP Mas Hendra. Calon kakak iparnya itu masih tergolek lemah di ranjang rumah sakit, tertidur oleh pengaruh obat yang menenangkan, entah kapan Hendra bisa mulai sadar dan berinteraksi kembali, hari ini kondisi kesehatannya sangat drop dan sempat mengkhawatirkan, namun dokter sudah datang dan mengisyaratkan kalau Hendra hanya harus beristirahat total.
Kamar VIP yang dihuni oleh Hendra memiliki fasilitas berlebih, terdapat satu pesawat televisi, kamar mandi, lemari pendingin, bahkan terdapat satu ranjang tambahan untuk penunggu pasien. Pembaringan itu biasanya dipakai Mbak Alya, kalau harus bermalam, Dodit memilih tidur di lantai beralaskan tikar tebal.
Siang itu Dodit tertidur saat duduk di kursi sementara Mas Hendra dan Mbak Alya terlelap di ranjang masing-masing. Dodit merenggangkan tangan dan menguap lebar-lebar, capek dan pegal sekali rasanya.
Tiba-tiba terdengar suara desahan.
“Ohh… ehhhmmm…”
Suara apa itu? Dodit melirik ke arah Mas Hendra, masih tetap tidur dengan tenang, siapa yang tadi mendesah? Kali ini Dodit melirik ke arah Mbak Alya. Pemuda itu langsung terkesiap dengan pemandangan indah yang ia lihat. Alya yang sedang tidur nyenyak tanpa sadar menarik rok yang ia kenakan hingga tersingkap ke atas. Mungkin sekali, Alya juga tengah bermimpi sedang bermain cinta dengan seseorang karena desahan-desahan erotis kadang terdengar lirih dari mulutnya. Dengan pandangan yang menatap tajam ke arah paha mulus Alya, Dodit menelan ludah.
Berulang kali Dodit mengusap muka dan berusaha menekan hawa nafsunya, pemuda itu sudah mencoba mengalihkan pandangan ke jendela, tabung oksigen, meja, keranjang buah, televisi, tapi tidak ada satupun yang berhasil menghilangkan pikirannya yang mesum pada Mbak Alya. Sekali lagi Dodit melirik ke arah Alya, alangkah indahnya pemandangan yang ia saksikan. Paha mulus Mbak Alya sudah terlihat utuh hingga sampai ke selangkangannya. Sedikit lagi rok itu tertarik ke atas, Dodit pasti bisa melihat celana dalam yang dipakai oleh calon kakak iparnya itu.
Dodit mengerang, batinnya berkecamuk, terjadi perang antara akal sehat dan nafsu birahi. Dodit menggelengkan kepala mencoba menghapus pikiran busuknya. Mbak Alya adalah calon kakak iparnya. Calon kakak iparnya! Pemuda macam apa dia ini? Tidak tahu malu! Sebentar lagi dia akan menikah dengan seorang gadis yang alim dan manis yang telah susah payah menjaga keperawanan hanya untuk dipersembahkan padanya, sedangkan dia malah nafsu melihat keseksian kakak ipar tunangannya. Tidak, Dodit ingin menjadi pria yang baik dan setia bagi Anissa.
Dodit mencari-cari bungkus rokok di dalam kantong sakunya, ia menjumput satu batang, menjepit rokok itu dengan bibir lalu mencari-cari korek gas di dalam saku lain. Satu-satunya cara untuk menghapus pemandangan indah ini adalah dengan merokok di teras di luar kamar dan…
Rokok Dodit jatuh ke atas lantai. Mulutnya menganga.
Rok Alya tersingkap makin naik, seluruh pahanya sudah bisa terlihat dengan jelas, bahkan kini celana dalamnya pun sudah terlihat seutuhnya. Celakanya, calon kakak ipar Dodit itu mengenakan celana dalam yang tipis menerawang sehingga Dodit bisa melihat apa yang ada di balik celana dalam. Mulut pemuda itu menganga karena terkesima, sangat indah! Sangat indah sekali!
Pikiran alim Dodit sudah melesat meninggalkan raganya. Buru-buru pemuda itu mengambil telepon genggamnya dan segera menyiapkan handphone. Ia tidak akan melewatkan pemandangan seindah ini! Mas Hendra dan Mbak Alya sudah sama-sama lelap dan tidak akan sadar Dodit mengambil gambar-gambar seksi calon kakak ipar dengan kamera ponselnya. Pemuda itupun segera memotret paha dan selangkangan mulus Alya dari berbagai sudut.
Setelah puas mengambil gambar, Dodit melangkah masuk ke kamar mandi, mengunci pintu dan membuka celananya. Ia melucuti celana yang ia kenakan berikut celana dalamnya, setelah itu Dodit membasahi kemaluannya dan mengambil sabun. Sambil membuka file gambar yang berisikan pemandangan paha dan selangkangan Alya, pemuda itu memuaskan birahinya dengan mengocok kemaluannya.
“Uhhhhmmm… Mbak Alya… ohhhhmmm… Mbak Alyaaaa…” desahan memanggil nama calon kakak ipar keluar dari mulut Dodit. Seluruh perasaan galau karena selalu gagal menggauli Anis tumpah ruah kali ini dan yang menjadi fantasi pemuda itu tak lain adalah calon kakak iparnya yang sangat seksi.
Telegram : @cerita_dewasaa
Sambil berlutut di hadapan kaki Anis yang ditutup rapat, Pak Bejo menggeram. “Buka kakimu! Jangan main-main, anak manis! Aku tahu kalau sebenarnya kau merindukan penisku yang keras ini menjejal di dalam liang memekmu, kan?” tangan Pak Bejo menggenggam erat pergelangan kaki Anissa. Gadis muda itu berusaha melawan dan meronta, tapi Pak Bejo terlalu kuat, ia berhasil membuka paha Anis dengan sedikit paksaan.
Anissa mengerang takut ketika Pak Bejo menarik pergelangan kakinya. Kedua kaki Anis kini diletakkan di samping pinggul Pak Bejo. Pantat Anis diangkat dari tempat tidur sementara pria tua itu meremas-remas pantat sang gadis muda yang ketakutan di depannya. Pak Bejo merenggangkan kaki Anis lebih lebar lagi dan ia membungkuk ke depan, membimbing belalainya yang mulai membesar ke arah memek Anis.
Anissa menahan nafas karena takut, ia merasakan kengerian membuncah di dalam hati ketika bibir kewanitaannya bersentuhan langsung dengan kontol besar Pak Bejo. Dengan senyum menggoda, Pak Bejo mengoles-oleskan ujung gundul kemaluannya ke bibir bawah vagina Anis, rangsangan itu membuat cairan cina Anis meleleh tanpa bisa dibendungnya. Pak Bejo menggerakkan kontolnya naik turun dan dengan sengaja dioles-oleskan ke bibir kemaluan sang dara, pria tua itu seakan meratakan cairan cinta yang meleleh di bibir kemaluan Anis ke seluruh bagian bibir vaginanya.
Akhirnya, dengan penuh nafsu, pria tua bejat itu menatap lekat mata Anis. “Saatnya melakukannya, ya sayang?” Pak Bejo terkekeh sadis.
Anissa menggeleng dan mencoba meronta, tapi ia tidak mampu berbuat banyak karena selain kakinya dijerat oleh kaki Pak Bejo, kini giliran kedua lengannya ditahan di sisi ranjang oleh tangan sang lelaki tua bejat. Ingin rasanya Anis berteriak, tapi ia tahu sia-sia saja melawan pria tua menjijikkan ini.
Dengan satu sentakan penuh tenaga, Pak Bejo mendorong penisnya ke depan, masuk ke dalam memek Anissa dengan satu tusukan yang sangat menyakitkan, Anissa melenguh karena kaget dan merasa perih, bibir memeknya terbelah dan vaginanya menelan batang kontol Pak Bejo. Ukuran penis Pak Bejo yang besar memenuhi rapat liang kewanitaan Anis. Tak mau menahan diri lagi, Pak Bejo terus menyorongkan kemaluannya hingga ujung terdalam vagina Anissa.
Terdengar suara kecipak becek memek Anis, tak terasa, seluruh batang kemaluan Pak Bejo telah melesak ke dalam. Anissa menarik nafas yang terasa berat, matanya terbelalak dan ia bisa merasakan ukuran sesungguhnya dari penis Pak Bejo yang kian lama kian membesar di dalam memeknya.
“Hrghhh!! Bisa kau rasakan itu, manis? Memekmu yang rapet meremas-remas kontolku!” Pak Bejo tertawa menghina, “pasti ini pengalaman baru bagimu ya sayang? Enak kan dientoti terus sama Pak Bejo? Kalau sudah merasakan kontolku, aku yakin kamu tidak akan mau disetubuhi calon suamimu yang kontolnya seupil itu!”
“Tidak mauu…” Anissa merintih, kesadarannya mulai melayang karena rasa sakit yang ia rasakan mulai menguasai seluruh tubuhnya.
Tangan kotor Pak Bejo merenggangkan bokong Anissa dengan kasar, lalu sambil menggemeretakkan gigi dengan gemas, Pak Bejo menusuk memek Anis sekuat tenaga. Anis memejamkan mata, besarnya ukuran penis Pak Bejo membuatnya merem melek, ia bisa merasakan tiap sudut batang kemaluan pria tua cabul itu, tiap urat yang menonjol, benjolan kecil atau permukaannya yang kasar, semua bisa ia rasakan. Pak Bejo menggiling liang kewanitaan Anis dengan gelombang serangan bertubi-tubi sampai akhirnya ujung gundul kontol Pak Bejo menabrak ujung terdalam liang rahim gadis muda itu.
Anissa mengembik kesakitan, ukuran penis besar milik Pak Bejo membuatnya tak bisa menahan air mata yang mengalir. Seakan-akan sebatang tiang listrik dilesakkan ke dalam kewanitaannya. Sambil meringis kesakitan, Anis berusaha meronta dan melepaskan diri dari tusukan Pak Bejo. Selangkangannya terasa sangat panas dan nyeri, namun ketika dia meronta, gerakannya malah membuat Pak Bejo makin keenakan. Pria tua itu sudah gelap mata dan terus menusuk ke depan, menimpakan seluruh berat tubuhnya ke badan Anissa.
“Oooohhhh, memekmu rapet bangeeet!” Pak Bejo terengah-engah menyetubuhi Anissa.
Ia menarik bokong gadis itu ke belakang dan tubuh mereka saling menampar dengan penis yang masih tertanam di dalam vagina Anis. Kemaluan Pak Bejo merenggang hingga ke ukuran terbesarnya, ia menggoyangkan pinggulnya dan menggiling liang kewanitaan Anissa sampai ke dalam leher rahimnya.
“Mas Dodit… maafkan akuuu… a-aku tidak kuat…” desah Anissa dalam keputusasaannya, ia bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar dan menyerah dalam pelukan sang lelaki tua. Ia belum pernah merasakan gelombang kenikmatan seperti ini menyapu seluruh tubuhnya. Perlahan-lahan, Anissa mulai menggoyangkan pantat agar kemaluan Pak Bejo bisa masuk ke dalam memeknya lebih dalam lagi.
Pak Bejo puas melihat takluknya Anissa. “Enak kan sayang? Enak kan kontolku? Bisa kau rasakan gerakan kontolku di dalam liang rahimmu, sayang? Bisa kau rasakan geliat kontolku di dalam liang yang telah aku perawani? Bagaimana rasanya disetubuhi seorang pria sejati, sayang? Berbaringlah dan rasakan kenikmatan permainan cinta yang sesungguhnya.” Tiap kata yang diucapkan Pak Bejo bagaikan pisau yang menusuk perasaan Anissa, dia terhina sekaligus menginginkannya.
Karena gerakan pantat Anissa itu melambat, Pak Bejo menarik pinggul gadis itu dan memompakan tubuh mungilnya itu ke arah kemaluannya yang masih tertanam di dalam memek. Pak Bejo menarik kemaluannya keluar dari memek Anissa, menimbulkan rasa sakit karena gesekan yang membakar dinding kewanitaan liang cinta Anis. Lalu dengan kecepatan tinggi, pria tua bejat itu menumbuk vagina Anissa tanpa ampun, berulang kali menusuk hingga terdengar suara kecipak campuran air cinta Anis dan penyerangnya.
“Oghh! Ouughhhhh! Ougggggggghh!!” Anissa mengerang tak berdaya. “Ahhhh!! Ahhhh!!”
Detik demi detik berlalu, Anissa memejamkan matanya, gerakan Pak Bejo makin lama makin stabil, dia ingin seperti ini terus, nikmat luar biasa yang berasal dari selangkangannya membuat Anissa terbang ke angkasa, ia tidak ingin Pak Bejo berhenti. Ia ingin terus disetubuhi. Sejenak Anissa lupa, bahwa pria yang tengah memberikan kenikmatan ini bukanlah orang yang pantas menjadi suaminya.
Kontol tua Pak Bejo keluar masuk dengan mantap menyetubuhi memek Anissa yang basah oleh cairan cinta. Ketika membuka matanya, Anissa mengalihkan pandangan ke arah cermin yang berada di meja riasnya. Bayangan yang berada di cermin membuat gadis itu bergidik ngeri. Tubuh gemuk sang pria tua memeluk erat paha Anis sambil memaju mundurkan pinggul untuk melesakkan kemaluan ke dalam vaginanya. Anissa menatap cermin dengan pandangan tak percaya namun pasrah, ia benar-benar sedang disetubuhi oleh Pak Bejo, orang yang juga telah memerawaninya. Yang lebih menyakitkan lagi bagi Anissa adalah, karena Pak Bejo adalah orang pertama yang memerawaninya, ia merasa begitu nikmat bersetubuh dengan pria tua itu, ia ingin lagi… lagi… dan lagi.
Nafas pria tua itu menjadi lebih pendek dan kembang kempis beberapa menit kemudian, begitu juga dengan gerakan maju mundurnya yang makin lama makin cepat. Ujung gundul kemaluan Pak Bejo makin membesar dan bisa dirasakan perubahannya oleh Anissa. Gadis itu membelalakkan mata dengan ngeri, inilah dia saatnya, pria tua itu akan orgasme di dalam vaginanya! Bayangan tubuhnya yang seksi di bawah pelukan lelaki tua gemuk buruk rupa yang menyemprotkan cairan sperma hangat di dalam vaginanya membuat Anissa muak. Apa yang akan terjadi seandainya ia hamil nanti?
“Ja-jangan di dalam… jangan… aku tidak mau hamil…” protes Anissa di sela-sela desahan nafsunya.
“Diam saja, anak manis.” Sergah Pak Bejo.
Saat yang dinanti pun tiba, Pak Bejo mengangkat kepalanya dengan penuh kenikmatan, ia melolong pelan dan bulat matanya berputar ke belakang hingga hanya bagian putihnya saja yang terlihat. Pria tua itu benar-benar mengalami sensasi kenikmatan yang luar biasa. Anissa memang kalah jelita dibanding Alya yang jauh lebih feminin dan lebih matang, tapi vaginanya yang masih rapat memberikan kenikmatan hingga ke atas awan. Pak Bejo memeluk Anis erat-erat dan menyemprotkan semburan hangat air maninya ke dalam memek dara muda yang basah itu. Anissa hanya bisa terisak histeris karena dia tidak ingin hamil oleh sperma pria busuk ini.
Pak Bejo ambruk ke atas tubuh Anissa. Gadis itu masih terus terbaring di bawah tubuh Pak Bejo yang gemuk sambil menangis sesunggukan. Ia bisa merasakan kontol Pak Bejo yang masih tertanam di dalam liang rahimnya perlahan mengulir keluar. Mereka terdiam seperti itu untuk beberapa saat lamanya sampai Anissa mulai merasakan berat tubuh Pak Bejo membebaninya. Dengan tenaga yang tersisa, Anis bergerak ke samping mencoba melepaskan diri dari pelukan Pak Bejo. Lelaki tua itu mengerang malas dan ambruk ke samping dengan wajah memerah karena kelelahan.
Puas sekali rasanya ia bisa menikmati tubuh Alya dan adik iparnya, Anissa. Dua hari ini Pak Bejo merasakan nikmatnya hidup bagai seorang raja yang memiliki banyak harem. Suara berkecipak menandai lepasnya kemaluan lelaki tua itu dari bibir vagina Anis, air cinta yang bercampur di dalam memek Anispun ikut menetes keluar, leleh seakan menangis.
Anissa memejamkan mata di samping Pak Bejo tanpa berani mengeluarkan sepatah kata, gadis cantik itu terbaring dengan kaki yang terbentang lebar usai digauli dan air mata yang mengalir deras membasahi pipi. Pak Bejo meringis puas sambil menatap tubuh telanjang Anissa dari kepala hingga ke ujung jempol kaki. Keindahan tubuh gadis muda ini telah menjadi miliknya.
“Bagaimana rasanya disetubuhi pria tua seperti saya, Non Anis?” Pak Bejo terkekeh puas, “Kok diem aja? Pasti enak ya merasakan penis besar seperti yang aku punya? Kalau nggak percaya, coba saja rasakan punya Dodit, pasti kalah. Berani jamin.”
Sambil tertawa terbahak-bahak, tangan Pak Bejo maju ke depan, menyelip di antara paha Anis yang basah dan menangkup bukit kemaluan lembut gadis itu. Anissa terisak lagi tanpa bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa membiarkan jari jemari nakal Pak Bejo mempermainkan bibir vaginanya. Pria tua itu membuka lebar-lebar bibir kemaluan Anissa sampai-sampai gadis itu merasa risih, apalagi cairan cinta bercampur sperma Pak Bejo masih meleleh keluar dari sela-sela bibir kemaluan Anissa.
“Wah wah! Banyak juga tadi aku nyembur, kasihan sekali kamu, anak manis. Hahaha.” Pak Bejo tertawa melihat spermanya yang putih kental meleleh keluar dari memek gadis yang baru saja ia gauli. Pria tua bejat itu berdiri meninggalkan ranjang, kontolnya yang besar terkibas kesana sini. Setelah mengenakan celana dan baju, Pak Bejo melirik ke arah Anissa dengan pandangan jumawa.
Untunglah kemudian Pak Bejo memutuskan untuk meninggalkan Anissa. “Tubuhmu lezat sekali rasanya, anak manis. Besok pasti aku datang lagi untuk mencicipimu. Siapkan memekmu dan usahakan kali ini lebih bisa mengimbangi permainanku, jangan diam saja seperti kayu. Hahaha.” Tawa Pak Bejo bagaikan pisau yang mengiris-iris perasaan Anissa. Pria tua yang menjijikkan itu bahkan masih tetap tertawa saat telah melangkah keluar dari kamar Anis, seakan-akan kata-katanya yang cabul adalah hal yang sangat lucu baginya.
Setelah Pak Bejo pergi, Anis berlari ke kamar mandi. Selangkangan gadis itu terasa panas dan gatal, bibir vaginanya membengkak dan basah oleh air mani Pak Bejo. Ia merasa sangat kotor. Anissa jongkok di pojok kamar mandi dan membiarkan air shower menghujani tubuhnya tanpa henti, jari-jarinya bergetar saat ia membuka perlahan bibir vaginanya yang masih terasa sakit, sperma Pak Bejo menetes dari dalam liang cintanya.
Anis ingin menyemprot bersih-bersih kemaluannya dengan air tapi gadis itu tahu semprotan air yang masuk malah akan mendorong dan memperbesar peluang sperma itu membuahi sel telurnya, ia bukan gadis bodoh. Gadis itu terdiam di pojok sambil berharap sperma Pak Bejo sudah keluar semua dari memeknya.
Matanya sembab karena tak berhenti menangis. Ia bingung, ia ingin bertemu sekaligus ingin berpisah dengan Dodit, ia merasa kotor dan tak berharga lagi baginya, ia hanyalah seorang gadis yang sudah kehilangan kesucian akibat diperkosa seorang lelaki tua yang tidak akan bertanggung jawab.
Tak kuat rasanya gadis itu menanggung semua beban, ingin rasanya ia bunuh diri saja.
0 Komentar