Demikian lamanya pertempuran sexualku yang pertama dengan Furry, sampai berhasil memberikan multi orgasme buat mantan adik kelasku itu.
Dan ketika aku mau ejakulasi, masih sempat aku membisikinya, "Mau dilepasin di mana?"
"Di...di... dalam aja," sahutnya terengah, "Bi...Biar terasa sem...semprotan hangatnya... aaaah......"
Memang vagina didesign sedemikian rupa, antara lain untuk dihujani sperma partner seksualnya. Tiada yang lebih nikmat daripada melepaskan sperma selain di dalam lubang peruntukannya.
Maka dengan tekanan penis sekuatnya, aku merasakan puncak kenikmatan ini. Disusul dengan tembakan-tembakan spermaku di dalam liang kewanitaan Furry.
Dan indahnya, Furry menyambut tembakan-tembakan spermaku dengan goyangan-goyangan gila pinggulnya, dengan rintihan dan rengekan histerisnya, "Oooo...oooo...ooo...ooo...ooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhh......."
Lalu kami terdiam beberapa saat. Dan setelah batang kemaluanku terlepas dari jepitan kewanitaan Furry, ciuman hangat pun mendarat di pipi dan bibirku. Disusul dengan bisikan Furry, "Enak banget Bang...gila...entah berapa kali aku orga tadi."
Kutatap wajah mantan adik kelasku itu. Lalu kuciumi pipi dan keningnya dengan belaian lembutku di rambutnya.
"Aku lapar, sayang," kataku sambil mengenakan celana dalamku, "tadi bawa makanan apa aja?"
"Ada burger, ada pizza, ada goreng ayam juga. Nasi sih gak bawa," sahutnya.
"Bagus," kataku sambil mengacungkan jempol. Lalu mengajaknya ke kamar tengah. Dan dengan hanya mengenakan celana dalam, ia pun mengikuti langkahku.
Di kamar tengah kulihat pemandangan yang membuat darahku berdesir. Jaka tengkurap di atas tubuh istriku dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Mereka tertidur pulas. Mungkin saking hebohnya persetubuhan mereka tadi.
"Wah...sampai tepar gitu tuh..." kata Furry sambil menunjuk ke arah suaminya yang tidur tengkurap di atas tubuh istriku.
Aku cuma tersenyum.
Di kamar tengah itu ada meja makan kecil terletak hampir menyentuh dinding belakang. Ada juga 3 kursi makan. Di situ Furry mengeluarkan isi kantong plastik bawaannya tadi. Kami pun lalu makan berdua saja. Karena Jaka dan istriku tetap tidur pulas, tanpa menyadari kehadiran kami.
"Masih kuat main lagi?" bisikku di telinga Furry setelah selesai makan.
"Masih," Furry mengangguk, "Tapi turunin isi perutnya dulu dong. Kalau langsung main lagi, bisa sembelit usus kita nanti."
Malam itu berlalu dengan penuh kehangatan. Tapi aku tak menganggapnya penting. Yang kuanggap penting adalah hasil rekaman di kamar yang dipakai oleh Jaka dan istriku itu.
Maka ketika tamu-tamuku sudah pulang, kucabut external hardisk dari PC di atas. Lalu kuhubungkan dengan laptop di ruang kerjaku.
Berhasil ! Mutu gambarnya jelas, suaranya pun bening dan tajam.
Video hasil rekaman hidden camera mulai menayangkan Jaka bersama istriku memasuki kamar. Jaka seperti mau memeluk istriku, tapi istriku menunjuk ke arah pintu, "Kunciin dulu pintunya Bang."
"Oh iya," sahut Jaka sambil memutar kunci pintu dan kembali menghampiri istriku. Memeluk pinggang istriku dengan lengan kiri, sementara tangan kanannya menyelusup ke balik gaun bagian dadanya. "Ini dari tadi merangsang banget," kata Jaka yang tampak asyik memainkan tangannya yang pasti sedang meremasi buah dada istriku yang montok itu. Istriku tidak pasif lagi. Ia sengaja melepaskan kancing kait gaunnya yang terletak di dekat tengkuknya, lalu ia menurunkan gaun itu sampai ke perutnya. Maka sepasang payudara istriku yang montok itu pun tak tertutup lagi. Jaka tampak bernafsu melihat toge istriku. Tapi istriku memeluk lehernya. Menciumi bibirnya dengan binalnya. Pastilah istriku senang melakukan semuanya itu, karena siapa pun akan berkata bahwa Jaka itu tampan.
Mungkin ketampanan Jaka itu pula yang membuat istriku jadi agresif. Ia mendorong dada Jaka sampai terlentgang di atas tempat tidur. Ia lepaskan gaun orangenya, sehingga tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuh mulusnya. Dan ia terkam mantan teman sekelasku itu dengan sikap seperti harimau betina yang sedang menerkam mangsanya. Jaka pun memeluknya dari bawah, sementara istriku mulai ganas menciumi bibir lelaki tampan itu. Hmmm....desir kecemburuan semakin merajalela di dalam batinku. Terlebih setelah istriku menarik ritsleting celana panjang
Jaka...lalu menyembulkan penisnya, lalu mengulumnya dengan binalnya. Wow, penis Jaka semakin tegang saja dibuatnya.
Dan ketika Jaka balas menyerang, membalikkan tubuh istriku, sehingga Jaka jadi di atas. Dengan ganas ia menciumi leher istriku...menciumi puting payudara istriku. Lalu ciuman Jaka menurun ke perut istriku, sementara tangannya mulai menarik celana dalam istriku ke bawah, sehingga sedikit demi sedikit kemaluan istriku mulai tampak jelas. Bahkan akhirnya celana dalam itu pun terlepas total dari kaki istriku. Disusul dengan terkaman mulut Jaka di kemaluan istriku yang selalu dicukur licin sampai mengkilap itu.
Istriku mulai menggeliat-geliat ketika Jaka mulai main jilat di meqi istriku. Dan desahan-desahan nikmat pun berlontaran dari mulut dan hidung istriku, "Aaaah...Bang Jaka....aaaah Baaaang....udah Bang.... pake penis aja Bang....gak kuat Bang....pake penis aja...."
Jaka pun lalu melepaskan celana panjang dan celana dalamnya. Lalu dalam keadaan masih berbaju kaus, ia mengarahkan penisnya yang tampak sudah sangat ngaceng itu, dicolek-colekkan ke mulut vagina istriku...lalu ia membenamkannya sambil menyeringai. Dan....penis Jaka sudah membenam ke dalamliang kewanitaan istriku.
"Lagi ngapain Bang?" tegur istriku yang tak kusadari sudah berada di belakangku, "Iiiihhh....Abang rekam ya waktu aku dengan Bang Jaka itu?"
"Sini duduknya," kataku sambil menepuk pahaku. Istriku lalu duduk di pangkuanku, dengan pandangan serius tertuju ke layar laptop, sementara aku memeluk pinggangnya sambil menyaksikan adegan-adegan yang sangat merangsang di layar laptopku.
"Melihat adegan kamu dengan Jaka ini, jauh lebih merangsang daripada nonton puluhan video bokep. Sekarang juga aku jadi kepengen neh..."
"Iih...Abang..." cuma itu yang terlontar dari mulut istriklu ketika aku berhasil merenggut celana dalamnya. Lalu menelentangkannya di sofa. Dan terjadilah persetubuhanku dengan istriku di atas sofa, sambil menonton adegan persetubuhan istriku dengan Jaka di layar laptopku.
Barangkali itulah manfaatnya bagiku. Bahwa ketika kecemburuanku bergejolak, nafsu dan potensiku pun menggelora dengan hebatnya. Maka video persetubuhan istriku dengan Jaka itu akan kusimpan baik-baik, yang akan kuputar kembali manakala aku membutuhkannya sebagai obat birahiku.
Bahkan seminggu kemudian aku ketemuan dengan Jaka di smoking area sebuah mall.
"Kamu beruntung Yad. Istrimu bukan cuma cantik dan mulus, tapi juga sexy banget," kata Jaka sambil menepuk bahuku, "kapan kamu dan istrimu mau datang ke rumahku?"
"Tunda dulu rencana itu," sahutku, "aku malah punya ide baru."
"Ide apa?"
"Kita giliran threesome istri kita....Kita berdua puasi istriku, pada kesempatan berikutnya kita berdua puasi istrimu. Gimana?"
"Boleh! Boleh banget!" Jaka menyambut usulku dengan sikap bersemangat, "Kapan mau kita laksanakan?"
"Maunya sih nanti malam kita laksanakan," sahutku, "Soalnya seminggu lagi istriku mulai menstruasi, mungkin."
"Boleh, boleh...hehehe...kebetulan istriku sekarang lagi mens. Jadi pas banget waktunya. Oke nanti malam jam setengah sembilan aku datang."
Setelah berada di rumah, kulihat istriku lagi asyik nonton sinetron kegemarannya di tv ruang keluarga.
"Sayang...masih ingat waktu threesome bersama Edo dahulu?" kataku setengah berbisik.
"Emang kenapa Bang?"
"Coba jawab yang jujur...enak mana main threesome dengan satu lawan satu."
"Hihihi...Abang sih pertanyaannya berbahaya mulu."
"Kalau kamu berjiwa jujur, kamu akan menjawab secara jujur pula."
"Mmm...ya enakan main bertiga gitu sih Bang. Tapi sayang...Edo jadi jauh sekarang ya."
"Kalau kuajak Jaka menggantikan Edo gimana? Ayo jawab yang jujur, sayang."
Istriku menatap dengan mata bergoyang. Lalu menjawab perlahan, "Pasti lebih mengesankan daripada dengan Edo dulu. Soalnya Bang Jaka itu...mmm...dia...dia romantis banget, Bang."
"Kalau gitu, siap-siaplah...nanti Jaka akan datang sendirian. Tanpa istrinya."
"Maksud Abang mau ngajak Bang Jaka main bertiga juga?"
"Iya," aku mengangguk dengan senyum menggoda, "Kebetulan istrinya lagi mens. Jadi dia bakal datang sendirian aja. Seperti tempo hari, dia akan datang setelah toko ditutup."
"Abang serius? Beneran Bang Jaka mau datang?"
"Iya, iya, iyaaa. Kapan aku main-main dalam soal itu?"
"Iiiih...sekarang udah hampir malam. Mandi juga belum."
"Ya udah, mandi dulu sebersih mungkin gih. Memeknya juga bersihin dan bikin jadi harum ya sayang," kataku setengah berbisik.
"Abang nakal iiih...." istriku menyodokkan telunjuknya ke perutku. Lalu bergegas menuju kamar mandi.
Aku tersenyum-senyum sendiri di ruang keluarga.
Sambil membayangkan apa yang akan terjadi dua jam lagi nanti....karena sekarang jam sudah menunjukkan pukul 18.32. Dengan gerakan cepat, aku mengubah ruang keluarga dengan menghamparkan dua kasur besar di tengahnya, kemudian menghamparkan seprai-seprainya. Kedua kasur itu cukup lebar, cukup untuk dipakai tidur empat orang sekali pun.
Cukup lama istriku berada di kamar mandi. Setelah selesai mandi, ia muncul di depanku, cuma dengan lilitan handuk yang menutupi tubuhnya dari paha sampai perutnya. Ia bertanya ingung, "Pakaian apa yang harus kupakai Bang?"
"Kataku sih mendingan pakai kimono saja. Tak usah pakai beha, tak usah pakai celana dalam. Biar gak ribet pada waktunya nanti, sayang."
"Beneran harus pakai kimono tanpa pakaian dalam Bang?"
"Iya. Kamu malah kelihatan sexy banget kalau sudah pakai kimono tanpa celana dalam gitu. Jadi waktu tangan Jaka megang pahamu, bisa langsung ketemu si nyonya....hehehe..."
Istriku mendelik, lalu masuk lagi ke kamar. Aku mengikutinya dari belakang.
Dengan lugunya istriku mengenakan kimono putih bermotif bunga sakura, tanpa mengenakan pakaian dalam lagi. Harus kuakui, istriku selalu cantik dalam pakaian apa pun.
Kemudian ia duduk di depan meja riasnya. Aku pun mengenakan kimono yang terbuat dari kain handuk berwarna biru muda, lalu keluar lagi, takut ia jadi rikuh waktu memoles mukanya, karena akan menghadapi acara yang sangat sensitif bagi kami.
Diam-diam aku pun sudah minum, untuk menindas pertentangan batinku sendiri. Karena beberapa saat lagi akan terjadi sesuatu yang pasti lebih mendebarkan daripada tayangan video hasil rekamanku itu.
Pintu pagar di samping toko sudah kubuka, karena sebentar lagi Jaka akan datang dan mobilnya akan dimasukkan ke depan garasiku.
Benar saja. Beberapa saat kemudian terdengar bunyi mobil memasuki jalan menuju garasiku.
"Jaka udah datang tuh," kataku di ambang pintu kamar.
"Iya," istriku tampak agak panik, karena selesai merias dirinya.
Aku sendiri bergegas menuju pintu depan, keluar dari rumahku dan melangkah ke arah pintu pagar yang masih terbuka, sementara Jaka sudah mematikan mesin mobilnya tepat di depan pintu garasiku.
Setelah menutupkan pintu pagar dan menguncikannya dengan kunci gembok, aku menghampiri Jaka yang sudah melangkah ke teras rumahku sambil menjinjing kantong plastik.
Kantong plastik itu diserahkan padaku.
"Apa ini?" tanyaku sambil melihat isi kantong plastik itu.
"Perbekalan minuman kita," sahut Jaka sambil tersenyum.
Lalu kami masuk ke ruang depan. Di situ aku memanggil istriku. Lalu duduk di sofa ruang depan. Jaka juga mau duduk, tapi tak jadi karena istriku sudah muncul di ruang depan. Tanpa canggung-canggung Jaka menghampiri istriku, memeluk pinggang dan mencium bibirnya, "Apa kabar Erni cantik?" tanyanya sambil meraih pergelangan tangan istriku, lalu diajak duduk berdampingan di sofa panjang yang masih kosong, "Sehat-sehat aja kan?"
"Sehat. Furry gimana? Sehat?" tanya istriku sambil melirik padaku.
"Biasa....lagi datang langganan wanita...makanya gak bisa ikut ke sini, " sahut Jaka sambil merapatkan pipinya ke pipi istriku, "Malam ini giliran aku yang datang sendirian. Jadi nanti kalian punya hutang dua kali kunjungan ke rumahku. Yang pertama, harus datang berdua, yang kedua...Yadi datang sendirian."
"Iya deh, atur-atur aja," kata istriku sambil menepuk paha Jaka.
Aku sendiri sedang memilih-milih minuman apa yang tepat untuk dibuka duluan. Minuman bawaan Jaka itu. Kupilih tequila saja, biar istriku bisa ikut minum. Lalu kubawa botol tequila itu ke dalam. Kuambil tiga gelas kecil dan salah satu gelas diam-diam kutaburi sesuatu sebelum kutuangi tequila. Gelas yang sudah kutaburi obat perangsang itu kutuangi tequila setengah gelas saja. Sementara kedua gelas lainnya kuisi penuh.
Ketiga gelas yang sudah diisi tequila itu kubawa ke ruang depan. Yang isinya separoh kuserahkan kepada istriku, sementara yang dua gelas lagi untukku dan untuk Jaka.
Jaka mengacungkan gelasnya ke depan sambil berkata, "For our happiness !"
Kami bertiga menyentuhkan gelas kami di tengah....triiiiing....!
Lalu kami teguk isi gelas itu sampai habis. Istriku juga meneguknya sampai habis. Dan aku diam-diam memperhatikan reaksinya.
"Ke atas lagi?" tanya Jaka padaku.
"Di situ aja... biar lebih luas ruangannya," kataku sambil menunjuk ke ruang keluarga yang sudah dihampari dua kasur lebar, sementara sofa-sofanya sudah diletakkan merapat ke dinding.
Jaka berdiri, memperhatikan ruangan keluarga itu, lalu mengacungkan jempolnya sambil berseru, "Sippp !"
Lalu mendekatiku dengan sikap bersandiwara, "Mohon izin komandan ! Saya mau duluan belai-belai dan sebagainya."
Aku mengangguk dan tertawa kecil. Sebenarnya aku memang mengharapkan secepatnya disuguhi tontonan yang membangkitkan rasa cemburu sekaligus gairah seksualku.
Dan tampaknya istriku sudah kena pengaruh tequila yang sudah kucampur dengan obat perangsang itu. Begitu Jaka duduk, istriku langsung merangkul lehernya. Lalu menciumi bibir teman lamaku itu. Sementara belahan kimononya terjatuh, sehingga paha putih mulusnya terbuka. Dan Jaka memanfaatkannya, dengan merayapi paha yang seakan sudah menantangnya itu. Bahkan kemudian Jaka tampaknya sadar bahwa istriku tak mengenakan celana dalam.
Ketika istriku masih melumat bibir Jaka, tiba-tiba saja Jaka melepaskan lumatan itu. Kemudian ia melompat, berjongkok di karpet, di antara kedua paha istriku, melepaskan ikatan tali kimono istriku dan langsung menubrukkan mulutnya ke kemaluan istriku.
Istriku memegang kepala Jaka dengan mata terpejam-pejam.
Istriku bersikap seakan-akan aku tidak ada di ruang depan itu. Tapi harus kumaklumi, karena ia sudah di bawah pengaruh alkohol dan obat perangsang.
"Bang Jaka....ooooh....Bang.....oooh...Bang....kita pindah ke sana aja yuk," ucap istriku terdengar ngawur, sambil menunjuk ke ruang keluarga.
Jaka menurut, lalu membimbing istriku melangkah ke ruang keluarga. Di atas kasur yang terhampar di lantai itu, istriku menarik ritsleting celana jenas Jaka, lalu menariknya ke bawah, sekaligus dengan celana dalamnya. Dan gappppp....istriku memagut dan mengulum batang kemaluan Jaka beberapa menit, lalu berkata dengan suara memohon, "Udah Bang....masukin aja Bang...aku udah gak tahan lagi..."
Bicara begitu, istriku langsung melepaskan kimononya lalu celentang dengan sepasang kaki mengangkang lebar-lebar. Jaka pun langsung menerkamnya.
Tanpa kesulitan Jaka membenamkan batang kemaluannya ke liang meqi istriku. Pasti karena liang meqi istriku sudah basah, sehingga batang kemaluan Jaka melesak dengan mudahnya.
Jaka pun mulai mengayun tongkat kelelakiannya, disambut oleh rengekan histeris istriku yang sudah dipengaruhi obat perangsang, "Ayo Bang...enjot yang keras Bang....ayo Bang...aduh Bang Jakaaa....ini enak banget Bang....oooh Bang....tetekku sedot-sedot juga dong Bang....iya...enjot yang keras Bang....biar terasa.....aaaah...aaaah ...iya Bang....iyaaaaa...."
Darahku berdesir, jantungku memukul kencang menyaksikan semuanya itu. Tapi aku menontonnya saja, ingin menikmati adegan-adegan mendebarkan di depan mataku, sehingga aku tak mau mengintervensinya.
Istriku memang sudah mulai pandai melakukan semuanya tanpa canggung-canggung lagi. Tanpa melirik-lirik padaku lagi. Mungkin pengaruh minuman dan obat perangsang itu. Atau mungkin juga ia ingin menikmati kejantanan temanku yang tampan itu. Sehingga ia menggoyang-goyang pinggulnya dengan sebinal-binalnya.
Mungkin ini pertama kalinya kusaksikan istriku demikian binalnya menikmati persetubuhan dengan lelaki. Karena seluruh anggoita badannya tak pernah diam. Terkadang meremas-remas rambut Jaka, terkadang memeluk leher Jaka demikian eratnya sambil melumat bibir temanku demikian ganasnya. Sepasang kakinya pun terkadang melingkari pinggang Jaka, terkadang telapak kakinya menekan kuat, sehingga pantatnya terangkat agak tinggi, sehingga Jaka bisa mengamblaskan batang kemaluannya sedalam mungkin.
Istriku juga tak bisa mengendalikan rintihan, rengekan, desahan dan raungan histerisnya. Sehingga ruang keluarga ini didominasi oleh suara erotis Erni Maharani itu:
"Bang....oooooh....ooooh......ooo...oo...o....oooooh....Bang Jakaaaaaaaaaaaaaaa.....ooo ....oo...oooh. Baaaang....oooh...ini enak sekali, Baaaang....oooh...oooh....."
Jaka pun seperti tak peduli lagi dengan kehadiranku. Dengan ganas ia pompakan batang kemaluannya, seolah ingin menghabisi istriku dalam persetubuhan itu. Tampak dengan jelas penis Jaka keluar masuk di dalam jepitan liang meqi istriku. Demikian garangnya...sehingga ketika penis itu sedang dibenamkan, terdengar suara dukhhh...dan ketika ditarik, terdengar suara seperti cairan yang terkocok.
Sudah terbayang betapa panasnya suasana malam ini.
Dan hujan turun dengan derasnya di luar rumahku. Hujan yang menambah panasnya adegan persetubuhan Jaka dengan istriku itu. Membuatku makin asyik menyaksikannya. Namun sekali-sekali aku membayangkan apa yang akan terjadi di antara aku dengan istri Jaka kelak...menunggu saatnya tiba.
0 Komentar