JENDELA KENANGAN PART 5

 


Mataku masih terasa berat saat aku terbangun karna panasnya kamar tidurku. AC di kamarku mati karna listrik masih mati, kulirik jam dinding menunjukkan pukul 12 siang. Aku berjalan terhuyung menuju kamar mandi untuk mengembalikan kesegaranku.




Selesai mandi aku bergegas ke counter yang tak jauh dari rumahku untuk mengisi pulsa token listrik. Setelah terisi, aku cari Shina tapi aku tak menemukan sosoknya disetiap sudut rumah. Apa dia sedang marah ya, pikiranku menjadi tak tenang, teringat tadi pagi dia terlihat sangat marah padaku. Apa dia sedang di rumah sakit ya, entahlah tapi coba deh aku mencarinya kesana.




Sebelum sempat kumencari, aku melihat Shina sedang berjalan di depan pagar rumahku, lalu memasuki rumah kembali. Tatapannya bengis saat melihatku berdiri di depan pintu rumah " Habis dari mana kamu ? " tanyaku.




" Ke rumah tetangga " jawabnya ketus.


" Ngapain kesana "


" Nonton tv lah,dari pada disini bete gak ada hiburan "


" Ohh, kamu udah mulai akrab sama tetangga sini ya "


" Abis segelnya kelepas gitu tuh, jadi oon " ledeknya, sepertinya dia tahu apa yang aku lakukan semalam. Aku hanya terdiam, sedikit terkejut dengan ocehannya kali ini.


" Kok diem, bener ya tebakanku " ucapnya kembali memandang tajam kedua mataku. Aku hanya bisa mengangguk membenarkan ucapannya.


" Mengenai artikel tentang roh, kita praktekin sekarang yuk " ucapku.




Kami duduk di teras rumah lalu aku tunjukan artikel yang aku print. Dia terlihat sangat serius saat membaca lembar demi lembar artikel yang tergeletak di atas meja.




" Gimana ? " tanyaku, Shina hanya bisa memandang langit berfikir sejenak.


" Udah jangan banyak mikir, sekarang aku akan buat lingkaran iblis, untuk mengundang lucifer. Dan dia bisa memberimu kekuatan untuk menampakan diri dan menyentuh objek sesukamu " ucapku.


" Heh. Tapi kan disini tertulis kalau aku musti dibawa dulu ke neraka sama lucifer untuk memberiku kekuatan. Nah kalau aku pergi jauh dari jasadku, jantungku bisa berhenti dan mati. Cara lain aja " ucapnya dengan sedikit gemetar.


" Cara yang lain, hmmm menyiram roh dengan darah ayam berbulu hitam, yang berumur 13 minggu saat tanggal 13 kliwon. Bulu ayam harus benar-benar hitam, tidak boleh ada yang yang berwarna selain hitam walau sehelai "


" Aku udah ketemu sama orang yang bisa nyediain ayam itu, tapi di artikel ini tertulis, hal ini hanya untuk arwah yang sudah dapat menyentuh objek " ucapku kembali.


" Lalu bagaimana caraku dapat menyentuh objek ? " tanya Shina.


" Entahlah " aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya seraya menaikkan pundakku. Terlihat wajah Shina menjadi murung, keceriaan yang baru saja tergambar kini hilang.


" Sugesti " ucapku bersemangat.


" maksudmu "


" Iya, coba deh kamu berfikir kalau kamu bisa menyentuh benda. Kamu yakinkan pada hati dan pikiranmu ketika kamu mau menyentuh sesuatu, itu namanya sugesti. Coba praktekin deh " ucapku seraya menyodorkan sebuah gelas yang ada di meja.




Shina hanya menatapku penuh kebingungan, coba meresapi apa yang aku katakan. Keningnya nampak berkerut tanda ia sedang berfikir keras " coba ya " ucap Shina lalu mulai mengulurkan tangannya mendekat ke arah gelas di hadapannya.




Perlahan tangannya mulai mendekat semakin dekat " ayo seishin kamu pasti bisa " ucapku memberi semangat. Aku perhatikan tangannya sedikit gemetar saat ujung jemarinya tinggal beberapa centi dari gelas.......




" Aaahhh " sayang sekali masih menembus. Bahkan udah entah berapa kali melakukan percobaan dengan tingkat konsentrasi tinggi tak dapat membuat Shina mampu menyentuh gelas.




Shina nampak frustasi, mengibas-ngibaskan tangannya kemana-mana. Berdiri lalu menendang, memukul tembok serta benda lainnya yang ada di sekitarnya berusaha agar satu saja tendangan atau pukulannya ada yang mengenai.




Terdengar isak tangisnya, nampak keputus asaan dari wajahnya. Air mata mulai keluar deras dari matanya, ternyata arwah juga bisa memproduksi air mata juga ya.




" Doaku selama 2 tahun tidak dijawab Tuhan " ucapnya lirih, tubuhnya jatuh berlutut, wajahnya tertunduk menatap lantai rumah. Aku duduk di depannya bersila, menatap wajahnya yang sangat sayu dan sendu. Meski dalam keadaan sedih seperti ini, Shina masih terlihat cantik.


" Walaupun sedih tingkat akut, sifat pecicilan kamu gak ilang ya, masih aja mukul-mukul dan nendang-nendang gak jelas " ledekku, tapi Shina tak memperdulikan ucapanku, dia masih tetap sibuk dengan tangisnya.




Baru kali ini aku melihatnya sesedih ini, sepertinya aku salah berucap di depannya. Aku menyandarkan tubuhku di tembok, lalu berfikir sejenak mencari kata-kata apa yang pas untuk menenangkannya.




" Kamu kemarin berbicara tentang pelajaran kehidupan dan tentang soal pelajaran itu ? kamu tau gak soal nomor pertama apa ? " tanyaku, Shina hanya menggeleng pelan.


" soal pertama berisi, apa yang kamu lakukan jika Tuhan tidak menjawab doa kita ? " ucapku




" Lalu jawabannya apa " tanyanya masih tertunduk lirih.




" Tuhan tidak pernah tidak menjawab doa kita, tapi Tuhan menjawab doa kita dengan caraNya sediri, yang kadang baru kita sadari lama setelah Tuhan menjawab, dan ini bukanlah jawaban yang tepat untuk soal itu " ucapku, Shina terkejut mendengarnya, wajahnya kini menatapku penuh misteri.




" Terkadang kita terlalu egois menganggap Tuhan telah egois kepada kita. Seperti yang kamu prasangkakan saat ini terhadap Tuhan. Aku memang tidak....lebih tepatnya belum tahu jawaban atas soal yang pertama, jadi mari bersamaku mencari tahu jawaban itu " ajaku tersenyum kepadanya.




Shina mulai tersenyum, lalu duduk bersila dihadapanku " Lalu kesembilan soal lainnya apa ? " tanyanya kembali.




" Hmmmm sepertinya soal-soal itu masih menjadi sebuah pertanyaan deh. Dengan berjalannya kehidupan kita, maka satu persatu soal-soal itu akan kita ketahui, dan satu persatu dapat kita jawab " aku memandang mata sendunya, lembab terbasahi oleh air mata. Masih heran kenapa roh bisa ngeluarin air mata.




" Deal, kita cari tahu jawaban dari soal pertama ? " tanyaku


" Deal, dan setelah tahu barulah kita cari tahu soal berikutnya dan mencari tahu jawabannya " ucapnya sedikit terisak. Lalu mengulurkan tangannya mengajakku berjabat tangan, dengan lugunya aku ikut mengulurkan tanganku tapi saat jarak telapak tangan kami tinggal beberapa centi....


" kayaknya gak perlu deh, percuma pasti nembus " ucapku tersadar kalau dihadapanku adalah gadis bayangan.


" Udahlah buat formalitas aja, walau menembus anggap saja nggak " ucapnya seraya mengayunkan tangannya coba menjabat tanganku.


" Hap " aku dan Shina melotot tajam saling menatap, mata kami terbelalak selebar-lebarnya. Terlihat dari wajah Shina bahwa saat ini dia sangat terkejut, dan aku tak kalah terkejutnya dengannya. ' Tangan kami bersentuhan '


" Sam " ucap Shina, genggaman tangannya dipererat memastikan bahwa dia dapat menyentuhku.


" Sam aku bisa menyentuhmu " dilepasnya genggaman tangannya lalu di tampar-tampar kedua pipiku dengan kedua telapak tangannya lumayan keras.


" Sakit tau " ucapku tapi tak dihiraukan oleh Shina, dia masih saja menampar-namparku dengan senyum lebar sersungging di bibirnya. malah makin kenceng aja tamparannya.


" Woi seishin sakit tauuuuu " teriakku, menyadarkan dia atas kelakuannya menyakiti pipiku. Akhirnya berhenti juga siksaan telapak tangannya, lembut sih tapi pedes ternyata tangan wanita gentayangan ini.


" Aku sudah bisa menyentuhmu " ucap dia kembali kegirangan, senyumnya tak pernah lepas dari wajahnya. Diayunkan tangannya kearah kursi yang ada di sampingnya coba meraihnya. " Hah " tetap menembus, lalu di cobanya kembali menyentuhi pipiku dan dapat ia sentuh. Dicobanya berulang-ulang, menyentuhku lalu coba menyentuh benda yang lain yang ada disekitar kami. Bahkan ia pergi keluar rumah coba menyentuh orang yang ada disana, negatif. Tak ada satupun orang atau benda yang berhasil ia sentuh kecuali aku.




Ada sedikit rona kekecewaan diwajahnya saat ia kembali dari luar rumah. duduk termenung memandang taman yang ada di halaman depan, lalu ia menatapku yang menemaninya disampingnya. " Kenapa Cuma kamu Sam ? " tanyanya lirih.




" Jika aku tahu pasti kamu bisa dilihat dan disentuh siapa saja orang yang kamu mau " ucapku.




Shina kembali tertunduk lesu, keceriaan yang baru aku lihat kini hilang kembali. " Terkadang kenyataan berbanding terbalik dengan keinginan, tapi sepertinya ini adalah bagian dari pertanyaan soal nomor 1 itu " ucap Shina sepertinya sudah bisa mengendalikan dirinya.




" Mungkin alasan hanya aku yang bisa melihat, mendengar dan juga menyentuhmu adalah sebagai jawaban soal nomor 1 itu, tapi Cuma sebagian kecil dan dari hal kecil itu kita pasti bisa mendapatkan keseluruhan jawaban itu " ucapku.




" Bukan bagaimana kamu dapat dilihat dan disentuh, tapi bagaimana kamu bisa memaknai takdir Tuhan saat ini, setelah kamu berhasil maka akan ada jawaban yang sangat indah yang dapat kita jawab " ucapku kembali, jemariku coba mengangkat wajah, kutatap matanya dalam-dalam. Perlahan senyumpun mulai tergaris diwajahnya. Cantik, satu kata itu yang saat ini ada dibenakku saat memandang wajah sendunya yang berbalut senyum manis terhias.




" Lalu apa yang sekarang kita lakukan ? " tanyanya.




" Hmmmm, sekarang kita jalanin saja apa yang tergaris untuk kita saat ini " ucapku.




" Berarti kamu akan tetap melanjutkan permainanmu dengan calon janda itu ? " tanyanya kembali.




" Lho kok nyambungnya ke Ica ? " tanyaku balik, heran aku dengan sosok lelembut satu ini. Bisa-bisanya lagi bahas tentang masalahnya dia belokkan ke masalahku.




" Entah kenapa tiba-tiba aku berfikiran tentang gadis itu, mungkin ini rasa tanggung jawabku karna akulah yang awalnya menyuruhmu mendekatinya " ucapnya, aku jadi semakin heran sama arwah pecicilan ini.




" Bukannya kamu selalu marah bila aku salahkan kamu untuk kedekatanku dengan Ica saat ini ? " tanyaku.




" Ya, anggap saja aku yang salah deh " ucap Shina tersenyum manis padaku.




" Lalu menurutmu aku harus gimana ? " tanyaku.




" Sebenernya aku gak merestui kamu dengannya " ucap Shina. Hei siapa dirinya kok ada kata-kata gak merestui, dikira aku ini anaknya. Aku hanya mengerenyitkan dahi.

Posting Komentar

0 Komentar