Malam hari di depan TV
Sesuai dugaanku Shina gak bisa diem alias pecicilan, entah sudah berapa kali jemarinya menusuk mataku yang hampir tertutup rapat. Dan entah berapa kali tinjunya melayang ketubuhku saat ocehannya tak dapat tanggapan dariku. Sudah bergelas-gelas jus jeruk aku habiskan malam ini tapi masih aja ngantuk gak bisa tertahan.
Orang mah kalo ngantuk minum kopi, ini malah minum jus ucapnya
Aku gak suka kopi, pahit walau udah di kasih gula
Kayak hidupmu ya, pahit walau ada mahkluk semanis aku ini ucapnya dengan percaya diri sekali.
Aku ini gula spesial lho, Cuma kamu doank yang bisa melihat dan menyentuh aku ucapnya. Jleb gak tau kenapa tiba-tiba jantungku terasa berdegup kencang sekali mendengar selentingan kalimat terluncur dari bibir manisnya. Dan tiba-tiba saja rasa kantuk ini hilang, apa ini sejenis mantra untuk menghilangkan kantuk, dasar mahkluk astral.
Hei seishin ucapku
Hhmm pandangannya masih kearah TV
Kamu ada rencana untuk menikah ? tanyaku.
Ya iyalah, masa udah tunangan gak ada rencana nikah jawabnya.
Kapan ? kenapa mendadak kepo begini sih
Jika aku gak kecelakaan dan gak koma, pasti sekarang aku udah menikah ucapnya. Dia menghela nafas sebentar Seharusnya aku gak nerima job itu, managerku tadinya sudah menolak job-job sebulan sebelum pernikahanku, jadi biar 1 bulan itu aku benar-benar total untuk pernikahanku sambungnya sedikit lirih.
Kamu tau gak, kecelakaan di malam terakhir konsermu itu ? tanyaku, Shina hanya menggeleng.
Itu konser pertama yang aku dan Via tonton lho, aku memberinya sebuah kejutan di hari ulang tahunnya, dan itu kejutan pertamaku untuknya. Tapi ketika esok harinya mendengar kabar kecelakan darimu, kami berdua sedih banget ucapku
Makasih ya sudah berempati padaku ucap Shina.
Tunanganmu termasuk setia ya, masih menunggu kamu selama dua tahun walaupun gak tau masih ada harapan atau gak ada
Kamu gak benci dia ?
Gak lah, kalo aku ada di posisi dia pasti aku akan berbuat hal yang sama. Bayangin aja disaat lagi sedih melihat kondisi tunangannya yang koma, tau-tau ada orang asing yang ngaku-ngaku bertemu arwah tunangannya aku tersenyum kecil.
Kalo kamu jadi dia, apa kamu juga akan menunggu aku yang memiliki sedikit harapan untuk sadar tanya Shina, kini ia mulai menatapku.
Aku gak tau sedalam apa perasaannya kepadamu, jadi aku gak bisa nebak-nebak kalo aku jadi dia. Menurutku orang-orang terkenal seperti kalian penuh kepalsuan, hanya mengejar yang namanya status sosial. Bisa saja percintaan kalian bukanlah percintaan sejati yang tulus, melainkan percintaan status ucapku tanpa menoleh kearahnya, gak tau ekspresinya seperti apa.
Maksudmu apa Sam ? ucap Shina, suaranya terdengar berat dan sedikit mengeram.
Seperti kelakuan kamu sekarang, aku yakin di tengah masyarakat kamu gak akan bertingkah pecicilan seperti ini. Sebisa mungkin kamu akan menutupi tingkahmu yang seperti kamu tunjukan padaku. Kamu bisa bertindak bebas dihadapanku karna hanya aku yang bisa tau, dan jika aku coba menyebarkan kelakuakan nyelenehmu itu, pasti gak akan ada yang percaya, bukti aja aku gak punya ucapku, kini aku arahkan pandanganku kepadanya dan benar saja wajahnya memerah padam, sepertinya sebentar lagi akan ada siksaan untukku.
Jadi menurutmu, percintaanku gak beda jauh dengan sifatku ? tanyanya, seperti ada hawa panas di sekitarnya.
Yup. Sebagian mendapatkan cinta sejatinya tapi gak bisa bersatu, sebagian gak pernah coba mencarinya lalu membiarkan berlalu begitu saja, dan sebagian lagi mendapatkannya dan bersatu ucapku, kini sepertinya emosinya telah mereda.
Kalo aku yang mana ? tanyanya.
Hhmmm mungkin yang kedua, gak pernah mencoba mencarinya lalu membiarkan berlalu begitu saja ucapku.
Kalo kamu ?
Aku sedang mencari dan masih ada kemungkinan ketiga hal itu terjadi. Berarti aku masih ada harapan jawabku berlagak hebat
Berarti aku udah gak ada harapan donk ? tanyanya
Berarti bener donk yang aku ucapkan kena dia jebakanku, gak tau kenapa ada rasa senang terhadap analisaku tentang percintaan mereka. Seperti ada sebuah harapan untukku, walaupun masih kecil dan masih coba aku buang harapan itu.
Kulihat Shina hanya mengembungkan pipinya dengan tangan menyilang didada, kembali ia tatap layar kaca dengan pandangan emosi. Sesekali melirikku bengis dan aku hanya tersenyum kecil melihat ekspresinya yang seperti itu.
Hei seishin, kalo ucapanku salah gak perlu marah kayak gitu kali ledekku.
Kini ia tertunduk, wajahnya terlihat lesu menatap keramik rumah, sepertinya sudah tidak peduli dengan film yang sedang kami tonton Hei, kamu inikan arwah bijak, atau bisa aku bilang sok bijak deh karna melihat kamu jadi muram gini ucapku.
Tadinya aku yakin sama dia, tapi sejak kecelakaan itu dan arwahku keluar aku sedikit demi sedikit mulai meragukannya ucapnya lirih
Kenapa ?
Aku sangat berharap dia bisa merasakan kehadiranku, setiap dia jenguk aku di rumah sakit aku selalu berusaha berbicara dengannya, tapi setiap itu pula dia gak tau sama sekali tentang keberadaanku, harusnya dia yang lebih peka tentang keberadaan aku ucapnya diiringi air mata yang mulai membasahi matanya.
Hanya karna hal seperti itu aja kamu jadi ragu ? tanyaku, Shina hanya mengangguk pelan.
Lalu bagaimana denganku, sebelumnya kamu gak kenal sama aku, aku gak ada hubungannya sama sekali denganmu. Ini semua hanya kebetulan, gak ada hubungannya dengan perasaan ucapku.
Bukan, ini adalah takdir yang dibuat sedemikian rupa oleh Tuhan hingga menyerupai kebetulan ucap Shina, kenapa dia jadi sepemikiran denganku untuk definisi tentang kebetulan. Dan pasti ada jawaban atas semua ini, sedikit demi sedikit aku udah tau jawaban itu. Kamu lihat aku sekarang kan, gak dipenuhi dengan kepalsuan, aku bisa menunjukkan diriku yang sebenarnya walaupun hanya di hadapan kamu saja Sam sambungnya.
Wah berarti aku sial donk kebagian sifat burukmu, beruntung ya orang-orang yang selalu melihat sifat baikmu saja, sedangkan akuhuft aku menghela nafas panjang, mengejeknya.
Ngajakin perang nih cowok ucap Shina mengepalkan tangannya.
Sepertinya kantukku mulai menyerang kembali nih, mataku sudah berat sekali seishin, aku tidur ya, udah gak kuat nih ucapku, tanpa berkata apapun Shina menunjuk jam dinding yang menunjukkan jam 4 pagi kurang 5 menit. Aku sudah paham maksudnya apa Atapku kan sedang di renov, belum kelar ucapku kembali
Di teras aja ucapnya ketus
Ya udahlah aku mau buat jus jeruk dulu aku berdiri dan pergi menuju dapur, setelah itu barulah aku susul dia ke teras rumah.
Sam, ini kan subuh kenapa kamu malah buat minuman dingin ? tanyanya.
Cuaca saat ini masih termasuk panas buatku, aku tuh cocoknya tinggal di Eropa Ucapku sedikit sombong, tapi kayaknya banyak deh.
Hadewwww Shina hanya tertunduk lemas Kalo kamu ke Eropa, negara mana yang kamu mau tinggalin ? tanyanya.
Inggris, aku pengen tinggal di marseyside, dan kebetulan pusat perusahaan tempatku bekerja, ada disana ucapku antusias.
Wah aku pernah tuh kesana ucapnya.
Gimana suasananya ? tanyaku penasaran.
Rahasia donk, makanya kesana biar tau ledeknya
Tiba-tiba pikiranku teringat yang tadi kami bicarakan tentang percintaannya. Dia ragu dengan tunangannya, ini bisa jadi peluang untukku. Ah tapi bukannya tadi aku juga bilang kalo kehidupan orang terkenal macam mereka hanya mengejar status sosial belaka. Tapi aku juga gak buruk-buruk amat, aku sudah mapan, materi bukanlah hal yang menyusahkan buatku. Tunggu-tunggu jika itu yang jadi andalanku, berarti sama aja donk dengan mnegejar status sosial belaka.
Stoppp, apa-apain ini kenapa aku jadi berfikir peluangku bersama Shina. Bukannya aku sudah sepakat dengan diriku sendiri untuk membuang rasa-rasa yang mulai terjalin dihatiku untuknya. Aku juga berusaha melupakan kejadian malam itu. Fokus fokus fokus, dia hanya roh yang memiliki dua kemungkinan, sadar atau mati dan keduanya pasti menyakitkan buatku bila aku membiarkan perasaanku itu terus mengalir deras tanpa henti.
0 Komentar