Sementara matanya menatap layar monitor, yang menampilkan adegan:
Di mana dia menggeliat nikmat saat vaginanya diusap-usap oleh jari-jariku.
Aku bergerak ke samping, sambil kuputarkan kursi kerja yang sedang diduduki oleh Fatma, sehingga aku berdiri di hadapannya, lalu aku duduk di lantai, sehingga kepalaku menghadap selangkangannya.
Kusingkapkan rok panjang yang dikenakannya ke atas sampai sebatas pinggangnya, hingga di
hadapanku terpampang pahanya yang putih nan mulus, dan celana dalam putih yang menutupi vaginanya yang indah.
Cup, clrupp, aku mulai menciumi pahanya yang kiri dan kanan dengan penuh gairah.
“Uhhhh, euhhhh..” Fatma semakin menggeliat nikmat dan penuh rangsangan.
Lalu kedua tanganku berusaha menarik celana dalam yang dikenakannya.
Fatma mengangkat pantatnya, sehingga celana dalam itu dengan mudah dapat kulepaskan.
Segera dengan rakus kujilati lipatan vagina yang dihiasi oleh jembutnya yang halus, “Auw, auh, ouh..!!” Fatma mulai
mengaduh mengerang, bergelinjang.
Aku semakin
menjilati vagina Fatma yang semakin basah.
Tanganku membuka lipatan bibir vaginanya dan Lidahku menjilati lorong basah itu, dari bawah
nikmat dan Pinggulnya
bersemangat
hingga ke atas dan berhenti dan mengisap clitorisnya yang menonjol keras, “Aaaauuhhhh, aaawwwwhh, auwwww..!!”
Dia menjerit dan tubuhnya bergetar pada saat lidahku menjilati dan mengisap clitorisnya.
Tubuhnya menggeliat, melenting ke belakang, hingga punggungnya menekan sandaran kursi dengan kuat, pantatnya terangkat menyambut jilatanku yang semakin bersemangat.
Kedua tangannya mencengkram erat pegangan kursi dengan kuat,
hingga urat-urat tangannya menonjol keluar.
“Auw, auw, ouhhhh, euhhhh..!!” Erangannya semakin merangsangku.
Gerakan menjilati celah vaginanya hingga clitorisnya kulakukan berulang, menyebabkan Dia terus menerus mengaduh dan mengerang nikmat., dengan tubuh yang bergetar dan bergelinjang tiada henti.
Hingga, akhirnya kedua kakinya terangkat melewati punggungku, lalu memiting leherku dengan
kedua pahanya dan kedua tangannya mencengkram, bagian belakang kepalaku.
Ia menekan kepalaku agar semakin menekan vaginanya dengan kuat dan kaku.
Hingga akhirnya, “Aaaakkkkkssss, aaauuuhhhhhhhhhhhhh..!!”
Tubuhnya terlonjak-lonjak kaku, sementara vaginanya terasa berdenyut-denyut oleh lidahku, Dan beberapa saat kemudian tubuhnya terhempas, dengan napas yang terengah-engah, Juga tatapan mata yang
menunjukkan rasa puas dan nikmat yang luar biasa.
Aku berdiri membuka gesper yang kugunakan dan membuka kancing celana yang kukenakan, serta menarik ritsleting hingga ke bawah, lalu tanganku mengeluarkan penisku, yang kini sudah sangat tegang dari pinggir celana dalam yang kukenakan.
Penisku mengacung tegak dan keras begitu terbebas dari kurungannya.
Mata Fatma masih setengah terpejam merasakan kenikmatan orgasme yang masih menderanya,
Kemudian mata itu terbuka perlahan dan memandang wajahku, seolah ingin mengucapkan terimakasih karena telah memberikan kenikmatan orgasme padanya.
Tetapi tatapan mata itu kemudian jatuh pada penisku yang sedang mengacung tegak dan tegang.
Gairahnya kembali bangkit dengan cepat, Dan dengan penuh nafsu dia menatap penisku yang mengacung tegak.
Dengan gemetar tangan kanannya meraih batang penisku
yang mengacung tegak, secara perlahan dia membelainya dengan penuh nafsu.
Ughh..!! Pantatku terangkat merasakan rasa nikmat yang menjalar, dari batang penisku yang diremas olehnya.
Melihat aku merasakan nikmat akibat perlakuannya, dia semakin bersemangat, dan kian bernafsu meremas dan mengocok batang penisku.
Kepalaku terdongak ke belakang merasakan kenikmatan yang tak terperi.
Tanganku mencengkram erat pundaknya menahan keseimbangan tubuhku.
Melihat tubuhku melenting kaku menahan rasa nikmat akibat kocokan yang dilakukannya, membuat Fatma semakin terangsang, Ia merasakan nikmat dan puas tersendiri mampu menyiksaku dengan rasa nikmat.
“Uhh, ouhhh..” tanpa sadar mulutku mengeluh lirih, Sepertinya ada dorongan besar dalam dirinya untuk lebih menyiksa diriku, dengan mempermainkan batang penisku
yang semakin menggemaskan bagi dirinya.
Sementara itu tubuhku semakin sering melenting ke belakang, menahan rasa nikmat yang terus menghantamku.
Pada saat kepalaku terdongak untuk kesekiankalinya, dihempas oleh rasa nikmat yang terus menghantamku.
Tiba-tiba aku menjerit, “Auh, ouhhhh..!!”
Tanpa sadar mulutku menjerit kaget, karena kurasakan kepala penisku, dilamuri oleh sesuatu
yang basah, hangat dan nikmat luar biasa, membuat pantatku terangkat dan tubuhku kaku, tubuhku pun semakin melayang, Rupanya Fatma mendapatkan kepuasan dan kenikmatan tersendiri, ketika melihat bahwa dirinya mampu membuatku melayang-layang, ketika dia meremas dan mengocok batang penisku yang semakin bengkak dan kaku.
Di matanya, batang penisku terlihat semakin menggemaskan, sehingga tanpa dia sadari kepalanya semakin mendekat, Hingga akhirnya, clopph,
mulutnya mencaplok kepala penisku dan mengisapnya perlahan, membuat tubuhku semakin melenting dan menjerit nikmat.
Melihat tubuhku yang menggeliat-geliat nikmat, rangsangan dan gairahnya pun semakin menggebu, dan vaginanya semakin berdenyut, basah dan gatal.
Dia pun akhirnya mengocok batang penisku dengan mulutnya, Aku merasa semakin tak tahan, akhirnya pantatku kumundurkan ke belakang, sehingga batang penisku lepas dari mulutnya.
Fatma menatapku dengan senyum kemenangan.
Lalu kuarahkan kedua tanganku untuk menarik kedua tangan Fatma sambil berkata, “Fatma, duduk di meja..!”
Dia berdiri dengan kedua tangan memegang pinggir rok panjang yang dikenakan, pantatnya diarahkan ke pinggir meja, lalu duduk di pinggir meja dengan paha yang terkangkang, seolah tak sabar ingin menjemput penis tegangku untuk segera memasuki dirinya.
Aku pun berdiri menghadap dirinya, kuarahkan kepala penisku tepat di liang vaginanya.
Kedua tangan Fatma memegang pundakku, kedua kakinya terangkat, memudahkan diriku untuk memasuki dirinya.
Sementara matanya, dengan penuh nafsu menatap nanar batang penisku yang sedang mengarah, tepat di depan liang vaginanya yang berdenyut dan gatal penuh harap untuk segera dimasuki.
Slepp, Secara perlahan kutekankan batang penisku.
0 Komentar