KEPUTUSANKU NO SARA PART 12

 


Aku melihat mata Kak Nissa berkaca-kaca dan menjatuhkan air mata maka aku langsung memeluk Kak Nissa yang posisi Kak Nissa sedang duduk dan aku memeluk Kak Nissa pada bagian perutnya. Aku juga saat itu menangis dan meminta maaf kepadanya.




Aku : " Kak.... Aku minta maaf kak.... Aku minta maaf.... Aku salah kak.... Aku salah... Kak.... Aku... Aku... Huaaaa..... ". Isakku.




Aku memeluk perut Kak Nissa sangat erat saat itu.




Kak Nissa : " Hiks.... Dek... Kakak.... Kakak sudah memaafkan adek... Sudah dek.... Sudah... Jangan nangis kayak gini lagi.... Hiks... Hiks.... ". Kata Kak Nissa sambil menangis dan mengelus elus kepalaku.




Setelah aku merasa tenang aku melepaskan pelukanku dan duduk didepan Kak Nissa.




Kak Nissa : " Dek.... Sebenarnya kakak percaya sama kamu.... Jadi jelaskan sama kakak kenapa kamu ingin dengan Hera waktu itu.... Jawab jujur dek.... ". Tanya Kak Nissa.




Aku saat itu memutuskan untuk jujur pada Kak Nissa dan pada diriku sendiri.




Aku : " Kak... Sebenarnya aku susah mencapai puncak kak... Bahkan aku lupa bagaimana rasanya.... Emmm... Itu kak... Ummm... ". Kataku gugup.




Kak Nissa : " Orgasme maksudmu dek...? ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Ehh... Iii... Iyaa kak... Jujur kak saat aku pertama kali or... Orgasme dengan bantuan bunda aku ingin merasakan lagi kak... Tapi setelah kecelakaan itu yang membuatku kehilangan kedua testisku, aku jadi susah untuk mencapai itu kak.... ". Kataku jujur.




Kak Nissa : " Hmm... Apa sudah ke dokter dek...? ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " Sudah kak dan kata dokter ada suatu keanehan kak... Biasanya laki-laki yang kehilangan kedua testisnya akan merasakan susah untuk terangsang dan jikalau terangsang maka tidak semaksimal sebelum kehilangan kedua testisnya tapi pada kasusku berbeda kak... Aku malah sebaliknya membuat mudah terangsang dan sangat keras kak tapi malah efeknya susah untuk mencapai orgasme dan setelah dicek oleh dokter dan lap ada suatu keanehan yang bahkan dokter sendiri belum mengetahui secara pasti tapi kata dokter kemungkinan ada syaraf sensitif pada batang kemaluanku yang sudah tidak peka atau urat sensitifnya tidak berfungsi lagi.... Aku juga tidak tau... ". Jawabku jujur.




Saat itu aku merasa lega karena aku sudah mengeluarkan unek-unekku yang selama ini aku simpan rapat-rapat walaupun itu aku bicara pada Kak Nissa selaku Kakak kandungku sendiri.




Kak Nissa : " Lalu kata dokter gimana dek setelah itu.... ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " Hmm.... Kata dokter terapi kak tapi aku sudah melakukannya tapi hasilnya nihil.... Dokter pun sudah mencoba berbagai cara tapi nihil juga makanya dokter bilang untuk tetap tabah dan sabar... Dengan kata lain angkat tangan... ". Kataku.




Kak Nissa : " Maka dari itu kamu melakukan semua itu bahkan dengan bunda juga nihil...? ". Tanya Kak Nissa.




Aku hanya mengangguk saja dan menunduk.




Kak Nissa : " Masya Allah dek... Ok... Kakak akui kakak bukan ahlinya untuk masalah itu tapi dek... Jangan pernah melakukan hal seperti dulu lagi... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Umm... Iya kak... ". Kataku.




Setelah itu suasana menjadi hening. Kami kembali pada pikiran kami masing-masing.




Kak Nissa : " Dek.... Kakak laper... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Ehh... Hahahaha.... Maaf kak... Sebentar aku pesenin aja ya kak... ". Kataku.




Kak Nissa menggelengkan kepalanya.




Kak Nissa : " Tidak mau.... Dek kakak tau daerah sini... Asal kamu tau kost kakak dulu disamping kost kamu ini.... Hihihi.... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Elah... Yang bener kak.... Tapi kak aku penasaran kenapa kakak bisa tau aku disini.... ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Hihihi.... Asal kamu tau owner resto tempat kamu kerja itu teman kuliah kakak.... Hihihi ". Jawab Kak Nissa.




Aku : " Ehh.... Yang bener kak... Tapi kenapa bisa.... ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Panjang ceritanya.... Intinya beberapa hari yang lalu owner resto tempat adek kerja itu upload foto di IG kan... Nah kakak terkejut melihat itu dan kakak coba cek lagi dan ternyata bener kalau itu kamu dek... Setelah kakak coba melihat foto-foto di IG nya apalagi ada foto kamu pas lagi sendiri dek saat adek baru membawa nampan yang isinya penuh dengan makanan dan adek lagi senyum... ". Jelas Kak Nissa.




Aku : " Ohhh... Iya... Iya... Aku ingat kak foto itu.... ". Kataku..




Kak Nissa : " Nah seketika itu kakak langsung DM ownernya dan langsung dibalas olehnya dan semua pertanyaan kakak dijawab olehnya karena dia teman kakak.... Makanya setelah 3 hari kakak berangkat kesini.... ". Jelas Kak Nissa.




Aku terkejut saat Kak Nissa menjelaskan semuanya. Aku baru tau kalau Mbak Azizah selaku owner resto tempatku bekerja itu teman kuliah Kakak.




Aku : " Jangan bilang kakak kesini naik bus... ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Dihh... Enak aja... Kakak naik pesawat dek... Tadi jam 3 sore kakak sampai dikota Y dan kakak langsung kesini naik taksi.... Hihihi.... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Hmm... Lalu bunda gimana kak... ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Alhamdulillah dek bunda baik-baik saja.... ". Jawab Kak Nissa.




Aku : " Alhamdulillah... Oiya kak.... Kenapa kakak bisa tau kalau aku mau ke tempat Kak Hera....? ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Nih coba lihat kakak belum hapus semuanya kok.... ". Kata Kak Nissa sambil menyerahkan hape nya kepadaku.




Aku melihat banyak sekali chat dan....




Ya ampun ternyata semua chat yang aku kirim ke siapa saja masuk ke wattip Kak Nissa termasuk chatku dengan Evi dan Kak Hera. Ini namanya pembajakan.....




Aku : " Kak ini.... ". Kataku terkejut.




Kak Hera : " Maaf ya dek kalau wattip adek kakak bajak.... ". Kata Kak Nissa.




Kulihat Kak Nissa setelah mengatakan itu Kak Nissa menunduk seperti merasa bersalah.




Aku : " Tapi kenapa kak.... Sampai bajak wattip aku... Ini... Ini... ". Kataku kesal.




Sementara itu Kak Nissa hanya menunduk saja.




Aku : " Kak.... Jangan diam saja Kak.... Aku butuh penjelasan kak.... Ini.... Argh... ". Kataku frustasi.




Saat itu memang benar aku marah sama Kak Nissa. Kesal, jengkel, ilfil, bingung, entahlah....




Hanya suara isak tangis Kak Nissa saja yang terdengar saat itu.




Dengan perasaan yang tidak karuan akhirnya aku keluar dari dalam kamar kost ku dan meninggalkan Kak Nissa didalam.




Aku berjalan keluar dari area kost untuk sekedar menenangkan diri.




" Tidak... Kalau aku seperti ini aku sama saja dengan Kak Nissa yang terbawa suasana murkanya.... Aku harus tenang dan harus bisa berfikir secara dewasa.... Aku harus ikhkaskan saja dan mungkin saja Kak Nissa melakukan itu karena kasih sayangnya agar aku tidak terjerumus lebih dalam... Agar Kak Nissa juga bisa mengontrolku... ". Pikirku.




Setelah aku merasa tenang aku langsung berjalan ke warung lesehan depan resto tempatku bekerja karena disana ada warung lesehan yang enak dan murah tentunya, hehehehe.




Setelah sampai di warung lesehan aku langsung memesan makanan dan aku menunggu sebentar. Aku membeli bebek goreng 2 porsi 2 nasi putih dan teh hangat untuk Kak Nissa dan esteh untukku.




Cukup lama aku menunggu karena lumayan ramai juga akhirnya pesananku sudah siap, maka aku lekas membayar dan lekas untuk pulang karena Kak Nissa juga lapar.




Akhirnya sampai juga dan aku langsung membuka pintu kamarku. Kulihat Kak Nissa sedang meringkuk diatas kasur. Setelah aku mendekat yang semula aku kira tertidur ternyata Kak Nissa masih menangis sampai-sampai cadar bandana yang Kak Nissa pakai basah bahkan sampai bantalku.




Aku : " Kak... Makan dulu yuk... Tadi katanya lapar... Nih aku belikan kakak bebek goreng... Kan kakak suka sama daging bebek... Kaaakk.... ". Kataku sambil menepuk tangan kanan Kak Nissa.




Kak Nissa : " Dek... Kakak... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Kaaakkk... Sudahlah itu masa lalu kita.... Biarkan saja... Sekarang makan dulu yuk lagipula aku sudah mengikhlaskan semuanya... Yang penting sekarang bagaimana caranya untuk maju melangkah kedepan.... Aku juga salah kok.... Kaaaakkk.... Sudah yaa.... ". Kataku.




Saat itu Kak Nissa langsung duduk didepanku dan langsung memelukku erat.




Kak Nissa : " Makasih dek.... Makasih... ". Kata Kak Nissa.




Aku juga langsung memeluk Kak Nissa dengan erat serta tersenyum.






Cukup lama aku memeluk Kak Nissa. Lalu aku melepaskan pelukanku kepada Kak Nissa.




Aku : " Kaaakk.... Makan dulu yuk... Tadi katanya lapar... ". Kataku.




Kak Nissa hanya mengangguk saja saat itu. Aku langsung menyiapkan semuanya.




Aku : " Kak... Apa kakak masih mau pakai cadar kakak sedangkan cadar kakak basah begitu... Apa tidak ganti saja... ". Kataku.




Kak Nissa berfikir sejenak dan langsung mencopot cadarnya. Aku melihat wajah yang sudah lama tidak aku lihat. Begitu manis dan sangat natural tanpa adanya make up yang melapisi kulit wajah Kak Nissa. Aku sangat rindu melihat wajah itu.




" Kak... Kau sangat sempurna... ". Batinku.




Kak Nissa : " Dek... Kenapa bengong begitu... ". Kata Kak Nissa.




Saat itu aku langsung tersadar.




Aku : " Eh... Umm... Tidak kak... Hanya saja aku kangen lihat wajah kakak.... ". Kataku.




Aku : " Aneh kamu ini... ". Kata Kak Nissa.




Setelah itu kami makan bersama. Tidak ada obrolan saat kami sedang makan.




Setelah selesai makan malam aku segera membereskan semuanya dan aku duduk bersandar di tembok samping lemari bajuku.




Aku : " Kak.... Tidak pakai cadar lagi...? ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Umm... Tidak dek... Kan cuma sama kamu aja disini lagian pintu juga kamu tutup kan... ". Kata Kak Nissa sambil memainkan hapenya.




Aku : " Iya sih... ". Kataku.




Kak Nissa : " Dek.... Bobok yuk... Kakak ngantuk... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Iya Kak... Yasudah kakak tidur saja dikasur nanti aku tidur dilantai... ". Kataku.




Kak Nissa : " Dek apa kamu malu...? Apa kamu tidak kangen sama kakak...? ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " Kak... Bukan seperti itu... Aku kangen sama kakak... Tapi.... ". Kataku terpotong oleh Kak Nissa.




Kak Nissa : " Udah deh dek.... Jangan ngeyel... ". Kata Kak Nissa sembari menatapku tajam.




" Duh... Repot ini kalau tidak diturutin... ". Batinku.




Aku : " Hah.... Iya iya.... ". Kataku pasrah.




Lalu aku segera ke kasurku dan tidur terlentang di samping kanan Kak Nissa yang posisinya mepet tembok.




Karena gerah segera aku nyalakan kipas angin lalu kembali keposisiku semula.




Kak Nissa : " Sumuk po dek.... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Ehh... Kak... Kakak bisa bahasa jawa...? ". Kataku terkejut.




Kak Nissa mengangguk dan tersenyum.




" Duh... Manisnya.... ". Batinku.




Kak Nissa : " Udah dek bobok... Ngantuk... Capek.... ". Kata Kak Nissa.




Aku hanya mengangguk saja saat itu dan aku mencoba untuk tidur.




Aku terbangun saat Kak Nissa membangunkanku dan terdengar suara adzan subuh. Maka aku juga dengan segera bangun dan segera berwudhu setelah itu lanjut sholat subuh dengan Kak Nissa.




Kak Nissa : " Dek hari ini shift siang atau malam...? ". Tanya Kak Nissa sambil membuka mukenanya.




Aku yang saat itu langsung berbalik menghadap Kak Nissa tapi setelah aku berbalik dan melihat Kak Nissa aku hanya terbengong cukup lama.




Kak Nissa : " Astaghfirullah adek... Iihhh... Malah bengong... ". Kata Kak Nissa sambil tangannya dikipas kipaskan didepan mukaku.




Aku langsung tersadar saat itu juga.




Aku : " Ehh... Astaghfirullah... Iya kak.... Kenapa... ". Tanyaku balik.




Kak Nissa : kakak tanya hari ini shift siang atau malam... ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " O... Off.... Kak.... ". Kataku gugup.




Kak Nissa : " Kok gugup gitu sih dek... Kenapa... ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " Eh.... Ti.... Tidak... Kok.... Kak ". Kataku menunduk.




Kak Nissa : " Hihihi.... Adek baru kali ini ya liat kakak pakai pakaian kayak gini... ". Tanya Kak Nissa.




Sungguh aku terpesona. Aku yang terbiasa melihat Kak Nissa memakai gamis, khimar dan cadar dan selalu tertutup walaupun itu didalam rumah tapi kini aku melihat sesuatu yang tidak biasa bahkan baru kali ini aku melihat Kak Nissa menggunakan pakaian seperti ini.




Baju tidur berwarna ungu polos dengan lengan pendek serta celana panjang yang serupa warnanya dengan baju atasannya. Tanpa khimar dan juga cadar. Aku juga baru pertama kali melihat rambut Kak Nissa yang ternyata panjang dengan warna yang hitam legam dan juga lurus. Yang saat itu aku melihat Kak Nissa sedang menggelung rambutnya menggunakan seperti sumpit berwarna hitam juga. Sangat kontras dengan warna kulit Kak Nissa yang kuning langsat dan terlihat halus. Ditambah bulu-bulu tipis pendek yang tumbuh dikedua tangannya dan lehernya.




Melihat Kak Nissa menggunakan pakaian seperti itu membuat lekuk tubuhnya menjadi terlihat. Kulihat susu Kak Nissa yang membusung bulat besar nan indah dan pantat yang terlihat sedikit nonggeng bulat besar pula serta ceplakan celana dalamnya.




Tanpa sadar kemaluanku bangkit dari tidur panjangnya. Sedangkan aku masih memakai jubahku hanya sarung saja dibalik jubah yang aku kenakan.




" Duh gawat kalau Kak Nissa tahu kalau kemaluanku bangun... ". Batinku.




Aku langsung menunduk dan berbalik badan. Lalu dengan sedikit gugup aku mencopot jubahku. Setelah jubahku terlepas maka terlihatlah tubuhku yang hanya memakai sarung putih polos. Aku melihat kebawah dan terlihat sebuah tenda pada sarungku. Dan tiba-tiba Kak Nissa memelukku dari belakang, maka punggungku tertempel susu milik Kak Nissa. Sungguh sangat empuk, kenyal dan sangat nyaman kurasakan.




Gugup, deg-degan, kaku, keringat dingin. Itu yang aku rasakan saat dipeluk Kak Nissa.




Aku : " Kak... Aku.. ". Kataku kaku.




Kak Nissa : " Hmm... Dek... Cuma sama kamu kakak berani berpakaian seperti ini dan... Dan... Kakak........ Umm.... Dek.... Jangan tinggalin kakak lagi ya... Jangan pergi lagi... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Kak... Aku tidak akan pergi lagi tapi apa harus seperti ini.... Maksudku dengan kakak berpakaian seperti ini... Kaaakk... Aku sudah ceritakan semuanya sama kakak... Tapi bukan seperti ini yang aku harapkan... Tetaplah jadi Kak Nissa yang biasanya... ". Kataku.




Setelah aku mengatakan itu aku melepas pelukan Kak Nissa dan berbalik badan menghadap Kak Nissa.




Kak Nissa : " Dek... Maafkan kakak.... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Kak cari sarapan yuk... Laper... ". Kataku mengalihkan pembicaraan.




Kak Nissa malah seperti orang bingung melihatku berkata seperti itu yang mengajak Kak Nissa untuk mencari sarapan. Secara saat itu sudah jam 5 pagi jadi sudah banyak yang jualan sarapan pagi.




Melihat Kak Nissa yang seperti itu aku malah geli sendiri. Terkadang Kak Nissa itu galak, judes, dingin tapi kadang juga sangat manja, kalem dan polos.




" Haduh... Ini orang sudah sarjana kok polosnya seperti ini sih.... Mana psikolog pula.... Aneh ini orang... Tapi kalau lihat ekspresinya benar-benar membuatku tidak tahan... Ingin aku tubruk.... Duh.... ". Pikirku.




Aku : " Astaghfirullah.... Kkkkaaaaakkkk.... Hayok... Malah bengong....Cepat ganti baju.... Apa kakak mau pakai baju seperti itu..... ". Teriakku.




Kak Nissa : " Ehhh... Iya dek... Iyaa.... Astaghfirullah... ". Kata Kak Nissa.




Setelah itu aku ganti baju biasa begitu juga dengan Kak Nissa memakai gamis khimar dan cadar bandana yang semua serba hitam.




Lalu kami pun berjalan kaki untuk cari sarapan yang sudah buka.




Sesudah kami menemukan warung sarapan pagi kami langsung membeli makanan untuk kami sarapan. Yang tidak jauh dari kost yang aku tinggali.




Setelah sarapan dan perut kami kenyang aku dan Kak Nissa tidak langsung kembali ke kost melainkan jalan-jalan dulu. Kali ini jalan-jalan beneran tanpa kendaraan, hehehhee.




Kak Nissa juga menceritakan pengalamannya didaerah kost. Kami mengobrol saat perjalanan. Kami berhenti mengobrol saat kami bertemu dengan Mbak Azizah selaku owner tempat aku bekerja dan teman kuliah Kak Nissa yang sedang jalan-jalan juga.




Mbah Azizah : " Loh Azam... Jalan-jalan juga dan ini siapa....? Cie cie.... Pacar atau istri.... Hihihi.... ". Kata Mbak Azizah.




Mendengar Mbak Azizah berkata seperti itu membuatku tertawa dan Kak Nissa langsung bicara...




Kak Nissa : " Zizah..... Dari dulu kamu ini yaa.... Tidak berubah selalu ceplas-ceplos kalau bicara.... ". Kata Kak Nissa.




Mbak Azizah : " Ehh... Tunggu... Suara ini... ". Kata Mbak Azizah sambil menatap mata Kak Nissa.




Mbak Azizah : " Masya Allah Nissaaaaa...... ". Teriak Mbak Azizah dan langsung memeluk Kak Nissa.




Aku melihat Kak Nissa dan bosku berpelukkan seperti itu membuatku senang.




Setelah itu mereka mengobrol berdua sedangkan aku jadi obat nyamuk saja dibelakang mereka.




Tidak banyak hal terjadi saat kami berjalan jalan saat itu. Dan kami berpisah dengan Mbak Azizah dipersimpangan jalan kampung. Aku dan Kak Nissa memutuskan untuk pulang ke kost mengingat melihat matahari sudah naik dan melihat jam dihapeku sudah jam 6.30 pagi.




Sesampainya dikost aku langsung saja mandi. Sedangkan Kak Nissa beres-beres kamar. Sampai aku selesai mandi aku melihat kamarku yang sudah sangat rapi bahkan tercium bau wangi-wangian yang aku tau itu parfum kasturi yang sangat disukai oleh Kak Nissa. Bahkan aku heran kenapa Kak Nissa suka bau kasturi yang biasanya cewe tidak suka dengan kasturi.




Aku juga melihat Kak Nissa sedang duduk dipinggir kasurku dan begitu aku keluar dari kamar mandi Kak Nissa tersenyum kepadaku.




Kak Nissa : " Gimana dek... Sudah rapi kan bahkan wangi kasturi juga kan... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Kak... Kalau kakak bukan.... ". Kataku terpotong olehnya yang menyautku.




Kak Nissa : " Dek... Kakak tau apa yang kamu rasakan tapi itu tidak akan mungkin... Ingat Evi dek... Dia menunggumu sampai sekarang dan sekarang dia sudah pulih dan sehat... Bahkan dia menolak setiap laki-laki yang melamarnya... Dikatakan bahwa dia sudah ada yang punya.... Dek... Kemarilah.... ". Kata Kak Nissa.




Lalu aku berjalan ke arah Kak Nissa yang sedang duduk dipinggir kasurku. Begitu sampai didepan Kak Nissa aku langsung duduk didepannya.




Kak Nissa : " Dek... Sebenarnya kakak sudah ada yang punya... ". Kata Kak Nissa sambil menunduk.




DEG....




Aku : " Eh.... ". Kataku terkejut.




Entah kenapa aku sangat terkejut. Hatiku sakit, deg-degan, lemas, tidak ada daya bahkan untukku menggerakan jariku saja.




Kak Nissa : " Dek.... Kakak tau... Pasti adek berat untuk menerima ini... Dek jika saja kita bukan saudara kandung kakak pasti mau sama kamu dek... Deekkk.... Maafin kakak ya... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Kk... Kak... O... Orang.. Mana... Si... Siapa... ". Kataku.




Mulutku langsung kaku. Sekujur tubuhku dingin bahkan kepalaku sakit.




Kak Nissa : " Tidak jauh dari sini dek.... Masih 1 kota tapi beda daerah tepatnya orang Ban***.... Dia teman kuliah kakak tapi beda jurusan.... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Apa kakak sudah tau semuanya tentang dia...? ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Sudah dek... Bahkan kakak pernah kerumahnya... ". Jawab Kak Nissa.




Aku : " Ehh... Kerumahnya...???? ". Kataku terkejut.




Kak Nissa : " Dek... Jangan salah faham dulu... Kakak kesana sama bos kamu karena sekalian nengokin adiknya yang sedang belajar dipesantren milik orang tua nya dia... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Ehh... Pesantren...??? Kalau gitu kakak.... ". Kataku.




Kak Nissa : " Iya dek... Tapi kakak tidak pacaran sama dia... Awalnya dia mencoba untuk mengajak kakak berkenalan saja tapi kakak tolak terus... Akhirnya kakak bilang suruh datang kerumah karena disana ada orang yang berhak untuk nama dan atasku.... Akhirnya dia sanggup dan kakak suruh tunggu sampai kakak siap.... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Kak... Kalau gitu kapan dia datang kerumah.... ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Minggu depan dek... ". Jawab Kak Nissa.




Aku : " Ehh... Minggu depan...??? ". Kataku terkejut.




Kak Nissa : " Iya dek... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Apa kakak suka sama dia...? Apa kakak mencintai dia...? ". Tanyaku.




Kulihat Kak Nissa menganggukkan kepalanya. Hatiku langsung hancur, sakit sekali rasanya.




Aku : " Berarti kakak sudah siap sekarang... ". Tanyaku.




Kak Nissa menganggukkan kepalanya.




Ingin sekali aku teriak saat itu. Tubuhku bergetar, seperti tidak rela kalau Kak Nissa dimiliki orang lain.




Kak Nissa : " Dek... Kakak ingin kamu.... Kamu.... ". Kata Kak Nissa sambil menangis.




Aku langsung memeluk Kak Nissa dengan erat.




Kak Nissa : " Sebenarnya.... Sebenarnya.... Kakak... Kakak... Tidak ingin pi.... Sah.... Sama.... Adek... Sama bunda.... Tapi... Tapi.... Huaaaa...... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Kak.... Sudah kak... Sudah..... ". Kataku.




Kak Nissa : " Maafin kakak dek.... Maafin kakak.... ". Kata Kak Nissa yang menangis dalam pelukanku.




Setelah lama kami berpelukkan aku melepaskan pelukanku kepada Kak Nissa.




Aku : " Kak.... Kapan kakak pulang.... ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Tiga.... Tiga hari lagi dek.... ". Jawab Kak Nissa.




Aku : " Yasudah kalau gitu kakak cepat mandi karena 3 hari kedepan aku ingin bersama kakak... ". Kataku.




Kak Nissa : " Ehh.... Dek... Kamu.... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Hah.... Sudah sana mandi.... Ihh... ". Kataku.




Kak Nissa langsung masuk ke kamar mandi sedangkan aku hanya bisa menangis. Aku menangis karena kakak sudah mendapatkan laki-laki pilihannya. Walaupun belum menikah tapi tataoan matanya sangat mencintai dan menyukai laki-laki itu.




Apa dayaku yang hanya seorang adik kandung. Aku hanya bisa merelakan dan mengikhlaskan Kak Nissa untuk dimiliki orang lain. Hatiku sakit, bahkan lebih sakit daripada waktu aku diusir oleh Kak Nissa.




" Tidak.... Aku tidak boleh seperti ini... Dia adalah kakak kandungku yang tidak semestinya aku mencintai dan menyayangi lebih dari saudara kandung.... Aku harus merelakan dan mengikhlaskannya... Ya itu harus... Sebagaimana selayaknya adik kepada kakaknya.... ". Pikirku.




Setelah aku lebih tenang maka aku menggunakan pakaian terbaikku dan memakai parfum kasturi kesukaan Kak Nissa.




Setelah menunggu cukup lama akhirnya Kak Nissa selesai mandi dan sudah memakai gamis dan khimarnya. Aku melihat wajah yang sangat manis dan terlihat fresh karena habis mandi tapi aku juga melihat kesedihan dimatanya.




Aku : " Kaaakkk... Ikut aku yuk.... ". Ajakku.




Kak Nissa : " Ehh.... Kemana dek.... ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " Hmm.... Ke atas.... Hmmm... ". Jawabku.




Kak Nissa : " Ehh.... Ke atas...? Maksudmu ke...??? ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " Menurut kakak...???? Hehehehe ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Hihihi... Tapi naik apa dek kan tidak ada kendaraan.... ". Tanya nya.




Aku : " Hmmm... Benar juga ya.... Kenapa aku jadi pikun gini yaa.... ". Kataku.




Kak Nissa : " Ahahahaha.... Ngajak kok tidak dipikirin matang-matang.... ". Kata Kak Nissa.




Aku hanya cengengesan saja saat itu. Lalu Kak Nissa mengambil hapenya dan menelpon entah siapa.




Kak Nissa : " Assalamualaikum.... Haaa iyaa.... Eh Za.... Boleh tidak Azam aku boking dulu selama aku disini.... Ahahaha.... Masya Allah Za.... Iya 3 hari dari sekarang kok.... Iya.... Oh iya Za.... Motor aku masih dikamu kan... Iya.... Ohhh.... Hihihi.... Iya iya.... Makasih loh ya..... Tidak kok.... Oke.... Wa'alaikum salam.... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Kak... Kakak telpon mbak Azizah...??? ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Iya... Kakak sudah ijinin kamu buat off selama kakak disini dan sekarang kamu ambil motor gih dirumahnya Zizah.... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Hah.... Motor...? Motor siapa kak ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Duh ni anak lemot banget sih.... Iya motor... Motor kakak lah masak motor Zizah.... Sudah sana ambil katanya mau ke atas.... ". Kata Kak Nissa sambil tersenyum.




Aku : " Hmmm... Siap komandan.... ". Kataku sambil hormat kepada Kak Nissa.




Tanpa berfikir lama aku langsung kerumahnya Mbak Azizah untuk mengambil motor Kak Nissa.




Sesampainya dirumah Mbak Azizah kulihat dia sedang menyiram bunga-bunga nya karena dirumahnya banyak sekali bunga dan itu berbagai macam bunga ada. Rumah bertingkat 2 yang terlihat asri dan nyaman.




Aku : " Assalamualaikum mbak.... ". Salamku.




Mbak Azizah : " Wa'alaikum salam... Ehh Azam... Mau ambil motor.... Sebentar yaa aku ambil kunci sama surat-surat nya.... ". Kata Mbak Azizah sambil berlalu.




Tidak lama setelah itu mbak Azizah kembali dan menyerahkan kunci dan surat-surat motor Kak Nissa.




Mbak Azizah : " Motornya yang vario itu ya warna silver ". Kata Mbak




Aku : " Ok mbak... ". Kataku.




Lalu aku berjalan ke arah motor vario itu. Kulihat motor itu masih sangat terawat. Aku langsung menancapkan kunci motor yang aku bawa dan memutar knop pada kunci tersebut setelah itu aku coba memencet stater untuk nyalakan dan langsung menyala.




Setelah itu aku mencoba menjalankan motor tersebut sampai didekat Mbak Azizah berada.




Mbak Azizah : " Huh... Gmn Zam... Masih enak kan motornya... ". Tanya Mbak Azizah.




Aku : " Mantep mbak... Hehehe.... ". Jawabku.




Mbak Azizah : " Yasudah sana nanti ditunggu Nissa loh... ". Kata Mbak Azizah.




Aku : " Oke mbak... Aku pamit ya... Assalamualaikum.... ". Salamku.




Mbak Azizah : " Waalaikum salam.... ". Jawab Mbak Azizah.




Setelah itu aku langsung pulang ke kost. Jarak yang tidak jauh dari kost menjadikan perjalanan menjadi cepat. Setelah sampai aku langsung ke kamar kost.




Sesampainya dikost aku terpana dengan Kak Nissa yang sangat anggun dan sangat ceria. Saat itu Kak Nissa memakai gamis hitam polos yang aku baru melihat gamis itu dan sepertinya itu baru karena aku tidak pernah melihat Kak Nissa memakai gamis itu. Gamis warna hitam polos ada berenda-berendanya dilengannya dipadukan dengan seperti rompi panjang sampai kaki tepatnya diatas mata kaki yang mana warnanya serupa yaitu hitam juga. Khimar berwarna hitam dan juga cadar bandana dengan warna hitam juga. Lalu ada bross rantai yang terpasang disisi kiri pada bagian dekat dengan mata kirinya sampai ke belakang tenganya yang berwarna silver yang mana sangat kontras.




Kulihat juga Kak Nissa memakai celak pada kedua matanya yang mana mata Kak Nissa memberikan kesan tajam serta indah dengan mata milik Kak Nissa. Kak Nissa juga menambahkan sofline berwarna hitam legam pada pupil matanya yang aslinya berwarna coklat.




Kak Nissa : " Dek... Kok bengong... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Bagaimana aku tidak terpana pada bidadari didepanku ini kak.... Kakak sangat cantik dan anggun... ". Kataku.




Kak Nissa : " Hihihi.... Pokoknya 3 hari kedepan kamu milik kakak... Kita habiskan bersama... Adek mau minta apapun dari kakak pasti kakak turutin kecuali..... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Ehh... Aku faham kak.... Begitu juga aku kak... 3 hari kedepan kakak milikku... Kakak minta apapun aku turutin... ". Kataku.




Aku lihat Kak Nissa tersenyum dibalik cadarnya.




Kak Nissa : " Berangkat sekarang...? ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Siap nyonya.... ". Kataku.




Kami tertawa lepas saat itu.




Setelah itu kami berangkat ke tujuan kami yaitu Sungai Udang.






Diperjalanan aku dan Kak Nissa mengobrol santai dan cerita pengalaman Kak Nissa dikota Y ini. Banyak sekali pelajaran yang aku petik dari cerita Kak Nissa. Tujuanku untuk naik keatas itu supaya aku tidak terlalu memikirkan tentang Kak Nissa.




Kali ini Kak Nissa juga banyak diam setelah menceritakan pengalamannya dikota ini. Sebelumnya Kak Nissa juga beberapa kali naik keatas bersama teman-temannya dikala sedang libur kuliah maka dari itu Kak Nissa menceritakan kepadaku. Aku baru pertama kali naik ke atas juga penasaran dan kata teman-temanku yang pernah keatas mendapatkan pengalaman yang cukup menarik.




Disaat kami sampai pada patung monyet kami istirahat terlebih dahulu dan mencari warung untuk beristirahat. Kami menemukan warung tegal dan sepertinya sedang sepi maka dari itu kami mampir diwarung tersebut untuk mengisi perut kami yang mulai berteriak untuk diisi.




Kak Nissa : " Hah.... Sudah lama kakak tidak mampir diwarung ini... Hihihi... Yuk masuk... ".




Aku mengangguk saja karena memikirkan perkataan Kak Nissa.




" Apa Kak Nissa pernah kewarung sini juga ya... Tau ah... Yang penting makan saja.... ". Pikirku.




Lalu kami masuk kedalam warung tersebut. Kulihat seorang ibu setengah baya yang sedang memasak sesuatu dibelakang etalase.




Kak Nissa : " Assalamualaikum.... Maakkk... ".




? : " Waalaikum salam.... Masya Allah Nissa yaa.... Sudah lama tidak kesini... Sama siapa ini... ".




Kak Nissa : " Hihihi.... Iya maakk... Ini adik Nissa makk... Gantian dia yang merantau disini hihihi.... Nah dek ini emak Ijah kebetulan kakak kenal karena dulu sering kesini kalau kakak sedang ingin naik keatas... ".




Aku hanya mengangguk saja dan tersenyum kepada emak Ijah.




Emak : " Waahhhh.... Silahkan duduk... Mau makan apa ini... Rawon kayak biasanya ya... ".




Kak Nissa : " Masya Allah maakk... Tasih eling mawon maak.... ".




Emak : " Hehehe.... Iyolah nduk.. Wis penakke wae... Oiyo adine rep maem opo... ".




Aku hanya bengong mendengar mereka ngomong memakai bahasa jawa, karena saat itu aku tidak faham bahasa jawa makanya bengong....




Kak Nissa : " Dek.... Mau makan apa.... Kok bengong gitu... ".




Aku : " Dihh kak.... Mana aku tau.... Aku tidak bisa bahasa jawa.... ".




Kak Nissa : " Astaghfirullah.... Maaf dek kakak lupa... ".




Kak Nissa dan emak ijah tertawa saat itu. Lalu aku juga memesan makanan yang sana seperti Kak Nissa.




Setelah mengisi perut selesai kami meneruskan perjalanan yang ternyata sudah dekat. Begitu kami sampai kami memakirkan motor dan tidak lupa untuk mengunci stang motor kami. Setelah itu kami diperlihatkan pemandangan yang sangat mengagumkan. Tidak henti-hentinya aku kagum oleh pemandangan disini.




Kak Nissa : " Dek kenapa bengong... Ada pemandangan yang lebih indah dari ini kalau naik ke puncaknya lho.... ".




Aku : " Ehh... Masa sih kak....? ".




Kak Nissa : " Lihat saja nanti.... ".




Kak Nissa langsung menggandeng tangan kananku dan kami berjalan menuju pintu masuk hutan.




Begitu masuk dan membeli tiket kami bergegas untuk naik kearas. Tidak lupa untuk membeli perbekalan seperti air minum.




Singkat cerita kami sampai keatas dengan sedikit ngos-ngosan karena jalan yang menanjak. Saat kulihat benar kata Kak Nissa kalau pemandangan diatas lebih indah bahkan saat itu cuaca sangat mendukung jadi gunung merapi nampak jelas diujung pandangku. Bahkan aku juga melihat satwa-satwa yang jarang aku lihat.




Kak Nissa : " Gimana dek... Indah kan.... ".




Aku : " Subhanallah kak.... Ini mengagumkan.... ".




Kak Nissa : " Hihihi.... Kakak waktu pertama kali kesini juga sama kayak kamu dek.... ".




Aku : " Hmm.... Udara disini juga sangat sejuk kak... Seperti aku sedang memakai inhaler kak.... Semriwing.... Ahahahhaha.... ".




Kak Nissa : " Ahhahhaa.... Aneh-aneh aja kamu ini.... ".




Aku : " Kak.... Cari tempat duduk yuk... ".




Kak Nissa hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.




Setelah mencari tempat duduk yang kosong karena saat itu ramai pengunjung kami akhirnya menemukan tempat duduk. Lalu kami duduk dengan nyaman.




Tiba-tiba ekspresi Kak Nissa berubah menjadi sedih.




Aku : " Kakak kenapa...? ".




Kak Nissa : " Dek... Kakak tau sebenarnya kamu bawa kakak kesini itu.... ".




Aku : " Kaaakkkk.... Aku tau yang kakak pikirkan.... Walaupun kalau boleh jujur hatiku sakit kak.... Aku tidak rela kakak diambil orang lain... Dimiliki orang lain... Entah kenapa aku memiliki perasaan lebih dari seorang adik kepada kakaknya.... Tapi aku sadar kalau itu salah kak... Tidak semestinya aku memiliki perasaan itu.... Sekarang aku mencoba untuk tidak memikirkan itu kak... Aku mencoba untuk mengikhlaskan kakak... ".




Kak Nissa : " Dek.... Makasih ya dek.... ".




Aku langsung merangkul Kak Nissa.




Apa yang terjadi kedepannya aku tidak tau yang jelas aku akan merelakan semuanya...




Kak Nissa : " Dek... Turun yuk... Kakak lapar.... Hihihihi... ".




Aku : " Eh... Bukanya tadi sudah makan ya kak....? ".




Kak Nissa : " Kan tadi dek.... Lagipula naik kesini juga butuh tenaga juga kan... Jadi laper lagi.... ".




Aku : " Hmm.... Okelah.... Yuk kak... ".




Setelah itu aku turun kebawah untuk mengisi perut kami lagi.




Singkatnya setelah kami mengisi perut kami bermain ditaman bermain karena banyak juga permainan anak-anak. Kak Nissa juga bermain ayunan dengan anak-anak dan memberikan jajan yang kakak beli tadi.




Aku melihat Kak Nissa sangat senang bermain dengan mereka. Bahkan aku sedikit terkejut saat cadar Kak Nissa ditarik oleh salah satu anak perempuan yang aku taksir sekitar umur 5 tahun. Tapi dengan sigap Kak Nissa membetulkan cadarnya dan memberitahu ke anak itu kalau yang dilakukannya tidak sopan dan tidak boleh dilakukan dan anak perempuan itu mengerti. Aku membayangkan kalau Kak Nissa mempunyai seorang anak pasti akan bermain seperti itu. Nampak senang dan bahagia.




" Andai saja bukan kakak kandungku.... ". Pikirku.




Aku yang mengamati Kak Nissa sambil duduk ditempat duduk juga ikut merasakan senang. Bisa melihat Kak Nissa sesenang itu membuat hati adem dan tenang.




Setelah hari sudah mulai sore akhirnya Kak Nissa menyudahi bermain dengan anak-anak itu. Dan berjalan kearahku.




Kak Nissa : " Hah.... Kakak puas main dengan mereka.... ".




Aku : " Iyalah kak... Lama lho kakak mainnya... capek ya kak.... ".




Kak Nissa : " Capek dek... Hah... Minum dek.... ".




Aku langsung menyerahkan air minum yang ada sedotannya ke Kak Nissa. Dan Kak Nissa langsung minum bahkan setengah botol 600 mil.




Kak Nissa : " Haahh.... Alhamdulillah.... ".




Aku : " Kak... Pulang yuk.... ".




Kak Nissa : " Hmm.... Yuk dek.... ".




Setelah itu kami pun pulang dengan perasaan senang tapi lelah.




Saat diperjalanan pulang entah kenapa Kak Nissa menunjuk ke kanan dan menyuruhku untuk berhenti disuatu rumah yang cukup besar. Setelah aku membaca tulisan didepan rumah itu....




" HOTEL SRIKANDI ".




Aku : " Ehhh.... Kak.... ".




Kak Nissa : " Hehehe.... Yuk masuk dek... ".




Aku : " Ehh... ".



Posting Komentar

0 Komentar