ANAK SEBELAH PART 13

 


Setelah puas bersetubuh dengan istriku, aku langsung duduk di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan televisi yang terus menyala walau tidak ada yang menonton. Lelehan spermaku masih menetes membasahi batang kejantananku itu kerena istriku melarangku membersihkannya. Begitu juga dengan celah vagina Ana, kulihat lelehan cairan putih kental juga masih keluar dari lobang kemaluannya itu.




Entah apa yang diinginkannya aku belum tahu. Dia berteriak memanggil Mita yang mungkin sudah selesai menerima telfonnya.




“Mita... Mita..” teriak Ana memanggil Mita.




“Iya kakk...” sahut Mita dari dalam kamar.




“Sini dong.. kakak mau tanya sesuatu”




Kulihat Mita langsung keluar dari dalam kamar dan menuju tempat kami memadu kasih tadi. Dia tidak terkejut dengan kondisi kami, aku pikir mungkin dia sudah melihat perbuatan kami tadi.




“iya kak.. ada apa” ucap Mita yang kini berdiri di depan Ana dengan memakai kemben seperti biasanya.




“Ummm.. Mita.. sekarang kak Ana mau tanya, kamu sudah berapa kalai ngentot sama kak Andra?” tanya istriku datar, tak ada senyum di wajahnya.




“Ap-apa kak? Eh itu... itu.. belum pernah sih kak..”




“Bohong kamu... ayo bilang yang jujur, atau kak Ana tampar kamu biar bicara” kali ini wajah istri pertamaku itu berubah jadi galak.




“I-iya kak...”




“Iya apa??”




“Aku udah ngen.. eh.. anu..”




“Ngentot !?”




“iya.. ngentot sama ka Andra..”




“Ohh.. oke.. bagus kamu mau jujur sama kak Ana.. sekarang buka kain kemben kamu itu.. cepat!!” Ana mengakiri perintahnya dengan sedikit teriakan.




Mita yang kulihat mulai gugup langsung saja menuruti perintah Ana. Dengan satu tarikan dia melepaskan kain kemben yang dipakainya dan langsung saja tubuh bugilnya kembali terpampang di hapanku. Dari awal saat melihat Mita keluar kamar memakai kain kemben itu aku sudah menduga di baliknya pasti dia sudah tak memakai apa-apa seperti biasanya. Aku diam saja, sengaja aku membiarkan Ana melakukan keinginannya. Toh aku dapat hiburan juga, haha.




“Tubuh Mita bagus ya Pah??” tanya Ana padaku namun pandangan matanya tertuju pada tubuh bugil Mita.




“Iya dong mah.. udah tubuhnya bagus, putih, mulus, cantik pula.. hehe...” balasku.




“Mama pinter milihnya kan pah?” tanya Ana sambil tangannya meremas buah dada Mita yang membusung ke depan itu.




“Betul.. mama pinter banget pilihnya” jawabku.




Pada titik ini Mita seperti sedang penuh dengan tanda tanya di wajahnya. Dia tak mengerti arah pembicaraanku dan istri pertamaku itu. Wajarlah kalau dia kebingungan di depan kami.




“Mita.. sekarang kamu menungging, ayoo !!” perintah istriku lagi.




Tanpa berkata apa-apa Mita langsung menuruti perintah istriku itu. Kuperhatikan mulai ada rasa takut pada wajah gadis cantik itu.




“Sekarang bilang, berapa kali kamu ngentot sama kak Andra?”




“Sa-satu kali kak”




Plakkk !!! sebuah tamparan sukses mendarat di pantat Mita.




“Berapa kali??”




“Du-dua.. kali”




Plakkk !!! sebuah tamparan lagi harus diterima Mita di pantatnya.




Kulihat kulit pantat Mita mulai memerah meski baru dua kali tangan Ana menamparnya. Dari balik bongkahan pantatnya itu kulihat gundukan daging tembem yang merupakan pusat segala kenikmatan milik Mita. Gundukan yang mempunyai celah merah pucat dan dihiasi dengan bulu-bulu halus. Aku yakin siapapun yang melihatnya pasti terpesona.




“Ahhh.. sering kak... sering...”




“Ohh.. jadi selama ini kamu udah berani ngentot sama suamiku?”




Plakkk !!!




“Ahhh.. iya kak... iya....”




“Oke .. sekarang kamu harus dihukumm... balik badanmu!!”




Mita tanpa protes langsung membalikkan posisi tubuhnya, yang tadinya menungging jadi duduk mengangkang memperlihatkan celah kewanitaannya.




“Lihat nih pah.. bisa yah ditampar pantatnya tapi basah memeknya, hihi..” ujar Ana sambil mencolek celah vagina Mita dengan jarinya.




“Hemm... baru tau aku mah..” balasku datar.




“Nah Mita.. sekarang kak Ana mau menghukum kamu.. mau kan sayang??”




“Iya kak.. mau...” balas Mita lemah.




“Coba, mana memek yang kamu buat ngentot sama kak Andra??”




“I-ini kak...” jawab Mita sambil menunjuk celah vaginanya.




Plakkk !!!




“Aaahhhhhhhkkkkk...” pekik Mita saat tangan Ana menampar kemaluannya.




“Gadis apa kamu ini? Gadis binal yah?? Ayo bilang..”




Plakkk... !!!




“Aaahhhhhhkkkk... iya kak.. aku gadis binal.. ahhh.. ampunn aahh...”




“Nahh.. gadis binal, sebagai tanda bakti kamu.. sekarang bersihkan memek kak Ana dulu” ucap istri pertamaku itu lalu berdiri dan menyodorkan pangkal pahanya pada Mita yang masih duduk mengangkang di depannya.




Meski terlihat bingung tapi Mita kembali menuruti perintah Ana. Dia langsung menjilati memek Ana yang tepat berada di depan wajahnya itu tanpa rasa jijik. Pasti di celah vagina Ana masih tersisa spermaku juga dan kini sedang dijilati oleh Mita. Aku yang melihat kelakuan mereka berdua seperti sempat berdecak kagum. Baru kali ini aku melihat dua orang perempuan dalam posisi seperti itu secara live.




“Ummpphh.. cruphh... cruphh.. ummmphh.. cruphhh..” sesaat hanya suara hisapan dan kecupun mulut Mita pada memek Ana yang terdengar.




“Uhhh.. bagus benget anak ini.. udah pinter ternyata.. ahhh...” puji Ana yang mulai menikmati oral seks dari Mita.




Kuperhatikan semakin lama dua perempuan itu semakin larut dalam rangsangan dan kenikmatan. Kini kedua tangan Mita malah memegangi paha Ana, seakan dia tak rela kalau istri pertamaku itu melepaskan memeknya dari hisapan mulutnya. Sedangkan Ana juga merangsang dirinya dengan memilin putingnya dan meremas payurdaranya sendiri.




“Ahh.. mantab banget mulut anak ini.. ahh.. bisa becek nih memekku..” ujar Ana.




“Hehehe.. dia bisa ngimbangin kemauan mamah kan?” ucapku ikut memuji Mita.




“Oohh.. iya pah bener.. aahh.. bisa keluar nih kalo begini caranya.. kita ganti posisi aja Mita”




Ana kemudian melepaskan dirinya dari serangan Mita pada liang senggamanya. Dia mendorong tubuh Mita sampai tidur telentang di atas lantai. Sesaat setelahnya Ana kemudian memutar posisi tubuhnya hingga wajahnya berada di depan vagina Mita. Sepertinya dia ingin menjajal posisi 69 sesama perempuan.




Mita juga sepertinya langsung kompak dengan istri pertamaku itu. Begitu kepalanya dikangkangi kedua kaki Ana, mulutnya kembli menyerang celah vagina Ana tanpa ampun. Meskipun Mita juga harus menahan geli-geli nikmat di celah kemaluannya akibat jilatan dan hisapan Ana.




“Uhhhmmm... kamu pinter sayang.. ahhh.. terus.. ahh...” racau Ana disela-sela dia mengoral vagina Mita.




“iya kak.. emphh... ahhh.. kak Ana.. ahhh... emmphhh...enakk...” balas Mita sedikit gelagapan saat celah vagina Ana yang digarapnya mulai mengeluarkan cairan.




Aku yang melihat kelakuan binal dua istriku itu sangat menikmatinya. Sungguh beruntung sekali aku punya istri seperti mereka berdua. Satunya Hyper dan satunya mudah terangsang. Pasti setelah ini banyak sekali fantasi Ana yang bisa kita lakukan.




“Dikit lagi Mita... ahhh.. iya.. dikit lagi..” ucap Ana sambil terus menjilati kemaluan Mita. Mungkin maksudnya dia sebentar lagi akan orgasme.




“Ehhmmm... emmph... ahh... emphh... emphh..” Mita semakin bersemangat mengoral liang senggama Ana.




“Ahhhhh... aaaadduhh......aaaahhhhhhh...” jeritan panjang dari mulut Ana menggema di ruangan itu menandai orgasmenya kembali datang menerpa tubuhnya.




Mita masih terus mengerjai memek Ana meski tubuh istri pertamaku itu menggelinjang dan bergetar hebat. Aku yakin baru kali itu dia merasakan orgasme dari jilatan lidah sesama perempuan. Aku tak tahu pasti bagaimana sensasi yang dia rasakan, yang jelas pasti ada bedanya saat dia bermain denganku.




“Hhhaaahh... haahh.. hhaaaahhh...” Ana terengah-engah seperti baru saja lari puluhan meter dengan cepat.




Meski tubuhnya masih bergetar Ana mencoba berdiri dari posisinya yang mengangkangi tubuh Mita. Dia kemudian duduk di sebelahku masih dengan nafas yang tersengal-sengal.




“Aduuhh pahh... Mita ternyata mantab banget” puji Ana sambil menatapku sayu.




“Hehe.. udah puas kan mah? Yaudah sekarang giliran Mita.. yukk sini sayang” panggilku pada Mita.




Dia seperti mengerti apa yang aku mau. Dengan merangkak dia mendekatiku yang masih duduk di atas kursi. Kemudian Mita mulai mengulum batang penisku yang sudah kembali mengeras karena disuguhi tontonan posisi 69 antar perempuan tadi.




“Pelan-pelan sayang..” kataku sambil mengusap kepala Mita dan menyingkap rambutnya yang jatuh kesamping.




Dalam kondisi telanjang bulat dan tubuhnya dipenuhi keringat, Mita meng-oral penisku dalam posisi mengungging di depanku. Ana yang duduk di sebelahku mengistirahatkan dirinya nampak masih mengawasi Mita yang mencoba memuasiku.




“Mita kangen banget sama kak Andra..” ucap Mita dengan matanya yang sayu menatapku.




Setelah aku yakin batang penisku telah tegak dengan sempurna, lalu kusuruh Mita untuk berdiri dan naik ke pangkuanku. Dia langsung mengerti kemauanku, kerena memang posisi ini sudah sering kami lakukan. Mita berdiri dan melangkahkan kaki kirinya pada kedua pahaku. Lalu tanpa harus diperintah lagi dia mulai memasukkan ujung penisku pada celah kemaluannya.




“Ahhh....ahhh....aahhhhhhhh” jeritan tertahan Mita mengiringi amblasnya kejantananku pada liang senggamanya.




“Pelan aja sayang.. jangan keburu digoyang” ucapku sambil memeluk tubuh Mita dengan kedua tanganku.




“Ahhhh.. penis.. em.... kontol kak Andra bikin penuh.. uuuhhh..”




Setelah mendiamkan tubuhnya beberapa saat Mita kemudian mulai menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan memutar. Temponya yang pelan membuatku bisa kembali menikmati payudaranya yang membusung dan pentilnya yang mengacung lancip.




“Ssluuurrrrppp.....”




Puting susu Mita dalam sekejap langsung jadi bulan-bulanan lidahku. Dia memejamkan mata sambil mendesah pelan saat menerima rangsangan dariku.




“Aahhh.. kaakkkk.. enakkk.. Huuuuhhh.. iya.. uuhhh...” desah Mita semakin menjadi, saat lobang memeknya terisi penisku dan kedua buah dadanya kujilati bergantian.




Goyangan tubuhnya semakin lama semakin liar. Kadang naik turun, kadang berputar dan kadang menghentak-hentak ke depan supaya batangku masuk lebih dalam. Aku ikuti saja ritme goyangan Mita sambil kumainkan lidahku pada kedua puting susunya yang masih terus mengeras itu.




Mita yang mengangkangi tubuhku mendesah dan mengerang-erang sambil tubuhnya menggelinjang-gelinjang liar tak beraturan. Dengan aksi liar yang menggairahkan, istri keduaku itu mengocok-ngocok penisku di dalam dirinya. Membuatku jadi sedikit kewalahan dengan tingkah laku perempuan muda yang bergairah tinggi ini. Hanya berkat pengalaman dan konsentrasilah yang membuatku berhasil menahan diri untuk tak mengalami ejakulasi dini. Aku masih belum puas menikmati permainan ini.




Mita kini sedikit mengubah posisi. Ia masih di atas pangkuanku dan masih mengontrol ritme persetubuhan kami. Namun kini sambil pinggulnya bergerak naik turun, tubuhnya berdiri menghadap ke depan, memamerkan payudaranya yang indah padat berisi itu bergerak-gerak naik turun dan berputar-putar, seiring dengan goyangan pinggulnya.




" Ooohhh....oohhh....aaahhhh.......aaaaaaghhh..." desahnya.




Mita terus "berolahraga" naik turun "mengendarai" penisku. Aku jadi semakin bergelora melihat keliarannya. Penisku sungguh nikmat rasanya dijepit dan digesek-gesek oleh dinding vaginanya yang sempit. Tingkah Mita makin liar saat ia menggapai kedua tanganku dan menaruhnya di dadanya, menyuruhku meremas-remas gunung kembarnya.




" Ooohhh....oohhh....aaahhhh.......aaaaaaghhh..."




Gerakan tubuh Mita makin cepat saat melakukan gerakan naik turun. Rambutnya yang panjang lurus sebahu ikut tergerak-gerak membuatnya jadi agak awut-awutan. Kini, kesan imut-imut Mita telah lenyap hilang tak berbekas. Semuanya kini jadi semakin liar, ganas, dan tak terkendali lagi. Aku pun mulai merasakan kalau penisku tak bakal mampu menahan lama lagi.




“Coba turunin dia pah..” ujar Ana tiba-tiba.




Aku ikuti saja kemauan Ana itu. Dengan penis masih tertancap, kugendong tubuh Mita kemudian kubaringkan di atas lantai. Ana langsung mendekat dan menyerbu tubuh Mita dengan hisapan mulut dan remasan tangan pada payudara Mita.




“Aduuhhh kaakkk... aku diapain?? Aahh.. ampuunn...” jerit Mita karena daerah rangsangannya menjadi permaianku dan Ana.




Aku terus menggenjot memek Mita dengan tempo yang biasa-biasa saja. Sedangkan Ana juga sibuk memainkan kedua payudara Mita dengan ganas. Sungguh beda sekali Ana saat itu, yang biasanya kalem dan keibuan mendadak jadi binal. Apalagi dengan adanya Mita semakin membuat istri pertamaku itu menampakkan sisi liarnya. Sisi yang dia sembunyikan dengan baik dan hanya ditunjukkan saat bersenggama dengan lawan jenisnya.




“Aahhhhhhkkk...” satu teriakan panjang mengiringi lepasnya gelombang orgasme pada tubuh Mita.




Aku masih terus menggenjot memeknya, namun sekarang temponya kupercepat karena rasanya spermaku semakin mendorong untuk di keluarkan. Ana juga masih terus menghisap dan menyedot buah dada Mita bagai bayi kelaparan.




“Ahhh... aku kelurin ya Mita.. oohhhhh....” desahaku mengiringi menyemburnya spermaku.




Crott... crott.. crott...




Beberapa kali semburan sperma masuk ke dalam rahim Mita. Kali ini aku sudah tak takut lagi dia akan hamil dari bibit pemberiannku, karena kami sudah jadi suami istri. Mataku terpejam menikmati klimaks yang kurasakan. Aku benar-benar merasa melayang setelah semua maniku keluar.




“Mantab kan pah?” tanya Ana yang kini mendekatkan wajahnya padaku.




“Iya mah.. enak yah kalo bisa maen gini terus.. hehe...”




Aku dana Ana kemudian ciuman mesra sekali. Bahkan sampai lupa kalau Mita masih telentang di atas lantai dan penisku masih menancap di liang senggamanya.




“Udah dulu yah.. kita lanjutin ntar malem aja.. bentar lagi si kecil bangun” Ana mengingatkan.




“Kak.. aku beneran minta maaf yah..” ucap Mita yang kini duduk dan memeluk Ana.




“Eitt... gapapa kok.. aku tadi hanya pura-pura loh, hahaha...” balas Ana.




***




Pukul 8 malam kami bertiga ditambah dengan anak pertamaku pergi makan malam di sebuah resto yang tak jauh dari pantai. Tempatnya bagus, bersih dan suasana di situ mengingatkan kita pada situasi di pulau Bali. Pengunjungnya tak ramai juga tidak sepi, mungkin lebih tepat bila disebut situasinya nyaman.




Malam itu Ana tampak memakai sebuah gamis panjang warna merah muda dengan diselingi warna cream di pundak dan pinggangnya. Di kepalanya kembali tersematkan jilbab sewarna dengan gaun yang dipakainya. Sungguh Ana nampak semakin muda dari umur aslinya, bahkan bila disejajarkan dengan Mita dia seperti kakak perempuannya.




Begitupula dengan Mita malam itu. Dia tak kalah cantik dengan Ana. Tubuh atasnya terbalut dengan kemeja lengan panjang warna kuning gading, dengan jilbab yang berwarna senada. Sedangkan di bawahnya dia memakai jeans biru terang. Benar-benar menunjukkan kalau dia masih muda dan bahagia.




Dalam suasana yang nyaman dan dengan penerangan yang sedikit redup nan syahdu itu kami berempat menikmati hidangan yang telah kami pesan.




“Kak.. bentar lagi Riska menyusul kesini katanya” ucap Mita memberitahuku setelah dia membaca pesan di Hpnya.




“Ehh.. kok bisa sih? gangguin aja dia tuh” balasku.




“Siapa sih Mita?” tanya Ana kemudian.




“Itu.. Riska, yang pacarnya minjemin villa buat kita”




“Ohh.. kalian udah kenal baik lama yah!?” ujara Ana sambil melihatku dengan tatapan menyelidiknya.




“Iya kenal baik.. kan dulu aku udah pernah cerita sama mama.. pas dia numpang tingal di rumah dulu..” buru-buru aku sebut pernah aku ceritakan, daripada Ana mulai curiga.




“Hehe.. iya deh paa.. gapapa, kemarin bukannya dia ikut datang ke rumah?” ucap Ana.




“Iya kak.. berarti dia belum pulang ke kota” ucap Mita yang lanjut makan.




Kami kemudian menyelesaikan acara makan malam di resto itu sambil bercerita penuh dengan canda tawa. Aku hanya bisa berharap dan berdoa semoga kebahagiaan ini berlanjut sampai tua.




***




Pukul 10 malam. Kami sekeluarga sudah kembali lagi ke Villa. Malam ini kami menginap di situ dan berencana kembali pulang ke rumah esok pagi. Sesaat setelah kami masuk ke dalam villa tiba-tiba ada mobil yang parkir di halaman. Aku yakin itu pasti mobilnya Fajar yang datang bersama Riska.




“Dari mana kalian?” tanyaku begitu melihat Riska dan Fajar turun dari mobil.




“Dari rumah.. kita kemari rencananya mau ngajak Om menikmati malam di sini” balas Riska yang malam itu tampil tanpa menutup kepalanya.




“Ohh gitu... yaudah masuk dulu gihh...” balasku.




“Ga usah Om.. langsung aja yukk.. kemaleman ntar” ajak Riska.




“Oke.. bentar, aku ajak yang lain ikutan”




“Sipp Om..”




Setelah aku mengatakan akan keluar bersama Riska dan Fajar, rupanya hanya Mita yang mau ikut denganku. Sedangkan Ana tidak mau ikut, dia lebih memilih tidur bersama anakku yang pertama. Aku tak masalah, jadilah aku dan Mita ikut satu mobil dengan Fajar dan Riska.




Perjalanan dengan mobil mungkin hanya sekitar 10 menit dan kami sudah sampai di tempat yang dimaksud oleh Fajar. Tempatnya agak sepi dari luar, tapi begitu kami masuk rupanya di halaman parkirnya sudah ada jejeran mobil mewah di situ.




“Tempat ini punya temenku Om...” ucap Fajar yang mengajak kami masuk ke dalam.




“Bagus juga yah.. mewah ternyata..” balasku.




Sebenarnya tempat itu luas, aku sempat melihat ada meeting room, ada Hall, ada halaman belakang untuk santai menghadap laut dan ada ruang-ruang untuk karaoke juga. Sedangkan malam itu kami diajak oleh Fajar untuk masuk ke dalam salah satu ruang karaoke.




“Riska maunya malam ini mau nyanyi-nyanyi.. mungkin dia juga bakat jadi penyanyi dangdut...” ujar pemuda ganteng itu.




“Hemm.. biarin, kalo aku jadi penyanyi dangdut pasti laku juga, haha..” balas Riska tak mau kalah.




Aku perhatikan Fajar begitu disegani di tempat itu. Tiap kali ada pelayan yang bertemu muka dengannya langsung mengangguk memberi hormat. Apalagi ruangan dan fasilitas malam itu seperti sudah dipersiapkan lama sebelum kami datang.




Akhirnya malam itu Riska dan Mita melampiaskan keinginan mereka untuk bernyanyi. Meski suaranya pas-pasan tapi tetap saja aku dan Fajar tak berani bicara yang sebenarnya. Sedangkan aku dan Fajar tak pegang mic sedikitpun, kami hanya minum-minum saja sembari melihat gerakan-gerakan kedua perempuan kami yang mulai liar.




Kedua perempuan cantik yang malam itu sama-sama tak berjilbab menari dan bernyanyi semau mereka. Riska sepertinya menggunakan kesempatan itu untuk terus bernyanyi. Begitu juga Mita, sambil terus bergoyang dan menari sampai rambut lurusnya tergerai tak beraturan. Entahlah, baru kali itu aku melihat mereka seperti itu. Apakah itu karena minuman beralkohol yang mereka minum? Masak hanya minum setengah gelas saja sudah membuat mereka mabok?




Satu jam berlalu, snack dan minuman sudah berulang kali diganti dengan yang baru. Riska dan Mita kini duduk di samping pasangannya. Mita disampingku dan Riska di samping Fajar.




“Mita.. kita taruhan yuk" ujar Riska sambil minum bir dari botolnya.




“Taruhannya gimana dan hadiahnya apa?" tanya Mita penuh minat.




"Begini.. kita lakukan oral pada pasangan kita masing-masing, siapa yang bisa membuat orgasme pasangannya dengan cepat dialah yang menang” ujar Riska tersenyum.




Aku pikir kalau taruhannya adalah oral seks, pastinya Riska lebih terampil dan lebih pintar daripada Mita. Aku harap Mita bisa berpikir panjang dan tidak menyetujui taruhan konyol itu.




"Setuju.. trus hadianya apa?" jawab Mita langsung dengan penuh percaya diri.




“Hihi.. oke.. kalo begitu yang kalah harus mau dientot sama laki-laki yang ada di sini, gimana?” balas Riska dengan tatapan mesumnya.




Mita memandangku meminta persetujuan. Aku sebenarnya meragukan kemampuan Mita dan takut kalau dia sampai kalah. Bisa-bisa lobang memeknya juga dinikmati sama Fajar, hal itu yang membuatku tak rela.




“Sabar dulu non.. gini aja.. kami setuju tapi kita tukar pasangan.. jadi Mita sama Fajar dan aku sama kamu” balasku pada Riska, meski harus merelakan istriku tapi mungkin ini adalah cara paling adil.




"Deal !!" tantang Riska.




Kemudian Riska memintaku dan Fajar untuk duduk berjejer di sofa panjang, tanpa bicara kedua perempuan itu langsung jongkok di depan kami. Aku awalnya terlihat bingung tapi tentu saja aku senang dan gembira melihat Riska mulai membuka resleting celanaku dan mengeluarkan batang kejantananku. Seperti dikomando, bersamaan mereka berdua memasukkan penis itu ke mulut, perlombaan pun dimulai. Riska yang hanya mengeluarkan penisku dari lubang resleting mungkin merasa kurang bebas, dia akhirnya membuka celanaku dan menurunkannya hingga ke lutut.




Kulihat di sampingku Mita sedang menjilati seluruh permukaan penis Fajar dari ujung hingga lubang anus. Entah dari mana Mita bisa mendapat pengetahuan seperti itu. Lalu kedua kaki Fajar dia naikkan ke atas hingga Mita dengan bebas menyapukan lidahnya ke daerah sekitar selangkangan pemuda tampan itu. Aku bisa mendengar dengan jelas desah kenikmatan dari Fajar. Sepertinya Mita mengerahkan semua kemampuannya untuk memenangkan permainan ini, saat kulirik Mita sedang menuntun tangan Fajar ke balik kemejanya, diremas-remasnya buah dada Mita yang nampak semakin montok itu.




Beberapa menit berlalu, Riska semakin penasaran karena penisku ternyata "bandel" juga. Antara mabuk dan horni membuat gadis cantik itu semakin nekat. Dengan maksud membuatku terangsang dan cepat orgasme, Riska nekat membuka kaos yang dipakainya hingga menampakkan bra hijau satin transparan yang tak mampu menyembunyikan tonjolan buah dadanya dengan puting yang tampak menerawang meski lampu agak redup.




Tangan Riska segera meraih tanganku dan diarahkannya unuk meremas-remas kedua payudaranya. Namun tampaknya dia ingin lebih, Riska kemudian denga cepat melepas bra yang menutupi buah dadanya. Kini payudara Riska kembali menggantung indah di depanku.




“Ayo dong Om... keluarin dong...” ujar Riska kemudian mengocok penisku dengan jepitan bibirnya.




“Haha... tidak semudah itu fergusso...” balasku.




Tanganku yang kini bebas meremas-remas payudara Riska malah membuatnya semakin horni dan belingsatan sendiri. Gadis cantik itu lalu mengeluarkan semua kemampuannya untuk membuat lawan jenisnya cepat menyemprotkan sperma. Aku akui hisapan dan kocokan mulut Riska benar-benar nikmat, hampir saja tadi aku kepancing ikutan horni juga. Tapi dalam pikiranku kubayangkan aku sedang menghadapi seekor ular di depanku, sugesti itu ternyata sangat membantuku. Bahkan Riska sempat kelabakan sewaktu batang penisku malah lemas saat di sepong olehnya.




Ternyata Riska membuat kesalahan fatal ketika melepas kaosnya tadi. Fajar yang duduk di sebelahku justru lebih sering melotot ke arah Riska. Pada mulanya Riska senang saja mendapat perhatian dari pacarnya, meski dia sedang memperoleh kuluman dari mulut Mita. Malah perhatiannya lebih tercurah kepada Riska saat gadis cantik itu mengeluarkan buah dadanya, padahal Mita juga sudah merelakan teteknya untuk diremas-remas.




“Aahhhhhhhhhh... !!!”




Tiba tiba kudengar teriakan orgasme dari Fajar. Teriakan seperti itu biasanya terdengar begitu penuh menggairahkan, tapi kali ini malah terdengar sangat menggembirakan, bagai mendapat gol kemenangan di Injury time. Aku sangat kaget, hampir tak kupercaya bahwa Mita yang menurutku permainannya biasa-biasa saja dan tidak istimewa itu mampu membuat seorang pemuda petualang cinta orgasme oleh aksi oralnya.




Riska sempat menghentikan kulumannya sejenak untuk melihat apakah Fajar benar-benar orgasme atau tidak. Ternyata memang Fajar telah menyemburkan spermanya dalam mulut Mita. Akupun kembali terkaget saat Mita menelan dan menjilati sperma yang ada di mulut dan tangannya itu seperti menjilat ice cream, tak biasanya dia melakukan itu. Sungguh dengan telak Mita mengalahkan sahabatnya itu pada situasi yang seharusnya dimenangkan oleh Riska.




"Oke nona-nona manis.. aku sudah selesai" kata Fajar seraya berdiri dan membuka semua pakaiannya.




“Maksud kamu apa?” balas Riska nampak bingung pada kelakuan pacarnya.




“Lhoh... kamu kan kalah sayang.. udah Om.. silahkan lanjutin..” Fajar memberi kode padaku untuk memberi hukuman pada Riska.




“Oke.. Mita sayang.. gimana nih? Apa aku boleh memberi hukuman pada Riska?” tanyaku pada Mita, bagaimanapun juga dia adalah istriku yang sah sekarang. Aku harus bertanya dia rela apa tidak aku bersenang-senang dengan temannya itu.




“Umm.. gimana ya kak.. boleh deh.. asal..”




“Asal apa?”




“Asal cuma satu kali Riska keluar, abis itu sudah” balas Mita.




“Siyappp.. !!”




Aku kemudian berdiri dan melucuti pakaianku sendiri sampai benar-benar telanjang bulat. Sedangkan di hadapan kami Riska melepaskan semua pakaiannya dengan sukarela karena merasa sudah kalah.




“Ayo deh om.. nikmati memek Riska..” ujar gadis cantik itu dengan tatapan menggodanya.




Fajar yang sudah ikutan telanjang bulat kulihat duduk di pojok ruangan sambil minum-minum kembali. Sedangkan Mita masih terus mengamati aksi kami sambil senyum-senyum sendiri. Kulihat tubuh bagian atas Mita sudah tak tertutup apa-apa, hingga payudaranya menggantung indah mempesona. Entah sejak kapan dia melepas bajunya yah?

Posting Komentar

0 Komentar