Tapi harus menanggung kehidupan pengantin baru. Aku hanya diberikan uang jajan 25 ribu dalam 1 hari. Aku biasanya diberikan uang mingguan ketika ibu pulang, sebesar 200 ribu rupiah. Ditambah aku juga ditinggali uang untuk beli sayuran dan bahan mentah.
Sebesar 300 ribu untuk satu minggu, biasanya uangnya
selalu sisa banyak. Karena aku bener-bener mengelola uang dengan sebaik mungkin. Kadang aku masak 1 kali untuk dua hari. Di mana dalam 1 minggu, paling aku hanya menghabiskan 100 ribu saja untuk makan.
Iyaa bisa murah karena aku masak, aku juga bisa membuat kue cemilanku sendiri. Itulah gunanya wanita
bisa memasak, karena memasak itu adalah salah satu syarat penting untuk bertahan hidup. Kita gak mungkin harus bergantung terus kepada orang lain kan?
Sedangkan Grace, dia bercerita kalo dia gak bisa masak. Bahkan masih dalam tahap belajar masak dan mengurus rumah. Grace juga gak bisa mengelola uang
dengan benar. Bahkan penggunaan listrik saja sampai 200 ribu dalam sebulan. Jangan anggap listrik segitu murah.
Karena kejadian ini berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu. Di mana aku saja hanya menghabiskan listrik sekitar 90 ribu dalam 1 bulan. Padahal ada kulkas, televisi, rice cooker, dua buah kipas
angin, dan satu buah mesin cuci. 200 ribu itu pemakaian listrik mereka bagaimana?
Sangat pantas jika Doni lebih ingin menjebakku agar aku menikah dengannya. Ketimbang dia harus menikah dengan Grace. Karena dari segi apapun, aku jauh lebih baik dari Grace. Aku jauh lebih bisa masak, mengurus
rumah, mengelola uang, dan sebagainya.
Itu sebabnya jika ibu tidak bisa pulang pada weekend, aku tetap baik-baik saja karena uang sisanya masih banyak. Masih cukup untuk bertahan hidup dalam 2-3 minggu ke depan. Untuk saat ini saja, aku megang uang lebih dari 1 juta rupiah.
Tapi uang itu didominasi oleh sisa uang belanja mingguan dari ibu. Yang di mana setiap minggunya selalu sisa 200 ribu, dan sudah selama 1 bulan ini sisa uangnya gak pernah diminta ibuku. Tapi tetap saja, aku rasanya lama- lama gak terima kalo uangku dipinjem terus.
Aku juga mau bilang minjemin, tapi aku tau Grace
gak akan mungkin bisa bayar. Selain dariku, dia pastinya punya banyak hutang kepada orang lain. Jadinya aku lebih memilih untuk memberikan uang saja, tapi justru sekarang Grace malah keliatan ketagihan.
Dia selalu datang hanya untuk meminjam atau meminta uang. Tidak pernah menanyakan sekarang
kondisiku bagaimana. Sudah punya pacar lagi atau belum. Dia juga gak menanyakan nilai ujianku berapa. Yang dia ceritakan hanya penderitaan hidupnya terus.
Untuk 1 sampai 2 kali yaa aku jujur saja simpati. Tapi kalo berkali-kali dan dilakukan terus menerus tanpa jeda. Iyaa aku cape juga lama-lama, ternyata membangun rumah
tangga itu tidaklah mudah. Sekarang aku mengerti, kenapa ibu memintaku untuk aborsi saja.
Karena jika aku memilih egoku sendiri agar anak itu lahir. Yang ada anakku malah akan sengsara hidupnya dan serba kekurangan. Dan pada akhirnya anakku nanti malah hidup menderita. Lebih baik gak usah dilahirkan sekalian,
ketimbang anak lahir malah menderita.
Sekarang aku mengerti, pilihan dan pemikiran ibuku sangatlah tepat. Meskipun mungkin ini dianggap tabu dan salah, tapi membuat anak tetap lahir dan menjalani kehidupan dengan penuh penderitaan. Hal itu jauh lebih salah lagi, dan akan menyakiti hati serta mentalku.
Hingga akhirnya 1 bulan pun berlalu, bulan sudah masuk ke bulan Juni. Aku sudah tambah stress, karena aku masih belum juga mendapatkan pekerjaan. Ibuku memang gak memintaku untuk bekerja, tapi aku merasa gak enak kalo harus jadi beban ibuku terus.
Aku sudah bisa hidup mandiri secara mengurus diriku sendiri, sekarang aku ingin lebih mandiri lagi dengan menghasilkan uang sendiri. Ditambah dengan Grace yang terus saja datang, untuk meminta uang demi memenuhi kebutuhan makannya sehari-hari.
Pagi itu, tepatnya pada hari senin. Grace kembali datang
dengan mengetuk pintu rumah kontrakanku. Aku yang baru saja ditolak kerja sebagai SPG, di salah satu perusahaan rokok. Suasana hatiku benar-benar sedang galau habis dan menginginkan ketenangan.
Mendengar suara pintu diketuk dan suara teriakan Grace. Seakan menambah beban hidupku kala itu,
uangku di dompetku mulai menipis. Tapi aku harus terus saja memberikan uang untuk Grace. Bahkan minggu ini, dia sudah datang dua kali untuk meminta uang.
Dan kedatangannya kali ini, adalah kedatangan Grace dan Doni yang ketiga. Iyaa kalian pikirin aja bagaimana rasanya. Harus bantu terus menerus orang, yang udah merebut
kekasih yang kita cintain banget. Sumpah aku ini ternyata kelewat baik banget sebagai manusia.
“Ada apa lagi, Grace? Minggu ini lu udah dateng untuk yang ketiga kalinya loh. Kamu mau minjem duit lagi sama aku?” tanyaku dengan ketus kepada
Grace. Awalnya aku yang senang ketika dia main datang ke sini. Sekarang aku malah merasa sangat jengkel.
“Ma—Maaf, Danilla. Gue sekarang lagi butuh banget buat meriksa kandungan gue. Gue udah hamil usia 5 bulan, gue mohon bantuan lu lagi. Seenggaknya sekali lagi aja,” jawab Grace yang terlihat juga sudah merasa gak enak
sendiri. Dia harus minta uang terus kepadaku.
Aku menghela nafas panjang, raut wajahnya selalu saja berhasil membuatku iba kepadanya. Tapi kali ini, rasa kesalku yang sudah memuncak. Membuat raut wajah sedih itu, tidak lagi berpengaruh kepada perasaanku. Aku sudah tidak ingin membantu Grace lagi.
“Haaahhh... Gue gak bisa bantu lu lagi, Grace. Saran gue cobalah cari pekerjaan, gue bukannya membenci lu atau mau musuhin lu. Tapi lu gak bisa bergantung sama gue terus. Lu punya suami, suruh suami lu tanggung jawab!” tegasku menolak membantu Grace.
Grace seketika wajahnya menunduk malu, raut
wajahnya juga terlihat sedih. “A-Atau mungkin lu ada pekerjaan yang bisa gue lakuin, La? Barang kali cuci baju lu, nyapu dan ngepel lantai kontrakan lu. Atau bantu kerjaan rumah lu yang lain, biar gue gak merepotkan terus.”
Aku seketika menyadari sesuatu, Grace membutuhkan pekerjaan. Mungkin dia bisa
0 Komentar