digugurkan. Aku saat itu menangis, saat aku melihat gumpalan darah itu keluar dari rahimku. Bahkan, rasanya aku tak kuat menekan flush closet.
Aku benar-benar sudah membunuh anak yang gak bersalah. Sejujurnya, aku sama sekali tidak ingin menggugurkan anak di dalam kandunganku ini. Namun
lingkunganku atau orang- orang di sekelilingku, mereka memintaku untuk melakukan hal ini.
Dari Grace sampai ibu, mereka berdua menyarankan aku untuk menggugurkan janin ini. Dan melanjutkan kehidupan sekolahku seperti biasa. Mereka ingin aku lulus sekolah dengan baik, dan menjadi wanita yang berhasil
di masa depan. Meskipun hal ini tak pernah terjadi.
Pendarahan kecil terus terjadi selama 3 hari setelah aku menggugurkan janinku. Aku
meminum
kandungan
Untungnya
kehabisan
pendarahan
sangatlah kecil. Hanya tetesan darah yang mengalir keluar.
obat penguat dan vitamin. aku tidak darah, karena yang terjadi
Yang bahkan darahnya mungkin lebih sedikit ketimbang darah haid. Hanya saja tubuhku terasa sangat lemas, dan batinku terasa sangat depresi parah. Apalagi di hari ketiga, setelah ibuku kembali berangkat bekerja ke rumah majikannya. Aku benar-benar merasa sendirian.
Seharian aku hanya memandangi langit-langit
plafon kontrakanku. Sebenarnya apa yang aku lakukan ini? Aku sendiri bingung harus senang atau sedih. Senang karena pengguguran berjalan dengan lancar, dan kondisiku sekarang sudah baik-baik saja.
Bahkan sekarang aku sudah tidak merasakan sakit sama sekali. Namun aku juga sedih, karena harus melakukan
perbuatan yang keji seperti itu. Apakah pengguguran ini akan berdampak ke masa depanku? Apakah pengguguran ini akan berdampak ke kesehatanku?
Keesokan harinya, tepatnya pada hari keempat. Aku kembali masuk sekolah, ibuku rencananya hendak meminta tolong kakak sepupuku untuk menjagaku di sini. Namun dia
menolak, dan aku bersyukur kakak sepupuku itu menolak permintaan ibuku.
Karena kakak sepupu yang dimaksud oleh ibuku, adalah sosok laki-laki yang mesum dan genit banget. Yang ada jika aku dijaga dan tinggal bersamanya, aku kemungkinan akan hamil lagi untuk yang kedua kalinya. Karena ibuku tidak
menemukan jalan keluar untuk masalahku.
Dia ingin membawa saudara dari kampung ke sini, namun ibu tidak sanggup untuk membiayai makan sehari-hari. Jadinya aku dibiarkan saja tinggal sendirian lagi di rumah. Hanya saja ibuku jadi lebih sering memantau dan menelfon, juga sering memberikan aku nasehat.
Singkat cerita 1 bulan setelah aku menggugurkan kandunganku, atau tepatnya pada bulan Maret. Grace dan Doni akhirnya melangsungkan pernikahan, mereka menikah dengan pesta kecil-kecilan. Hanya saja, saat itu aku diundang oleh Grace untuk datang ke acaranya.
Sebagai sahabat dekatnya, aku pun datang ke acara pernikahan Grace. Aku menyaksikan dengan mataku sendiri, Grace dan Doni mengucapkan janji setia sehidup semati. Lalu mereka saling mencium pipi dan bibir, di hadapan para tamu undangan yang hadir di acara itu.
Terlihat wajah ibunya Doni yang penuh dengan kesedihan. Karena anaknya harus menikah di usia yang masih muda, yaitu usia Doni saat ini sekitar 18 tahun. Namun tak hanya ibunya Doni saja yang menangis, di acara pernikahan itu aku pun turut berlinang air mata.
Saat melihat pernikahan Grace dan Doni, sejujurnya
hatiku masih sangat mencintai Doni. Aku masih belum bisa move on dan melupakan Doni dari hatiku. Bahkan mungkin, dihatiku masih terdapat rasa sayang kepada Doni, sampai aku berpacaran dengan Andra.
Saat itu sahabat Grace yang datang, hanyalah aku seorang. Destia dan Hasna tidak datang ke acara pernikahan
Grace. Hubungan Grace dengan teman-teman di sekolah, sudah sepenuhnya putus hubungan. Hanya denganku saja yang masih bersahabat sampai sekarang.
Dan karena kejadian di masa laluku inilah, aku jadi memiliki perasaan sayang kepada Dharma. Dharma adalah sosok laki-laki yang sangat mirip dengan Doni. Bahkan
wajahnya, jauh lebih tampan dari Doni. Sorot matanya lebih tajam ketimbang Doni.
Tubuhnya sedikit lebih tinggi, mungkin berbeda sekitar 3 sampai 5 cm dari Doni. Tubuhnya Dharma memang kurus sewaktu aku pertama kali bertemu dengannya. Namun setelah berkuliah dan tinggal bersama Andra dan aku di kota Jakarta.
Tubuh Dharma menjadi lebih berisi dan gagah, ibaratnya segala hal yang aku sukai dari sosok seorang pria ada di dalam diri Dharma. Bahkan Dharma pun awalnya sikapnya lebih sopan, lembut, dan santun ketimbang Doni. Dia juga lebih punya rasa tanggung jawab.
Setelah akad pernikahan Grace dan Doni selesai, aku
pun maju ke panggung pelaminan. Dan bersalaman dengan mereka berdua di sana. “Selamat yaa Grace, Doni. Semoga hubungan rumah tangga kalian selalu diberkahi dan diberi kelancaran. Kalian memang pasangan cocok.”
Aku saat itu memutuskan untuk bersikap humble kepada Doni. Seolah di antara
kami berdua tidak pernah terjadi masalah apapun. Aku berfoto bertiga dengan Doni dan Grace, dengan posisi Doni berada di tengah. Merangkul aku dan Grace secara bersamaan.
Kami bertiga tersenyum, seakan semua masalah dan konflik telah selesai. Mungkin untukku masalahku dengan Grace dan Doni sudah selesai.
Tapi bagi pernikahan Grace dan Doni, ini merupakan sebuah awal masalah serta konflik besar untuk mereka berdua.
Karena Doni menikah dengan Grace dalam kondisi tidak bekerja. Dan juga tidak mungkin bisa bekerja kantoran seperti ayahnya, sehingga mereka mulai mengalami masalah ekonomi.
Masalah ekonomi yang dilanda oleh mereka berdua sangatlah luar biasa parah.
Sampai mengharuskan dan memaksa Grace untuk bekerja sebagai foto model. Dan juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai pelacur. Sebagai pemuas hawa nafsu pria, karena tubuh Grace terbilang sangat seksi. Wajahnya pun terbilang
cukup cantik dan enak dipandang.
Mereka berdua sama-sama gak punya ijazah untuk bekerja. Ditambah sikap Doni yang semakin tempramen dan kekanak-kanakan. Membuat Grace pada akhirnya harus bercerai pada tahun ketiga pernikahan mereka. Iyaa nanti akan aku
0 Komentar