ADIK IPARKU PART 21

 


beberapa detik setelah aku mencapai klimaks. Namun dia benar-benar tega, Doni mengeluarkan seluruh cairan kemaluannya di dalam kemaluanku. Hal ini aku ketahui dari pengakuannya.


“Ma—Maafin aku sayaang. Aku keluar di dalem kemaluan kamu. Kamu terlalu on fire, gak memberikan aku nafas. Hingga aku kelepasan




barusan. Sekali lagi aku minta maaf dan jangan marah sama aku sayaang,” ungkap Doni yang memohon maaf kepadaku.


Aku benar-benar bingung, aku menunjukkan wajah yang kecewa kepadanya “Ko.. Kok bisa sih sayaang? Kok kamu tega banget ngeluarin cairan kamu di dalem! Nanti kalo aku hamil gimana? Punya




kamu itu kentel banget loh! Ampuun punya kamu ini bisa jadi anak!”


... ... ...


Seketika saat itu pikiranku terasa begitu kacau. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya dalam melakukan




hubungan seksual, lawan bermainku keluar di dalam.


Pikiranku kemana-mana. setelah itu, bergegas pulang.


Karena dia harus mengantar kedua orang tuanya ke Bandara, karena kedua orang tuanya hendak pergi keluar kota. Dalam situasi panik dan gelisah seperti ini, Doni


berkecamuk Apalagi Doni harus




meninggalkan aku sendirian di kontrakanku.


Hingga akhirnya 1 minggu kemudian, ibuku pun pulang ke rumah. Seperti biasa, dia selalu pulang saat weekend. Ketika dia baru sampai rumah, dia langsung terkejut. Melihat aku yang di rumah sudah menggunakan kalung emas.


“Danillaa... Ibu datang sayang.” Ibu membuka pintu




kontrakan yang sengaja tidak aku kunci. Yang kebetulan saat itu aku sedang memasak di dapur, untuk makan kami berdua hari itu.


Aku pun meninggalkan sebentar masakanku, dan menghampiri ibuku. “Ibuu... Ibu gimana kabarnya? Sehatkah? Aku kira Ibu gak akan pulang hari ini. Soalnya




tumben pulangnya agak siang.”


“Iyaa enggaklah, Nak. Kalo Ibu gak pulang, yaa pasti ibu akan kabarkan ke kamu. Loh? Kamu itu pakai kalung dari siapa? Itu kalung emas yaa?” tanya ibu yang langsung memegang kalung emas di leherku.


Dia memeriksanya, dan ibu yang sudah terbiasa jual belie




mas. Dia seketika langsung menyadari bahwa kalungku adalah kalung emas asli. “Iyaa ini kalung emas asli. Kamu dapet dari mana Nak? Kamu dikasih sama siapa?”


Aku seketika merasa bingung untuk menjawab pertanyaan ibu, apa lebih baik aku jujur saja yaa? “I-Ini Bu, aku dikasih sama cowo yang suka sama aku. Dia nembak aku dengan




kalung emas ini, dan aku menerima dia.”


“Kenapa kamu harus menerima cinta seorang lelaki, karena dia memberikan kalung emas? Kamu itu masih sekolah, kalo mau pacaran ya pacaran aja. Jangan sampai mau diberi- beri seperti ini,” tegur ibu yang tidak suka dengan sikapku ini.




Aku pun berusaha membela diriku di hadapan ibuku. “I- Iyaa, Danilla udah coba untuk menolak kalungnya, Bu. Tapi katanya ini sekalian untuk hadiah ulang tahun. Apakah Ibu gak suka dengan hal ini?”


“Ibu minta kamu kembalikan kalung itu! Ibu gak suka kamu pacaran sudah main harta seperti ini! Kalung emas seperti itu harganya gak




murah. Takutnya kamu malah dikendalikan cowo kamu!” pinta ibu dengan tegas kepadaku.


Karena ibuku sudah meminta seperti itu, iyaa mau gimana lagi? Aku gak ingin membantah perkataan ibu. Lebih tepatnya, aku gak ingin cari masalah dengan ibuku sendiri. Aku tidak mau sampai




hubunganku dengan ibuku bermasalah.


Karena ibuku mengenal aku, sebagai sosok anak yang patuh dan mandiri. Dia gak tau kalo di belakang dia, sebenarnya aku sudah terpengaruh pergaulan bebas. Hanya saja, aku adalah wanita yang pintar memasang topeng.




Dua hari kemudian, saat sepulang sekolah. Doni pun main ke rumahku lagi, dia bahkan terlihat sudah melupakan peristiwa saat hari ulang tahunku kemarin. Di mana, dia mengeluarkan cairan cintanya di dalam rahimku.


Namun karena aku selama 1 minggu ini tidak menerima gejala apapun. Akhirnya aku




memutuskan untuk tidak mempermasalahkan. Saat di kontrakanku, aku melepaskan kalung yang diberikan Doni kepadaku.


Dan aku mengembalikan kalung itu kepadanya. “Sayaang, maafin aku. Aku diminta ibuku untuk balikin kalung emas ini. Katanya dia gak suka aku menerima pemberian dari cowo yang




terlalu mahal. Jadi terpaksa, kalung ini aku kembalikan.”


Namun, Doni terlihat tidak bisa menerimanya. “Lah? Ngapain kamu balikin sayang? Kalo ibu kamu memang gak suka, yaudah umpetin aja di rumah kamu. Kamu jangan balikin pemberian aku dong, itu namanya gak menghargai aku!”




“Aku menghargai pemberian kamu sayaang. Tapi aku hanya gak ingin bermasalah dengan ibuku. Ibuku itu sering bongkar dan ngecek lemari kamar aku. Gak ada tempat yang bisa aku pakai untuk menyembunyikan kalung ini,” jelasku kepada Doni.


Doni seketika menghela nafas panjang, raut wajahnya mulai




terlihat kesal. “Iyaa kamu seenggaknya mikir sedikitlah! Emangnya semua barang- barang kamu selalu diperiksa sama dia? Taruhlah di dalam tas, atau kolong kasur. Tempat yang gak mungkin diketahui ibu kamu!”


“Aku gak mau menentang perkataan ibuku! Ini, aku balikin kalungnya. Kalo kamu malah marah dan bentak-




bentak aku kaya gitu! Mendingan sekarang kamu keluar dan pulang aja sana!” bentakku yang merasa mulai kesal dengan Doni.


Aku seketika mendorong Doni keluar dari kamar, karena dia pun saat itu sedang marah. Dia pun


langsung pergi kontrakanku begitu sambil membawa


dari saja, kalung




yang aku kembalikan paksa kepadanya.


Entahlah, akhir-akhir ini kami sering bertengkar untuk hal yang tidak perlu. Doni selalu menuruti perkataan ibunya, tapi ketika aku melakukan hal yang sama. Dia malah marah dan kesal kepadaku. Memangnya aku salah jika aku mengikuti perkataan ibuku?




Aku dan Doni pun saling tidak berkomunikasi selama 3 hari. Kami saling dieman, dari hari senin sampai hari kamis. Namun pada hari kamis, saat aku sedang di parkiran motor. Iyaa aku kembali berangkat sekolah dengan motorku sendiri.


Aku melihat Doni sedang keluar gerbang sekolah bersama Grace. Mereka

Posting Komentar

0 Komentar