ADIK DAN IBUKU PART 2

 


Dari saling memberikan ciuman menjadi sebuah kebiasaan, aku dan Anita selain sudah biasa cipika-cipiki, malah tidur pun sekasur berdua.




Sudah seminggu ini aku saling membalas ciuman dipipi, tidur sekasur dengan Anita. Rupanya perbuatanku lambat laun diketahui ibuku.




Ketika ayah sedang kerja mencari sampah, Anita sedang memasak didapur. Ibu memanggilku kedepan, lalu aku duduk menghampirinya.


"Rama, ibu sering melihat ke kamar, kamu dan Nita sering tidur sekasur. Kadang dikasur kamu kadang dikasurnya Anita. Kamu kan sudah besar kok tidur sekasur lagi? Dulu sih gpp karena kamu masih anak-anak, tapi sekarang kamu dan Anita sudah dewasa lho..."




"Iya Bu, memang sudah seminggu ini aku dan Anita sering tidur sekasur, tapi kami berdua saling menyayangi, Rama tidak membuat Nita merasa risih dengan keberadaan Rama dikasurnya. Seandainya Rama tidur sekasur dengan ibu, apakah ibu akan marah dan membenci Rama Bu?"




"Nak, ibu takkan marah atau membenci Rama. Kamu dan Anita saling menyayangi hingga bisa merasa nyaman tidur bersama, ibu juga menyayangi kamu nak. Hanya saja rasanya agak aneh aja tidur bersama anak sendiri yang sudah gede. Ibu dan ayah sebenarnya sudah tahu kalian sering tidur bersama, tapi ayah dan ibu takkan melarang kamu, karena mau bagaimana lagi Nita memang tak mau jauh sama kamu."




"Makasih Bu atas pengertiannya, Rama juga tak ada niat untuk menyakiti Anita bu. Rama akan selalu menjaga dan merawat Anita dalam suka duka, sedih bahagia, susah ataupun senang.."




"Ibu percaya sama kamu nak, kamu putra ibu dan ibu tahu sifatmu yang sayang sama adik kamu. 23 tahun yang lalu ibu melahirkan kamu, ibu percayakan Nita sama kamu.."




"Iyaa Bu, Rama senang mendengarnya. Rama janji akan menjaga Anita dan akan berusaha untuk tak menyakitinya.."




Ketika aku sedang ngobrol dengan ibu, Anita seperti biasa memeluk leherku dari belakang sehingga obrolanku dengan ibu jadi terhenti, payudaranya yang montok menekan punggungku. Lalu didepan ibu aku oleh nita diciumnya pipiku dari samping "Nita sayang kakak, Bu jangan pisahkan Nita sama kakak ya Bu? Kak Rama orangnya baik kok gak pernah nyakitin Nita."




"Iyaa Nita, ibu dan ayah takkan melarang kalian tidur bersama. Hidup kita sudah susah, jika kalian bahagia tidur bersama ibu takkan melarang kalian."




"Tuhh kak!, denger kan kata ibu juga gpp katanya..!" Adikku Nita senang sekali.




"Iyaa kakak juga denger bawel" tanganku kuarahkan kebelakang, dimana Nita berada dibelakang punggungku dan ku remas belahan pantatnya dengan gemasnya. Nita diam saja ketika pantatnya diremas olehku, meskipun aku tahu dia agak sedikit kaget.




Ibu sangat senang melihat keakraban kami berdua, memang benar kata ibu. Hidup sudah susah kenapa menganggap susah sesuatu yang sebenarnya menyenangkan.




Akhirnya aku dan Nita sudah mulai terbiasa membalas ciuman didepan ayah ibu, malah mereka biasa saja tak menganggap itu suatu masalah. Karena kehidupan kami menurut pemikiran kedua orang tuaku, jauh lebih susah daripada memikirkan kedua anaknya yang hanya saling memberikan perhatian.




Apalagi ayah, memandang kebiasaan aku dan Nita sebagai hiburan didalam rumah. Setelah lelah bekerja, lalu melihat penghuni rumah ceria menjadi kepuasan tersendiri bagi ayah dan ibu.




Sejak kebiasaan aneh itu, ayah ibu, aku dan Nita semakin semangat bekerja. Tentunya berimbas pada penghasilan yang begitu besar. Uang hasil memungut sampah tidak semuanya dipergunakan untuk makan atau membeli sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, tapi ditabungkan di koperasi rakyat.




Nita adikku sedang masak di dapur, ayah ibu seperti biasa lagi ngobrol aja berdua didepan. Ku hampiri adikku sambil memeluknya dari belakang, "lagi masak apa adikku yang cantik ini?" "masak mie kuah kak.. kakak belum makan kan? Kita makan bareng ya?"


"Iyaa kakak juga lapar dek" aku peluk perutnya dari belakang, sembari ku rapatkan penisku yang mengeras didalam celanaku menempel dibelahan pantatnya. Dipeluk sambil ku tekan-tekan ughh! Enaknyaaa..!




Nita tak merasa dilecehkan atau merasa risih pantatnya ditekan-tekan kakaknya. Malah menganggap bahwa yang dilakukan kakaknya sebagai wujud rasa kasih sayangnya terhadap dirinya. Karena yang Nita tahu, aku memang selalu memperhatikan keadaan dirinya.




Sebenarnya aku ingin berlama-lama memeluk dan menekan pantat Nita, tapi keburu matang mie kuahnya. Padahal tadi nikmat sekali, mungkin 100 tekanan lagi aku muncrat dipantatnya alias didalam celanaku.




Kami berdua makan bersama, ayah ibu sudah makan duluan dan ditawari pun katanya sudah kenyang.




Makan seadanya tak membuat kami mengeluh, lantas pesimis dalam hidup. Tak ada yang peduli dengan kehidupan keluarga kami, selain penghuni rumah ini yang membuatnya bahagia. Jadi memang sangat wajar ayah ibu tak melarang aku dan Anita tidur sekasur, yang penting selama kebahagiaan menyelimuti seisi rumah ini. Ayah dan ibu menganggap hal seperti itu adalah hal yang sepele.




Setelah makan, aku dan Nita menghampiri ayah dan ibu yang sedang asik mengobrol. Rumah ini sekelilingnya dipagari kayu setinggi 2 meter untuk melindungi barang-barang rongsokan yang telah dikumpulkan, kecuali bagian depan rumah.




Sambil meminum kopi, kami berempat saling berbalas candaan dan disambut canda tawa pula. Udara malam semakin terasa dingin, angin yang membawa bau sampah dari TPA tak membuat kami merasa terganggu, bukan karena sudah terbiasa dengan baunya, tapi mau bagaimana lagi, inilah hidup yang harus kami jalani.




Kilatan cahaya petir terlihat dari kejauhan, angin terus berhembus kencang dan tidak berapa lama diikuti gemericik air hujan. Kami akhirnya masuk kedalam rumah dan mengunci pintu, lalu pergi ke kamar masing-masing.




Nita pergi ke kasurnya, aku pun rebahan dikasurku. Diluar hujan semakin deras, disambut petir dan angin kencang. Mataku hanya menatap langit-langit rumah yang terlihat langsung asbesnya dari bawah.




Hujan yang menimpa asbes semakin menambah berisiknya suasana malam, aku tak mungkin bisa tidur sedangkan penisku malah terbangun.




Aku bertanya dalam hati, 'apa adikku sudah tidur?' lalu aku mencoba menyapanya sambil tiduran telentang.


"Dek? Kamu udah tidur?"


"Belum kak, kenapa kak?"


"Boleh kakak tidur sama kamu disitu?"


"Sini aja kak.." wah! Adikku ternyata belum tidur.


Aku pun berjalan menghampirinya melewati bilik bambu yang menjadi penghalang antara kami berdua.




Ku lihat adikku Nita hanya memakai dasternya yang sebatas lutut, dengan kedua tali dipundaknya. Aku sampai tertegun melihat body mulus adikku ini, paha putih bersih, tangan dan bahunya pun terlihat putih. Penisku langsung merespon dari apa yang aku lihat, ternyata langsung turun kebawah sehingga penisku mengeras hebat!.




Malam ini aku hanya memakai celana kolor dan kaos saja, sengaja aku tidak memakai celana dalam karena ingin merasakan pantatnya Nita yang bulat dan terlihat kencang itu.




Aku ingin meneruskan kejadian yang tadi tertunda, waktu adikku masak mie didapur. Nita sedikit menggeserkan tubuhnya agar ada tempat buatku tidur, kasur Nita hanya 80cm lebarnya seperti punyaku, jadi tentu membuat aku dan Nita merapat dengan tubuhnya.




"Dek, boleh kakak peluk?"


"Boleh kak, kita kan sudah biasa melakukannya.."


"Kakak kan harus minta ijin dulu sayang, takutnya nanti kamu merasa keganggu sama kakak.."


Tiba-tiba Nita menggeser tubuhnya ke arahku, sehingga tubuhku merapat dengannya. Aku mengerti kode bahasa tubuhnya, Nita ingin dipeluk olehku.




Ku rapatkan tubuhku dengan Nita, sampai penisku berada tepat di belahan pantatnya. Nita diam saja atas perlakuanku terhadapnya, dengan perlahan ku tekan pantatnya sambil meraba pinggang dan pinggulnya, sampai turun kepaha lalu naik lagi.






Adikku Nita tidak melarangku, hanya terdengar suara nafasnya yang terasa berat.


Sambil kutekan-tekan aku berbisik,


"Dek, kalau kamu merasa ke ganggu sama kakak bilang ya? Kakak gak mau membuat kamu kecewa"


"I..iiyyaa kak...gpp, Nita percaya kok sama kak rama.." kata adikku.






Aku pun mencoba meletakkan telapak tanganku meraba payudaranya, seakan tanganku seperti menggenggam bakpao.


Ternyata payudara adikku lumayan besar juga meskipun tidak memakai bh.




Ku tekan kupijit Aahhh..! sekilas terdengar suara desahan adikku.


"Bh kamu kemana dek?"




"Gak Nita pake kak, abisnya kekecilan.."




"Nanti kakak beliin ya yang bagus.."




"Beneran kak?" Kata adikku seneng.




"Iyaa besok kakak cariin yang bagus yaa..?"




"Makasih kak.. kakak baik banget sama Nita.." dipegangnya tanganku dan diarahkan ke teteknya. Aku ngerti bahwa aku boleh memegang payudaranya.




"Kamu percaya sama kakak dek?" Aku berbisik di telinganya. Nita mengangguk pelan.




Mendapat lampu hijau dari Nita, tak ada keraguan lagi dariku. Ku remas saja payudaranya dari luar baju dasternya. Aaahh..Eemmhh..! suara desahannya membuatku semakin dikuasai birahi. Tak mungkin ada orang yang tahu karena sekeliling rumah ini dipagari kayu. Selain itu ayah ibu membiarkan kami tidur sekasur, ditambah diluar suara gemuruh hujan, semakin sempurna saja aku menjamah tubuh adikku.






Ku tarik dasternya sampai pinggang sehingga CD putihnya yang bermotif bunga terlihat olehku. Melalui bawah dasternya yang tersingkap itu aku meraba perutnya yang lembut, lalu sampailah tanganku menggenggam langsung payudaranya.






Adikku menarik nafas dalam, karena telapak tanganku yang hangat menyentuh daerah sensitifnya. Ku tekan kuremas ohh.. sungguh kenyal dan lembutnya payudara adikku ini. Putingnya pun masih kecil mungil, tapi sudah membuatku semakin nekat sampai aku lepaskan celanaku hingga membuat penisku terbebas dari kurungannya.






Lalu ku raba kembali payudara adikku sambil kucium tengkuknya, sehingga membuat kuduk adikku bergidik. Tanganku begitu lincah meraba-raba tubuhnya yang mulus dan terasa mulai berkeringat. Penisku pun bebas menggesek-gesek pantatnya yang masih terbungkus celana dalamnya adikku.






"Dek, balikkan badan kamu kearah kakak sayang.." Nita pun membalikkan badannya, wajahnya terlihat memerah antara nafsu dan perasaan malu memandang wajah kakaknya.




"Kamu cantik sekali sayang.." ku elus pipinya ku cium keningnya, Nita merasakan kasih sayang yang diberikan oleh kakaknya. Matanya menatapku dengan penuh perasaan bahagia, terlihat jernih dan berbinar-binar. Sehingga aku pun untuk pertama kalinya memberanikan diri mencium bibirnya.






Ku peluk erat adikku sehingga penisku berada diantara jepitan selangkangannya, tepat dibawah vaginanya, perutku dengan perut adikku sampai bersentuhan langsung. Ku rasakan kelembutan dan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhku. Desahan nafas Nita beradu dengan nafasku, sehingga menambah keliaran nafsu birahi kami berdua.






Hujan yang begitu derasnya, malah seperti iringan musik yang merdu, seakan memberikan semangat kepada kami berdua, untuk melakukan hubungan selayaknya suami-istri.






Sambil berciuman, kurebahkan adikku Nita lalu kutindih tubuhnya. Kelembutan tubuhnya benar-benar kurasakan begitu nikmatnya, leher pundaknya ku ciumi dan kujilati sampai kebagian dadanya.


"Dek bajunya dilepas ya? Boleh kan?" Adikku hanya mengangguk sambil menjilati bibirnya yang terlihat memerah karena kusedot.






Aku bertumpu pada kedua lututku dan satu tangan kiriku, sedangkan tangan kananku membantu Nita melepaskan dasternya. Aku pun sambil membungkuk membuka bajuku sehingga telanjang bulat, sedangkan adikku masih memakai celana dalamnya.




Kini terlihatlah payudara adikku yang jika aku pegang dengan jemariku aku rengkangkan, maka ke genggamlah sebelah payudaranya. Payudara adikku memang kecil tapi lebar, aku pun sampai terpana melihatnya. Penisku dibawah sampai menunjuk kebawah, ingin masuk kedalam lobang sucinya adikku nita.






Dengan posisi menindihnya aku remas, aku jilati seluruh permukaannya juga putingnya aku main-mainkan dengan ujung lidahku. Eeeemmmhhh... Eemmmmhhh.. Nita terus mendesah ketika lidahku menari-nari disekitar putingnya.






Aku tidak tahu kenapa bisa tahu apa yang harus dilakukan terhadap puting susunya, itu seakan mengalir dari naluri lelakiku saja. Hujan angin, sambaran petir disertai dengan gemuruh angin juga suhu yang dingin, malah semakin bergairah. Peluh keringat keluar membasahi tubuh kami, bahkan ada yang sudah menyatu dengan keringat kami berdua.






Aku semakin turun menciumi dengan lembut perutnya, Nita bernafas pelan dan seperti ditahan ketika bibirku mendarat diperutnya yang hangat dan lembut. Hidup susah tak membuat kami hidup jorok, adikku tetap menjaga kebersihan tubuhnya. Wanginya sabun menempel di kulit tubuhnya, membuatku semakin bernafsu menikmati keindahan dan rasa tubuhnya adikku.






Kini wajahku tepat diatas vaginanya yang masih terbungkus celana dalamnya, ku kecup, ku ciumi dan ku hirup aromanya Aahhh.. sungguh bau ciri khas vaginanya membuat penisku semakin mengeras hebat! Secara reflek kaki Nita direnggangkannya, pantatnya keatas kebawah seiring kecupanku di pubis vaginanya.






Ingin sekali aku mengangkat cd-nya kesamping, sekedar ingin mengintip bentuk vaginanya yang membuatku penasaran. Tapi aku belum meminta ijin pada adikku, apakah dia membolehkan melepaskan cd-nya.




"Boleh kakak lepas cd-nya dek?"


"Iyaa kak.. lepasin aja..."






Aku pun tersenyum penuh kemenangan, Nita mengijinkanku melapaskan cd-nya yang membungkus vaginanya. Ku pegang kedua sisi cd-nya lalu ku tarik kebawah, Nita pun mengangkat pantatnya agar aku mudah melepaskannya. Ketika pantatnya diangkat keatas, vaginanya terlihat membusung indah dan terlihat padat, membuatku ingin sekali aku mencium dan menyadotnya. Akhirnya terlepaslah cd Nita yang membungkus vaginanya.






Kakinya masih menjulur lurus kearahku membentuk huruf V, tapi sedikit direnggangkan, belahan vaginanya terlihat masih rapat dengan hiasan bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat. Ku sentuh dengan telapak tanganku ohh.. sungguh hangatnya vagina adikku ini dan aku merasa ada sedikit lendir bening dicelah vaginanya yang seperti gel. Juga aku merasa kelembutan kulitnya membuat penisku semakin uring-uringan minta segera dimasukan kedalam vagina adikku.






Aku menurunkan wajahku dan ku coba mencium langsung kulit vaginanya ohhh.. aroma vagina sungguh menggoda dan memancing birahiku. Aku terus membaui aromanya, lalu ku julurkan lidahku menyapu pubis dan bibir vaginanya, tak ketinggalan celah vaginanya ku sapu dengan lidahku.






Clitorisnya yang mencuat aku emut dan ku sedot kuat, sehingga membuat adikku nita tersentak terus menggoyangkan pinggulnya mengimbangi jilatanku divaginanya.




Kini aku mulai mengangkat kedua kakinya lebar-lebar dan menekuknya. Sehingga vaginanya menganga lebar, terlihat lobang kecil bulat mengap-mengap dibawahnya seukuran batang rokok bulat lobangnya. Lobang suci yang belum pernah terjamah begitu indahnya, sampai-sampai aku mencium lobang itu dengan penuh rasa kekaguman, bentuknya sungguh indah, sebuah ciptaan yang sempurna. Rasa yang menggugah selera untuk bersetubuh semakin ingin aku lakukan bersama adikku, Nita terlihat pasrah dengan apa yang aku lakukan. Karena perasaan nyaman dan percayanya Nita kepadaku, membolehkanku untuk nikmati keindahan dan rasa dari tubuhnya.






Vaginanya terus aku jilati, rasanya yang terasa agak asin dan gurih. Juga aromanya yang memancing birahi, sungguh sampai aku begitu lahap menikmati daerah kewanitaannya.


"Aahh... Aaahhh... Eeemmhh... Kkaak..!!" sapa adikku.




"Iyaa sayanggg..? Kenapa?" Kataku sambil menjilati vaginanya.




"Mmmm.. enak kak..."




"Kakak jilatin lagi yaa..?"




"Iyaa kaakk aww..!!" Ku gigit gemas clitorisnya.






Lama sekali aku menjilati vaginanya, sampai tubuh adikku tiba-tiba menegang, keringatnya keluar, lalu disusul desahan adikku yang begitu nyaman didengar telingaku. Aaahhh... Eeemmmmmmhhh.. Uuuggghhhh!!! Crut..crut.. keluarlah lelehan seperti lendir berwarna putih yang merembes dari lobang sucinya. Lendirnya sampai mengenai mulut dan hidungku terasa hangat dan licin, aku pun langsung menjilatinya dan menelannya. Entah kenapa aku begitu menyukai aroma juga rasanya yang terasa nikmat dimulutku sampai ketika ku telan, malah semakin bertambahlah gairah nafsuku.




Kini saatnya untuk menyatukan tubuhku dengan Nita adikku, kedua kakinya ku angkat sampai lututnya menyentuh perut, lalu aku lebarkan kesamping sambil aku tekuk lututnya seperti seekor katak yang nempel dikaca, membuat vaginanya terbuka lebar.






Untuk pertama kalinya aku oles-oles belahan vaginanya dengan kepala penisku keatas kebawah, sambil menyundul-nyundul clitorisnya. Perasaan hangat, basah, dan licin vaginanya membuat penisku terasa ngilu. Nita berinisiatif memegang kedua kakinya dibagian belakang lututnya, agar mempertahankan posisinya yang mengangkang lebar.






"Kakak tak akan menyakiti kamu dek, kalau terasa sakit bilang yaa dek?"






"Iyaa kak.."






Setelah benar-benar pas antara penisku dengan lobang vaginanya, aku mulai menekan perlahan mencoba menyeruak lobang sucinya.


"Ahh... Sakit kakk.. pelan-pelan.."




"Iyaa kakak pelankan yaa ugh! Vagina Nita untuk kakak yaa sayang..?"




"Iyaa kak, vagina nita hanya untuk kakak.. tapi.. pelan-pelan kak.. sakiitt..!"




"Percaya sama kakak ya? Ketika Nita lagi sedih, susah, sakit siapa yang merawat Nita?"




"Kakak yang menjaga Nita.."




"percayalah kakak tak akan menyakiti kamu, kakak masukin lagi yaa sayang..? Kakak yakin kamu kuat.."




"iyaa kak masukin kak... Nita siap Nita kuat kok.."




"bagus..! Siap yaa sayang.." lalu aku tekan lagi lobang vaginanya, sampai akhirnya kepala penisku yang besar berhasil masuk, sehingga membuat Nita mengeluarkan air mata. Uuggghhh!! Nikmat sekali vaginanya, sampai-sampai urat penisku keluar karena merasakan kehangatan kelembutan kasih sayang kami yang seakan menyatu melebur dikelamin kami berdua. Penisku bertahan disitu agar membiasakan mulut vaginanya beradaptasi dengan besarnya kepala penisku.






Bisa saja aku paksakan sekaligus sampai amblas, tapi aku tak tega melihat tubuh adikku yang mungil, lobang vaginanya yang sangat kecil harus menampung penisku yang besar secara paksa.






Kepala penisku ketika kutarik sedikit terlihat mengkilap oleh lendir vaginanya yang membalut penisku, aku tekan lagi perlahan sampai aku merasa ada sesuatu penghalang yang menghalangi penisku untuk lebih jauh kedalam.




Aku sampai deg-degan karena akan menembus kehormatannya, adikku menarik nafas dalam-dalam setelah aku beri aba-aba akan menghujamkannya. Aku tarik sampai setengah kepala penisku masih diantara mulut vaginanya, dengan kecepatan penuh aku tusukkan penisku dengan sekali hentakkan BLEEESSSS!! Creett! Penisku menerobos pertahanan adikku mengoyak selaput daranya, sampai seluruh batang penisku kini berhasil tenggelam semuanya tertelan vagina adikku. Aaahhhh!!! Aku melenguh nikmat sekali. Eeemmmmhhhh Aaahhhh...!!! Nita berusaha menahan teriakan ketika penisku menerobos pertahanan vaginanya, rasanya lobang vaginanya terasa merenggang dan terasa panas. Air matanya semakin mengalir melepaskan keperawanannya yang ia jaga selama 18 tahun.






Aku lihat darah segar keluar dari celah vaginanya sampai menetes ke kasur miliknya. Lalu aku tindih adikku mengecup keningnya untuk menenangkannya, "dek kamu menyesal kakak ambil keperawanan kamu sayang aahh?" Penisku masih didalam.




"Nggak kak, Nita rela...kehormatanku buat kakak..Eemmhh..!"




"Kakak gerakin yaa penisnya?"




"Iyaa kkkaakk.. Ahhh... Ahhh..."


Penisku mulai ku tarik dan ku hentakkan kebawah sampai sekujur tubuh aku pun terasa menegang, merasakan kehangatan dan kelembutan dalamnya vagina Nita adikku.






Genjotan demi genjotan ku hujamkan berkali-kali, menggesek mengoyak daging lembut milik adikku, menyundul mulut rahimnya sampai ku hujamkan terus sedalam-dalamnya memenuhi lorong vagina adikku ini. Aku cium bibirnya menghisap mulutnya, beradu lidah sampai bertukar air ludah.






Nita nampak memerah wajahnya, kadang sedikit mengernyitkan dahinya karena masih ada rasa perih sakit dan nikmat bersatu padu didalam vaginanya. Sekujur tubuhnya menegang, melemas, seiring dengan genjotanku yang mengoyak vaginanya.






Aku membungkuk dan kulihat dengan jelas penisku berlumuran darah bercampur lendir adikku, ku peluk adikku dengan penuh rasa kasih sayang. Karena Nita sudah memberikan kehormatannya untukku, aku berjanji mulai detik ini aku akan sepenuhnya memperhatikan dirinya.






Perasaan kami berdua pun terasa nyambung ketika penisku bercokol menyatu dengannya, seakan aliran perasaan hati kami berdua saling berbagi rasa melalui penyatuan penisku dan vaginanya.






Nita memeluk erat tubuhku serta aku terus menghujamkan penisku sampai tenggelam semuanya tak ku sisakan sedikitpun. Gesekan penis yang mengoyak vagina, serta selangkangan yang beradu menimbulkan suara yang merdu, seperti ibu yang sedang membuat adonan roti PLOK! PLOK! PLOK! Aku dan Nita saling membalas ciuman, menikmati mulut pasangannya seperti melumat lelehan gulali, menghisap menyedot dan saling menelan cairan air ludah kami yang sudah bercampur.






Sungguh nikmatnya hubungan incest antara adik dan kakak kandung ini, kami berdua sama-sama memiliki fantasi dan sensasi yang sama. Hingga pikiran kami pun dipenuhi pikiran Incest! Incest! Incest!






Hampir setengah jam kami bersetubuh, Nita pun berkata, "kak... Nnita.. mmmaauu.. kellluuuaaarrr..." "Kakak juga... Kita..bareng yaahhh sayanggg..." Hentakan demi hentakan semakin cepat ku hujamkan! Aku merasa ada sesuatu seperti bom sperma yang terasa menggumpal hendak menjebol pertahananku. Tiba-tiba Nita mengejang diiringi semprotan cairan orgasmenya juga denyutan dan remasan seperti menyiksa batang penisku. Hingga aku pun menyerah, pertahananku dijebol oleh spermaku yang menyembur kuat! menyemprotkan benih-benih anakku berhamburan didalam vaginanya CROT..!! CCRROOTT...CCRROOOOTTTT!!! Entah mungkin 15 kali penisku memuntahkan semua isinya mengisi rahim adikku, sel spermaku yang berjuta-juta sedang berlari saling berebut untuk membuahi sel telur Anita.






Aku memandang adikku dan kuciumi lagi bibirnya, setelah kami tenang, aku mulai mencabut penisku yang dari tadi tega mengoyak vagina adikku. Darah dan lendir spermaku dan Nita menyatu bercampur menjadi satu berceceran kemana-mana. Sampai kasurnya Nita banyak ceceran darah keperawanannya.






Sambil tiduran menyamping kupeluk adikku.


"Dek, maaf kakak ambil keperawanan kamu tas sayang, kakak akan bertanggungjawab jika kamu hamil anakku.."




"Kak, aku takut ayah ibu marah.."




"Jika itu terjadi, maukah Nita jadi istri kakak sayang..?"




"Iyaa kak, Nita mau jadi istrinya kakak.. Nita sudah merasa nyaman dengan kak Rama.. jangan tinggalin Nita yaa kak..?" Nita menangis memelukku.




"Itu takkan terjadi sayang, kakak takkan meninggalkan kamu. Hidup bersama kakak, dalam susah atau senang, suka duka kita bersama-sama kita hadapi. Kakak berharap kamu hamil anak kakak.. jangan di KB ya sayang..?"




"Nita akan menjaga anak kita, Nita akan membiarkan Nita mengandung anak kakak.."




"Bagus sayang, biarkan sperma kakak membuahi sel telur kamu, kakak akan terus menyetubuhi Nita setiap hari.. Nita siap?"




"Iyaa kak, Nita siap. Kakak boleh menyetubuhi Nita kapanpun kakak mau..."




"Makasih yaa sayang, biarkan janin itu tumbuh sampai ayah ibu tahu. Jika kita diusir kakak akan menjaga dan merawat kamu dek.. kakak janji.."




"Aku sayang kak Rama.."




"Kakak juga sayang kamu Nita.."






Tiba-tiba penisku bangkit lagi, ronde kedua dan ketiga pun berlanjut sampai subuh, hingga kami pun tidur berpelukan dalam keadaan sama-sama bugil.


Begitu melelahkan, tapi kami puas dibalik kemiskinan dan kesusahan yang kami hadapi, ternyata ada hikmah kenikmatan dibalik kehidupan itu.


Posting Komentar

0 Komentar