RANJANG YANG TERNODA PART 17


PERAWAN DAN PRIA TUA

Dina sangat kaget, ia tidak menyangka ternyata sejak awal suaminya berada di dalam ruangan tempat ia melayani nafsu dua bos tua yang penuh nafsu terkutuk. Ibu muda yang cantik itu sama sekali tak mengira, Pak Pramono tega melakukannya!

Jadi semua ini sudah direncanakan!?

Anton sudah berada di dalam ruangan kantor Pak Pramono bahkan sejak sebelum ibu anak-anaknya itu datang. Ia bisa mendengar dengan jelas dan melihat bayangan Dina dari balik kelambu tempatnya disembunyikan dengan badan terikat dan mulut tersumpal. Suami Dina itu melihat bagaimana tubuh sang istri dipermainkan dengan buas oleh dua lelaki tua yang haus seks, perasaan Anton hancur melihat istrinya menderita, apalagi semua ini terjadi karena ulahnya yang telah menggunakan aset kantor dengan gegabah.

Suami Dina itu tak pernah mengira perbuatannya merugikan perusahaan akan tertangkap basah dan berdampak langsung terhadap kehancuran kehidupan rumah tangganya.

Dina mengusap pipinya yang basah oleh air mata, ia tidak menduga akan bertemu Anton dalam situasi seperti ini. Sebagai istri yang telah kotor dan tak berdaya melawan, Dina merasa malu dan berusaha menutup ketelanjangannya dari tatapan nanar mata Anton yang menyala penuh kebencian. Kedua tangan Dina bergerak menutup dada dan selangkangannya, walaupun usaha itu tentunya tak berhasil. Sementara itu, dua sosok lain yang juga telanjang, Pak Bambang dan Pak Pramono tertawa melihat Anton yang terikat erat di kursi tak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan istrinya.

Sambil bermain-main, Pak Pram merenggut tangan Dina dan membimbingnya ke batang kemaluannya yang kembali menegang. Dengan gerakan berulang, didorongnya tangan Dina naik turun mengocok kontolnya. Mulusnya tangan Dina membuat Pak Pramono kembali terangsang, penis itu membesar dan ukurannya membuat Anton tertunduk malu. Dina menggelengkan kepala dan merintih memohon ampun dengan air mata menetes. Tidak ada seorangpun yang akan percaya, ia – yang sebelumnya adalah seorang ibu rumah tangga biasa – kini sedang mengocok kemaluan pria lain di hadapan suaminya. Tetesan air mata Dina deras menuruni wajah membasahi lantai.

Hebatnya, setelah berkali-kali menegang hari ini, Pak Pram tidak menunjukkan tanda-tanda kecapaian, malah kemaluannya kembali menegang menantang usai dikocok perlahan oleh jari-jari lentik Dina.

Pak Pramono menjambak rambut Dina agar kepala perempuan jelita itu tak bergerak kemana-mana. Dengan nakal Pak Pram mengoleskan ujung gundul kemaluannya ke mulut Dina dan menggesekkannya di pipi, mata dan hidung istri Anton itu. Dina tahu apa maksud Pak Pram, dengan terpaksa ibu muda dua anak itu membuka mulut. Tanpa menunggu aba-aba, Pak Pram langsung melesakkan penisnya yang besar menjejal masuk ke mulut Dina.

Anton terbelalak melihat kemaluan Pak Pram yang besar dan panjang itu masuk ke mulut Dina, ia hanya dapat membayangkan penderitaan sang istri yang harus membuka mulutnya lebar-lebar agar benda itu bisa masuk.

Ada sensasi aneh melihat seorang suami berada dalam posisi tak berdaya menyaksikan istrinya sibuk menyepong lelaki lain tepat di depan matanya, apalagi sang istri adalah seorang wanita molek yang sangat cantik dan seksi seperti Dina. Sensasi itu membuat Pak Pramono mencapai klimaks dengan sangat cepat.

Hanya beberapa menit disepong Dina, Pak Pram menyemprotkan pejuhnya membanjiri mulut istri Anton. Dina terbatuk-batuk dan berusaha memuntahkan kembali sperma Pak Pram yang dijejalkan ke tenggorokannya, untunglah Pak Pram segera menarik batang kemaluannya sehingga wanita cantik itu tidak sampai kehabisan nafas. Karena Pak Pramono menarik penisnya dengan terburu, air maninya menyemprot juga ke wajah Dina.

Dengan penuh kemenangan, Pak Pramono menyorongkan wajah Dina yang belepotan air mani ke arah sang suami. “Lihat ini baik-baik, Pak Anton. Lain kali anda berbuat kesalahan, yakinkan diri anda untuk menebus kesalahan sebelum sesuatu seperti ini terjadi. Percuma menyesal.”

Anton menatap jijik wajah istrinya yang belepotan sperma lelaki lain, ia menatap geram ke arah Pak Pramono. Dina yang merasa kotor menunduk malu tak berani menatap mata Anton sementara cairan mani bercampur air mata menetes dari pipi turun ke lantai.

Sambil duduk di kursi, Pak Pramono dengan santai mengelus-elus tubuh Dina yang duduk lemas di lantai. Wanita cantik itu bahkan tak berani menatap mata suaminya yang terikat erat, ia tahu nasib dan masa depan mereka berada di tangan Pak Pramono dan rekannya yang bernama Bambang.

Pak Pram melirik ke arah Pak Bambang yang ternyata juga sudah kembali menyiapkan kemaluannya. Dengan senyum menghina Pak Pram menatap Anton yang menatap tak percaya saat Pak Bambang menarik Dina dan membaringkannya di lantai.


Tubuh gemuk Pak Bambang masuk di antara kaki jenjang Dina yang putih mulus. Dengan main-main pria tua itu menepuk penisnya yang besar di selangkangan sang ibu muda.



“Aku tidak akan menjamin istrimu bisa menikmati penisku ini, Pak Anton. Tapi aku bisa menjamin kalau AKU sudah pasti menikmati detik demi detik mencicipi tubuh seksi istrimu. Kenapa yang seperti ini dilepasin sih? Susah cari istri ber-body mewah begini.” Kata kakek tua itu.



Anton meraung namun karena mulutnya tersumpal kain, tak ada suara keluar dari mulutnya. Dina menggelengkan kepala karena kelelahan, ia tidak mengira Pak Bambang akan menyetubuhinya lagi dan kali ini, langsung di hadapan suaminya!



“Siap Ibu Dina? Mudah-mudahan yang kali ini bisa membuatmu hamil ya.” Pak Bambang terkekeh lagi. Ia menarik pinggulnya ke belakang dan dengan kecepatan tinggi menghunjamkan penisnya masuk ke dalam kemaluan Dina.

“Ahhhhh!! Sakit!!” jerit Dina sambil memejamkan mata, air mata menetes dari ujung pelupuknya.



Bermain cinta tanpa foreplay sangat menyakitkan bagi seorang wanita, karena liang rahimnya belum benar-benar basah oleh cairan pelumas yang keluar dari dinding vagina. Kali ini Pak Bambang menusukkan penisnya di saat Dina belum siap, membuat penis yang lebih besar dari milik Anton itu meraja di liang kemaluan sang ibu muda. Dina menjerit kesakitan tiap kali penis Pak Bambang menusuk masuk ke dalam memeknya.


Anton tidak bisa mempercayai pemandangan yang kemudian berlangsung di depan matanya. Selama hampir seperempat jam istrinya yang cantik jelita disetubuhi oleh monster tua bertubuh gemuk menjijikkan. Lebih pedih lagi bagi Anton, istrinya itu berulang kali mengejang dan berteriak-teriak kesakitan tiap kali Pak Bambang melesakkan kontolnya ke dalam. Karena tak tahan dengan sodokan demi sodokan penis Pak Bambang, Dina akhirnya mengangkat kakinya dan menggunakan kaki jenjang itu untuk memeluk pinggang Pak Bambang yang lebar sementara tangannya mengait di leher. Istri Anton yang merem melek akhirnya mencoba menikmati permainan ini, bahkan dengan berani Dina menggoyang pinggulnya untuk membalas sodokan penis sang kakek tua.



“Ehhhmmmm… a-aku sudah mau keluaaar…” begitu nikmatnya Dina dientoti Pak Bambang sampai-sampai wanita cantik yang tadinya alim itu meracau tak jelas. “Auuuhh… ehmm… jangaaan… teruuuus… sakiit… ugh… ahhh… ahh…”



Akhirnya Dina tak kuat lagi menahan nafsu birahinya yang sudah memuncak, tubuhnya langsung mengejang dan tak lama kemudian liang rahimnya dibanjiri oleh cairan cinta. Pak Bambang menyusul Dina tak lama kemudian, tubuhnya menegang, lalu bergetar, lalu tanpa bisa ditahan, air mani menyemprot tanpa henti di dalam memek Dina yang masih dijejali kemaluannya. Air mani mengalir dari sela-sela penis yang melesak di dalam memek Dina dan menetes keluar.



“Ha ha ha. Lihat ini, Pram. Gadis kecilmu ini benar-benar pelacur, mudah sekali dia dibikin orgasme. Berani taruhan, pasti kontol suaminya tidak sanggup memuaskannya seperti ini.” kata Pak Bambang. “Pak Anton! Istrimu jago ngentot nih, aku puas sekali. Mudah-mudahan ada spermaku yang bisa menembus ke dalam dan menghamilinya. Pengen lihat aku, kalau bapaknya sejelek aku, ibunya secantik istrimu, anaknya jadi kayak apa…”


Pak Pram melangkah dengan penuh percaya diri menghampiri suami Dina yang terikat tak berdaya di kursi, penisnya masih berdiri tegak seakan menantang kejantanan Anton yang tak mampu berbuat apa-apa menyaksikan istrinya digumuli dua orang bejat.


“Istrimu enak sekali dientoti, Pak Anton. Susunya empuk, memeknya rapet, bibirnya mungil, bokongnya bulet, pokoknya enak sekali dientoti. Mudah-mudahan kami tidak merusak memeknya, karena penis kami ukurannya jauh lebih besar daripada milikmu yang sebesar pensil itu. Memek Ibu Dina masih terhitung rapat untuk kami berdua, tapi saya tidak yakin ukuran penis Pak Anton akan sanggup memuaskan Ibu Dina. Apalagi Ibu Dina sudah merasakan nikmatnya dientoti dua laki-laki sejati.”


Pak Bambang tertawa terkekeh-kekeh mendengar ucapan Pak Pramono yang menyakitkan bagi Anton itu. Di samping Pak Bambang, Dina terbaring lemas dengan memek yang masih terus mengeluarkan sperma tumpahan sang kakek bejat. Berkali-kali ibu muda itu terbatuk sambil mengeluarkan air mani Pak Pramono yang masih tersisa di mulutnya.


“Lihat keadaan istrimu sekarang, Pak Anton. Bisa dibayangkan berapa banyak pejuh yang sudah kami tumpahkan dalam rahim Ibu Dina. Mungkin saja kelak Ibu Dina akan melahirkan anak kembar, yang satu mirip Pak Bambang dan yang satu lagi mirip saya.”


Kembali Pak Bambang tertawa, Pak Pramono amat pintar memanipulasi kata-kata untuk mengumbar emosi Anton.


“Untuk mengakhiri semua penderitaan ini…” kali ini Pak Pram tidak main-main, ia mendekat ke arah Anton, menatapnya tajam dan mencengkeram kedua lengannya dengan sekuat tenaga, “aku sangat berharap Pak Anton mau bekerja sama untuk terakhir kalinya dengan kami.”


Keringat Anton mengucur deras, apalagi yang diinginkan bosnya yang kejam ini? Dia sudah menghancurkan hidupnya, hidup Dina, hidup keluarganya. Apalagi yang diinginkannya?


“Pak Bambang adalah orang yang sangat kaya dan sangat mampu membiayai kehidupan Ibu Dina selanjutnya, termasuk biaya untuk menyekolahkan kedua anak kalian dan biaya hidupmu yang menyedihkan itu. Kami akan berbaik hati menyediakan sebuah rumah di kota lain dan modal untuk usaha bagi Pak Anton, sekaligus menjamin kehidupan kedua anak kalian, dengan syarat… Pak Anton bersedia menceraikan Ibu Dina dan menyerahkan kepemilikan Ibu Dina pada Pak Bambang. Itu artinya, Pak Anton tidak boleh bertemu lagi dengan Ibu Dina… selamanya.”



Mata Anton dan Dina terbelalak tak percaya, mereka tidak mempercayai pendengaran mereka, benarkah Pak Pram mengajukan proposal pada Anton untuk menjual Dina? Anton menggeram marah dan melompat-lompat gemas. Pria itu meraung-raung dan menggeram penuh emosi, tapi dalam keadaan terikat ia tidak bisa berbuat banyak, air matanya menetes membanjiri wajah, ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, semua ini terjadi karena kesalahannya. Ia harus tunduk pada indecent proposal yang diajukan oleh bosnya ini kalau ingin selamat.


Dina menangis tersedu-sedu, ia terlalu lemah untuk menolong Anton, wajahnya menunduk ke bawah dengan pasrah.


Yang akan terjadi terjadilah.



“Aku tidak tertarik menikahi wanita ini.” tiba-tiba saja Pak Bambang berucap. “Akan tetapi, aku punya seorang anak yang usianya kurang lebih sama dengan Pak Anton, bedanya kalau Pak Anton lulusan universitas terkenal, anakku itu lulusan sekolah khusus. Sangat tidak membanggakan seorang konglomerat punya anak idiot, tapi akan sangat membanggakan memiliki cucu cantik seandainya anakku itu menikah dengan wanita secantik Dina.”



Kali ini giliran Pak Pramono yang menganga heran. Ia memang sudah tahu kalau Pak Bambang memiliki seorang anak idiot yang disembunyikan di sebuah villa jauh dari kota besar. Tapi ia tidak menyangka pria tua ini berniat menikahkan Dina dengan anaknya itu, benar-benar tindakan yang di luar perkiraannya.


Mendengar kata demi kata yang diucapkan Pak Bambang, mata Dina menjadi berkunang-kunang, pandangannya pun mengabur. Wanita cantik itu ambruk ke lantai dan pingsan.


Kisah penderitaan Dina belumlah usai, justru baru akan dimulai.




BERSAMBUNG





Posting Komentar

0 Komentar